Ulangan kenaikan kelas sudah berakhir sekitaran satu minggu yang lalu, dan itu juga berarti sudah satu bulan Renata dan Julio tidak saling bicara. Julio juga telah memundurkan diri dari turnamen basket yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Ditambah Johan yang kondisi semakin memburuk, lantaran belum adanya pendonor. Semuanya itu membuat Julio semakin menjadi mayat hidup. Julio selalu hadir diSekolah, namun pikiran nya melayang tanpa tujuan. Tak jarang Renata mempergoki Julio yang sedang menyendiri ditaman belakang Sekolah.
Begitu juga Renata, gadis itu tampak tidak baik. Akhir-akhir ini Renata jarang keSekolah karena tidak enak badan. Bahkan dua minggu terakhir ini, Renata pingsan saat apel pagi.
Renata berjalan dikoridor dengan langkah gontai. Pagi ini Renata terlambat, akibatnya ia harus membersihkan toilet terlebih dahulu sebelum akhirnya ia dibolehkan untuk masuk ke kelas.
Koridor sepi karena semua siswa mungkin sudah dalam proses pembelajaran. Jujur saja pagi ini Renata tida bersemangat untuk belajar. Tiba-tiba saja, seseorang berjalan disamping Renata. Renata menatap orang tersebut yang sudah berada lima langkah didepan nya, dan ternyata orang itu adalah Julio. Ingin rasanya Renata memanggil nama Julio, namun nyali nya terlalu kecil untuk melakukan hal tersebut.
Renata mengepal kedua tangan nya.
Sekarang atau tidak sama sekali - batin Renata.
"Julio!?"
Tepat depalan langkah didepan Renata, Julio berhenti.
Renata menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Gue,.gue mau minta maaf!" Ucap Renata nyaring.
Julio menoleh, tetapi tidak bergerak dari tampatnya.
"Gue gak denger apa yang lo bilang!" Ucap Julio dengan tatapan datarnya.
Renata hendak berjalan menghampiri Julio, namun sebelumnya ia menatap tali sepatu yang ternyata tidak terikat. Renata kembali mengangkat kepalanya menatap Julio, tiba-tiba sesak didadanya kembali muncul.
"tali sepatu gue gak diikat, gue bisa jatuh kalo pergi kesana" ucap Renata dengan suara tercekat. Matanya menatap Julio dengan berkaca-kaca, entah mengapa melihat Julio sedekat ini membuat hati Renata kembali tercambuk. Karena pada realitanya, Julio selalu berada didekat Renata, namun Renata tidak dapat menggapai Julio seperti dulu lagi.
Sekarang Julio bagaikan bayangan yang selalu dekat tapi tidak dapat digapai.
Renata menutup wajahnya dengan telapak tangannya, ia tak mampu lagi menahan tangisnya. Sampai akhirnya Renata kembali mengangkat kepalanya, menarik tangan nya dari wajahnya sehingga kini ia kembali melihat Julio yang sedari tadi tengah menatapnya dengan tatapan datar.
"gue, mau minta maaf" ucap Renata kedua kalinya dengan kalimat yang sama. Julio menaikkan alisnya, lalu berjalan dengan langkah panjang menghampiri Renata.
Renata menatap manik mata Julio dengan mata yang sudah lembab, bahkan satu hal yang Renata sadari bahwa Renata sudah tidak pernah menatap Julio sedekat ini.
Julio mengangkat tangan nya mengusap sisa airmata dari kedua pipi Renata. sambil tersenyum Julio pun membuka mulutnya, "jangan minta maaf lagi ya"
Tiba-tiba airmata Renata kembali menetes, entah mengapa jujur saja ada rasa bahagia karena ia dapat menatap Julio seperti ini lagi, serta mendengar suara Julio.
"Gue yang salah, seharus - "
Julio menaruh jari telunjuknya didepan mulut Renata, "ssstt, jangan minta maaf lagi, Nenek Ena gak salah kok. Jangan nangis lagi ya" ucap Julio lalu membawa Renata kedalam pelukan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like You (Selesai)
Teen FictionRenata tidak pernah menaruh perasaan nya pada Julio, tapi Renata tidak suka melihat Julio sedih, bagi Renata, kebahagiaan Julio adalah kebahagiaan nya juga. Namun, ketika keduanya tidak saling memiliki, tentang perasaan yang lama dan kembali lagi, m...