5. Tasya?

251 25 1
                                    


"Julio!" Panggil David disaat cowok itu sedang asik dengan ponselnya.
Sekolah sudah istirahat, semua murid berkeliaran, termasuk kelas Julio yaitu XI-3.

"Kenapa?" Tanya Julio tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel.

"Ya ini anak! pasti lagi sms-an sama Ena-nya. Woy, Lio noh, dipanggil ibu Tika" celetuk Ewin kali ini di iringi sentakan pelan pada punggung Julio. Cowok itu mendongkak dan menemukan ibu Tika yang sedang mengatur buku-buku pelajaran.

"Julio, ibu ingin minta tolong padamu untuk mengembalikan buku-buku cetak sejarah ke perpustakaan" ucap ibu Tika sambil melirik buku-buku tersebut. "Tapi kamu panggil teman, Tasya saja yang menemani mu. Lagian Tasya juga sudah terbiasa mengembalikan buku di perpustakaan" sambung ibu Tika lagi.

Tasya adalah sekertaris kelas XI-3 yang juga cantik dan pendiam. Gadis itu berdiri dan menatap ibu Tika, "saya bu?" Tanya nya memastikan.

"Iya kamu. Memang siapa lagi nama Tasya di kelas ini?" Ucap ibu Tika kalem.

Tasya hanya tersenyum sambil menggaruk belakang lehernya.

"Kalian berdua, tolong kembalikan buku-buku cetak ke perpustakaan. Jumlah semua nya ada 18. Jangan sampai tercecer" ucap ibu Tika kemudian keluar dari kelas.

Tasya hanya mengangguk dan mengumpul semua buku cetak. Sedangkan Julio menyimpan ponselnya dan membantu Tasya dalam mengumpulkan buku-buku.

"Biar gue aja yang bawa sepuluh. Lo bawa depalan aja, gimanapun kan gue yang cowok" ucap Julio sambil mengambil sepuluh buku cetak.

Tasya tersenyum manis.

"cie Julio, awas tuh anak orang kembaliin ke kelas dengan selamat yaa!" Celetuk Ewin ketika Julio dan Tasya sudah berada di ambang pintu kelas.

"Awas ntar Renata liat, sembunyi-sembunyi bisa-bisa dia jelous tuh!" Ucap David kali ini.

Julio hanya menggeleng tidak jelas, teman-teman nya itu memang kadang suka usil.

"Lo jangan pikirin apa yang mereka bilang ya, maklum otak mereka agak gesrek!" Ucap Julio sambil memasang raut wajah geli.

Tasya tertawa pelan, membuat mata nya sedikit mengecil, "iya"

Setelah itu, mereka berjalan melewati koridor, dan beberapa ruangan. Bagi Julio, ini adalah pertama kali nya dia memasuki ruangan perpustakaan. Walaupun Julio pintar matematika, akan tetapi dirinya kadang memakai buku sebagai alat pembelajaran. Julio hanya pandai dalam memperhatikan penjelasan guru namun malas dalam membaca.

"Pertama kali ya?" Tanya Tasya tiba-tiba sambil tersenyum tipis.

Julio yang tadinya mendongkak menatap semua buku dirak-rak, kini beralih menatap Tasya yang sudah selesai mengatur buku-buku cetak sejarah di satu rak khusus.

"Hhe iya" jawab Julio salah tingkah.

"Baca buku enak loh, bisa mengisi kekosongan" ucap Tasya sambil tersenyum menatap Julio terang-terangan.

"Iya sih, Ena juga sering bilang gitu ke gue. Oh iya btw keluar yuk! Ibu Rita udah liat kita dari tadi" ucap Julio sambil melirik ibu Rita yang sudah menatap mereka daritadi.
Dan pastinya selalu ada persyaratan dalam perpustakaan yang berkata ; jangan ribut!

Tasya mengangguk dan mengekori Julio dari belakang. Diam-diam gadis itu tersenyum manis.

"Lo punya lumayan banyak fans ya" ucap Tasya memecah keheningan.

Julio tertawa pelan, tanpa menatap Tasya "hhe iya sih, padahal gue gak suka sama yang nama nya fans-fans gitu"

Tasya mengangguk paham, "Jarang tuh, Biasanya orang-orang suka kalo ada banyak fans. Oh iya, tadi yang lo bilang Ena. Ena siapa ya?" Tanya Tasya namun kali ini membuat Julio menoleh. Alis Julio terangkat, merasa aneh dengan pertanyaan Tasya barusan. Namun kemdian Julio menurunkan alisnya.

Tasya mendadak merasa kaku, canggung, "eh em gue salah ngomong ya? Maaf ya" ucap Tasya merasa bersalah.

Julio tersenyum sambil menggeleng.
"Gak kok, gak salah. Jadi Ena itu Renata kelas XI-1. Gue udah biasa panggil dia Ena, dia itu sahabat gue dari Smp. Pasti lo tau dia yang mana" ucap Julio yakin.

Tasya mengingat-ngingat kembali, "oh iya gue tau, gue tadi sempet bingung pas lo sebut Ena. Kan setau gue namanya Renata. Dia kan yang sering disebut-sebut Ewin sama David?" Tanya Tasya lagi.

Julio mengangguk pelan, "yap lo bener. Jadi David sama Ewin itu juga udah akrab sama Renata" Julio menatap Tasya sebentar lalu kembali menfokuskan pandangan nya kedepan.

"Hhe sorry ya kepo, gue cuma pengen tau lebih banyak kehidupan teman sekelas gue" ucap Tasya berusaha menyusun alasan.

Julio mengangguk, walaupun ia tau ada sedikit keganjalan yang terjadi.

"Oh iya gue duluan yah, mau ke kantin dulu" ucap Julio pamit.

Tasya mengangguk antusias, "oke" ucap nya singkat.

Setelah tadi selesai menemani Tasya mengembalikan buku, kini cowok itu berjalan menuju kantin. Sementara di koridor, ada beberapa siswa cewek yang sibuk membisikan Julio. Namun Julio hanya mengacuhkan nya, tangan nya hanya sibuk mengetik sesuatu diponsel nya.

Julio :

Nek, lo dimana? Ke kantin yuk! Gue laper, kasian cacing-cacing gue bisa kekurangan gizi kalo gak dikasih makan. Ntar gue traktir deh.

Julio mengirim sms itu sambil senyum-senyum sendiri. Tanpa memperdulikan keadaan disekitarnya. Tidak lama kemudian ponsel nya berbunyi. Sms dari Renata.

Renata :

Gue masih dikelas Lio lelet. Btw lo tumben gak pelit, beneran nih mau traktir gue?

Julio kembali mengetik balasan sms kepada Renata.

Julio :

Astaga nek Ena, jaad banget sih sama sahabat sendiri. Gue gak traktir, di bilang pelit. Gue traktir, di bilang tumben baik. Ya terus gue harus gimana Ena????

Julio mengirim balasan itu. Tak selang beberapa detik kemudian, ponsel nya ikut berbunyi. Balasan sms Renata.

Renata :

Iyadeh gue otw ke kantin. Dan gue gak pengen tau pokoknya pas gue sampe, lo udah disana. Lo tau kan gue paling benci sama yang namanya MENUNGGU!

Julio bahkan tertawa ketika melihat tulisan terakhir yang diketik menggunakan capslook. Tak menunggu lama, Julio langsung membalas sms Renata.

Julio :

Iya Ena, gak bakal bikin lo nunggu kok. Lo kayak gak tau aja kalo gue punya punya pintu kemana saja. Dikasih Doraemon kemaren.

Send. Julio mengirim balasan itu. Setelahnya, tidak ada lagi balasan dari Renata. Julio menyimpan ponsel nya dan mempercepat langkahnya agar segera tiba di kantin. Hanya butuh lima menit, kini cowok itu dapat melihat seantero kantin yang hampir penuh. Hanya tinggal ada tempat duduk di pojok kanan yang masih kosong. Julio pun duduk disana mumpung belum di tempati orang lain.

Lega karena sudah memiliki tempat duduk, kini matanya sibuk mencari sosok yang daritadi menguasai pikiran nya. Dikantin seramai ini, memang agak sulit bagi Renata untuk dapat menemui Julio. Apalagi tempat duduk yang ditempati Julio berada di pojok kanan. Baru saja Julio ingin meng-sms Renata. Tiba-tiba seseorang sudah menepuk bahu kanan Julio.

Julio mendongkak, ternyata orang yang dicari nya sudah ada disampingya.

"Lio lelet! kalo nyari tempat duduk, yang strategis dong, kan Ena sulit nyari nya!"

***

Jangan lupa tinggalkan jejak. Oke bye! See u next chapter ^ ^

Just Like You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang