36. Black

180 19 0
                                    


Sudah hampir jam sembilan malam Renata hanya berdiam diri dikamar, membuat Grace khawatir tentang apa yang membuat Renata begini. Pasalnya semejak pulang Sekolah tadi, Renata sama sekali belum makan. Dan semuanya itu terjawab ketika Julio kini sudah datang kerumah Renata, walaupun Grace tak tau apa yang terjadi pada Julio dan Renata, namun ia yakin bahwa semua ada hubungannya dengan Julio.

"Renata? Makan dulu sayang, ini udah malam, kamu belum makan dari tadi siang" ucap Grace dari luar kamar Renata.

Sedangkan Renata yang berada didalam kamar, hanya mampu mengatur nafasnya dan mengusap airmata yang jatuh tanpa henti. Jujur saja sakit hati yang Renata rasakan sungguh menyakitkan. Renata belum pernah merasakan sakit semacam ini, sakit yang tak terlihat namun memiliki sejuta perih yang tak terhingga. Jika pada akhirnya seperti ini, Renata memilih untuk tidak masuk dalam kehidupan Julio agar tidak jatuh lebih dalam lagi. Namun semuanya sudah terlambat, terlalu banyak yang Renata ketahui tentang Julio, dan terlalu besar rasa sayang Renata yang tersalurkan untuk Julio.

"Renata sayang?" Panggil Grace sekali lagi.

"Renata gak laper bu" ucap Renata dengan suara serak.

Didepan pintu, Grace hanya mampu menghembuskan nafasnya pelan, "Renata ibu tau kamu lagi ada masalah, tapi jangan kayak gini nak. Kamu bisa cerita sama ibu" bujuk Grace lembut.

Renata mengeratkan pelukannya pada bantal, "Renata gak papa, Renata cuma pengen sendiri" balas Renata yang berusaha menstabilkan suaranya.

"Julio ada diruang tamu, pengen ketemu sama kamu, masa kamu gak mau keluar?" Tanya Grace lagi dengan harapan akan menggerakan hati Renata agar keluar dari kamarnya. Namun nyatanya hal tersebut, malah menambah rasa enggan bagi Renata untuk keluar dari kamarnya.

"Suruh aja Julio pulang, Renata cuma pengen sendiri" jawab Renata dengan sesenggukan.

dan pada akhirnya, Grace menyerah. Ia segera kembali keruang tamu dan menghampiri Julio yang sedang duduk.

Grace menatap Julio dengan penuh rasa maaf, "nak Julio, maaf ya, kayaknya Renata lagi pengen sendiri. Padahal tante udah bujuk dia, tapi dia tetap gak mau, tante rasa kamu bisa datang lagi dilain waktu. Mungkin Renata juga lagi pengen istirahat, mendingan Julio pulang dulu dan istirahat dirumah" ucap Grace dengan penuh pengertian.

walaupun begitu besar keinginan Julio untuk menemui Renata, namun ia tau bahwa ia juga tidak dapat memaksa Renata.

"Iya tan, gak papa. Yaudah Julio pamit dulu" ucap Julio sopan.

"Hati-hati dijalan" ucap Grace sebelum Julio berada diluar pintu.

Julio menatap jendela kamar Renata yang tampak gelap, sepertinya gadis itu sudah tidur. Atau mungkin pura-pura tidur. Padahal setau Julio, Renata sangat anti dengan kegelapan. Namun entah mengapa gadis itu membiarkan kamarnya gelap tanpa penerang. Atau, apakah mungkin Renata sudah berubah? Apapun alasannya, Julio hanya ingin hubungannya dan Renata kembali seperti dulu lagi. Tanpa airmata, tanpa belenggu, tanpa kesedihan, tanpa rasa bersalah, semuanya, Julio rindu saat-saat itu kembali.

Getatan ponsel meyadarkan pandangan Julio dari jendela kamar Renata. Julio mengusap layar ponselnya dan mengecek sebuah pesan dari nomor tanpa nama.

Julio membuka pesan tersebut, seketika seluruh tubuhnya menegang. Saat ini juga, ia ingin memutar waktu.

***

Renata menatap guru-guru yang memakai seragam berwarna hitam, pagi ini Renata bangun jam lima subuh, membuat dirinya datang keSekolah tepat waktu.

Just Like You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang