"Nek, dengerin penjelasan gue dulu!" Pintah Julio ketika menarik pergelangan tangan Renata. Setelah tadi Julio kewalahan mengejar Renata, akhirnya Julio bisa menahan Renata untuk tidak lari lagi.Renata menarik tangan nya dengan kasar, "apa yang perlu gue dengerin hah? Gue gak minta apa-apa dari elo! Tapi seenggaknya lo bisa jujur sama gue. Emang selama ini lo pikir gue siapanya elo hah? Lo tau sendiri kan gue paling gak suka sama rahasia-rahasia!" Ucap Renata dengan suara lantang. Dadanya naik turun tak beraturan menahan amarah yang mungkin akan meledak.
Julio menggeleng seakan ingin mengatakan bahwa ini semua tidak seperti yang Renata pikirkan.
"Nek, gue emang salah. Waktu kelas sepuluh, gue emang suka sama Tasya, tapi itu dulu. Dan sekarang perasaan gue udah bukan sama dia lagi, gue sadar bahwa milikin Tasya itu hanyalah obsesi. Sedangkan apa yang gue butuhin ternyata udah ada didekat gue" ucap Julio lembut sambil menatap manik mata Renata.
Renata balik menatap sepasang mata milik Julio, tiba-tiba dadanya sakit karena perasaan yang merupakan teka-teki dan rumit dipecahkan. Jujur saja Renata tak tau debaran jantung aneh yang selalu muncul ketika dirinya dekat dengan Julio.
"Tapi gue gak suka selama ini lo gak jujur sama gue! Dari kelas sepuluh lo larang gue buat suka sama orang lain dan gak pacaran, tapi nayatanya apa? Ternyata dari dulu lo udah suka sama Tasya! Dan lo pikir dengan semudahnya lo tolak Tasya? Dia cewek, sama kayak gue. Seenggaknya kalo emang lo gak sayang sama dia sekarang, elo gak perlu suka sama dia waktu kelas sepuluh!" Ucap Renata dengan suara nyaring namun bergetar. Membuat dirinya susah untuk mengatur nafas yang keluar dan masuk dalam hidungnya.
Entah bagaimana menjelaskannya, hanya saja Renata sedih ketika mengetahui Julio pernah menyukai Tasya. Disisi lain, Renata juga tak ingin dibohongi oleh Julio.
Julio memegang kedua bahu Renata, menatap Renata dengan rasa bersalah, "nek, gue emang jahat. Tapi please jangan nangis, udah cukup selama ini gue bikin lo nangis. Lo boleh marah sama gue, lo boleh mukul gue, apapun nek. Asalkan lo jangan nangis, gue gak pengen nyakitin lo lebih dalam lagi" ucap Julio yang merupakan sebuah permohonan.
Renata menatap Julio seakan tidak percaya, ia melangkah mundur sehingga menciptakan jarak dua langkah diantaranya dan Julio.
"Semuanya udah terlambat, gue pengen lo jauh-jauh dari gue, jangan masuk lagi dalam hidup gue, ambil kebahagiaan lo sendiri, anggap kita gak pernah saling kenal" ucap Renata dengan suara tercekat. Renata segera menoleh dan berjalan meninggalkan Julio.
Sedangkan Julio yang ditinggalkannya, menatap Renata dengan tatapan sedih, kedua tangan nya mengepal sangat kuat.
"Lo harus tau nek, kalo selama ini gue suka sama lo, gue sayang sama lo, gue cinta sama lo! Gue baru sadar kalo selama ini cuma lo yang gue butuh!" Teriak Julio nyaring dikarenakan Renata yang sudah sepuluh langkah didepannya. Dan ucapan Julio berusan membuat Renata menghentikan langkahnya.
Kenapa lo kasih pelangi ke gue setelah kasih petir yang pada akhirnya udah hancurin hati gue terlebih dahulu - batin Renata.
Satu tetes benda bening kembali jatuh tanpa aba-aba. Rasanya sakit mengetahui bahwa Julio juga mencintainya. Faktanya, Renata sudah dikecewakan terlebih dahulu. Realita yang mengatakan bahwa Julio sudah pernah menyukai Tasya tanpa sepengetahuan Renata, membuat hati Renata hancur.
Renata mengantupkan mulutnya rapat-rapat, sebelum akhirnya ia benar-benar berjalan meninggalkan Julio.
***
Waktu menunjukkan jam empat sore, dan Julio masih berada dicafe dekat Sekolah dengan rokok yang bertengker dibibirnya. Sebenarnya Julio tidak pernah merokok, hanya saja semua belenggu yang dihadapinya, membuat dirinya harus terlibat merokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like You (Selesai)
Teen FictionRenata tidak pernah menaruh perasaan nya pada Julio, tapi Renata tidak suka melihat Julio sedih, bagi Renata, kebahagiaan Julio adalah kebahagiaan nya juga. Namun, ketika keduanya tidak saling memiliki, tentang perasaan yang lama dan kembali lagi, m...