Renata menatap pekarangan yang luas sambil tersenyum tipis, tenyata tempat yang ingin didatangi oleh Julio adalah pemakaman kedua orang tuanya.Julio yang sedang berjalan didepan nya tiba-tiba menoleh, "seandainya takut, peluk gue juga gak papa" ucap Julio sambil terkekeh pelan.
"Modus!" Seru Renata jengkel.
Julio hanya tersenyum simpul lalu menggandeng tangan Renata, "yaudah, digandeng aja deh, daripada ntar diambil yang lain" ucap Julio santai.
Renata mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa maksud cowok itu, "maksud lo?"
Julio tidak mengeluarkan suara namun ia melirik pemakaman yang berada disekeliling mereka. Dan seketika Renata menjadi ngeri sendiri. Mereka pun berjalan menuju dua pemakaman yang sudah tidak pernah mereka datangi. Sehingga akhirnya sebuah senyuman tipis tercetak jelas diwajah Julio. setelah kurang lebih berjalan selama sepuluh menit, kini mereka sudah duduk didepan dua makam yang terletak bersebelahan.
Julio menatap makam itu dengan tatapan sendu, matanya yang selalu bersinar, kini gelap seakan tak ada lagi kehidupan. Renata yang memperhatikan semuanya itu, hanya dapat memaklumi perasaan Julio saat ini.
"Ibu, Ayah?" Panggil Julio kalem.
Renata merasakan suasana yang sama dengan kejadian tiga tahun yang lalu. Dimana seorang Julio hancur, dimana seorang Julio menangis tak henti, dimana seseorang yang menemani kini tak lagi menemani. Bahkan jika peristiwa tiga tahun yang lalu terjadi pada Renata, Renata tidak yakin jika ia akan sekuat Julio.
"Ibu, Ayah. Julio dateng, sama Renata" ucap Julio lirih.
Renata menyentuh pundak Julio, lalu berjalan disamping kedua makam itu, "hai om, tante" ucap Renata sambil tersenyum tipis, senyuman yang menandakan kesedihan mendalam. Renata menghembuskan nafasnya pelan sebelum melanjutkan ucapan nya, "apa kabar tante, om? Baik-baik aja kan disurga? Renata harap gitu" ucap Renata kali ini sambil meletakkan sebuket bunga mawar putih diatas makam.
Kemudian Renata menatap Julio yang masih tertunduk, "Julio kalo diSekolah, suka jahat sama aku tan, suka jailin aku juga, tapi tante sama om harus bangga punya anak kayak Julio, dia bisa membuat Renata senyum tiap hari" ucap Renata kali ini sambil tersenyum lebar.
Julio mengangkat kepalanya menatap Renata dengan tatapan sendu lalu beralih menatap pusara kedua orang tuanya, "ibu, ayah. Maafin Julio udah gak pernah dateng kesini, udah gak pernah bersihin makam ayah dan ibu" ucap Julio penuh penyesalan.
Renata yakin betapa terpuruk nya sosok Julio sekarang, Julio masih tidak bisa menerima bahwa ayah kandung nya ternyata berada dekat dengan nya, Renata tau bahwa rasa sakit terbesar adalah bahwa Julio tidak menginginkan dengan semua yang terjadi. Julio kecewa dengan sosok ayah yang selama ini ia sayang, sosok ayah yang selama ini ia banggakan.
"Aku kangen kalian" ucap Julio beriringan dengan angin yang bertiupan. disaat itu juga, Renata berdiri dari duduknya dan berjongkok didepan Julio, memeluk cowok itu dengan lembut, membawa Julio dalam ketenangan, "boleh gak, gue peluk elo, disaat elo gak punya tempat bersandar? Kayak tiga tahun yang lalu" ucap Renata lirih.
Julio mengangguk pelan dalam pelukan Renata.
Dan pada saat ini Renata sadar bahwa rasa kecewa terbesar adalah kekecewaan yang ditimbulkan oleh orang yang kita sayangi.
***
"Woy, jangan melamun!" Ucap Fari membuat Renata tersentak kaget.
Renata menatap Fari dengan tatapan datar, "bikin kaget aja" ucap Renata santai membuat Fari bingung sendiri. Biasanya Renata akan membentak Fari dengan keheboan tingkat dewa, namun sepertinya ada yang berbeda dengan Renata saat ini.Fari yang tadinya berada memegang mie goreng dimangkuk, kini melepas mangkuk itu kemudian duduk disamping Renata, "lo lagi gak sakit kan?" Tanya Fari penasaran.
Renata memutar kedua matanya dengan malas, "ya enggak lah, orang gue sehat-sehat aja" ucap Renata lalu menatap televisi didepan nya. Walaupun ia kelihatan nya sedang menonton, namun nyatanya pikiran Renata tertuju pada Julio. Tentang betapa berat nya beban yang dipikul Julio saat ini, tentang bagaimana caranya Renata menyatukan Julio dan ayah kandung Julio.
"Cerita dek" pintah Fari tiba-tiba sehingga membuat Renata mengangkat alisnya, "cerita apanya?"
"Lo kayak zombie, dari tadi tepatnya pas pulang sama Julio" ucap Fari kalem.
Renata menghembuskan nafanya pelan dengan gaya lemas, iya merubah posisi duduk nya berhadapan dengan Fari, mengetahui maksud Renata, Fari tersenyum penuh pengertian, "tell me"
"Jadi gini, tadi itu pas pulang Sekolah, gue temenin Julio pergi ke makam orang tuanya - "
"Ya bagus dong, kan sebagai sahabat yang baik, elo harusnya gitu" ucap Fari memotong ucapan Renata.
Renata menyandarkan tubuhnya disofa dengan lemah, "bukan itu kak, masalah nya gue gak tega liat Julio hanyut dalam masalah nya sendiri" ucap gadis itu sambil memejamkan matanya. Bahkan disaat seperti ini, Renata sadar bahwa ia beruntung masih memiliki keluarga yang utuh.
Renata membuka matanya, Fari yang sedari tadi hanya diam, mengerti tentang perasaan Renata saat ini, "Julio masih gak rela kehilangan orang tuanya?" Tanya Fari.
Renata menggeleng pelan, ini bukan tentang merelakan, namun ini tentang kekecewaan yang menciptakan kebencian. Gadis itu menatap Fari serius, "kak? Sebenarnya ada satu hal yang belum elo tau, yang bikin gue khawatir sama Julio" ucap Renata merupakan sebuah clue.
"Hal apa?"
"Ayah kandung Julio, masih hidup"
Lima kalimat yang membuat suasana yang hening kini lebih hening.
"Ma-maksudnya?" Tanya Fari tergagap.
"Ibu Julio mengandung Julio sebelum orang tua Julio menikah. orang tua dari ayah Julio gak merestui hubungan ibu dan ayah Julio, jadi ibu Julio menikah dengan pria lain yaitu pria yang selama ini Julio anggap sebagai ayah. Dan dekat kata lain, Julio adalah anak dari luar pernikahan" jelas Renata yang berhasil membuat mulut Fari terngaga.
"Tapi bukan masalah Julio adalah anak dari luar pernikahan, tapi Julio kecewa sama ayah kandung nya karena ninggalin ibu Julio diwaktu mengandung" belum sempat Fari bersuara, Renata sudah melanjutkan kalimat nya.
"Kok bisa ya Julio terlihat baik-baik aja" kali ini suara Fari.
Renata mengangguk pelan lalu ia teringat sesuatu, "dan lebih parahnya, ayah kandung Julio ternyata udah lama ngawasin Julio"
"Siapa ayah kandung Julio?"
Renata menggigit bibir bawahnya, "pemilik Yayasan Sma Jaya Merpati, Johan Dirjaya"
"Demi apa lo dek?" Ucap Fari tidak percaya.
Renata hanya memasang raut wajah flat, "demi apa aja deh"
"Gimana sampe lo tau tentang hal ini?" Tanya Fari lagi.
"Beberapa hari yang lalu, pak Johan sendiri yang manggil gue terus jelasin semuanya dari awal, dan ternyata dia juga udah cari tau tentang gue, tentang Julio sahabatan sama gue, gue aja sampe kaget. Gue pikir pak Johan naksir sama anak-anak ABG karena cari tau semua tentang gue, tapi syukur aja enggak" ucap Renata lalu berbaring disofa.
Fari menatap wajah Renata yang terlihat lelah, "terus Julio tau?"
"Tau apa?"
"Kalo elo udah tau ayah kandung nya Julio"
Gadis itu memejamkan matanya, "dia gak tau, bahkan sekarang gue gak tau caranya buat nyatuin Julio sama ayah Julio"
Setelah Renata mengatakan itu, Fari yakin bahwa ia juga harus membantu adik nya ini.
***
Senin 22 Agustus 2016
Love, Monna ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like You (Selesai)
Teen FictionRenata tidak pernah menaruh perasaan nya pada Julio, tapi Renata tidak suka melihat Julio sedih, bagi Renata, kebahagiaan Julio adalah kebahagiaan nya juga. Namun, ketika keduanya tidak saling memiliki, tentang perasaan yang lama dan kembali lagi, m...