21. Kecemasan

175 19 4
                                    


Renata membuka matanya, meski belum terbuka sempurna karena matanya harus menyesuaikan cahaya dirungan UKS. Dilihat nya ada teman-teman nya yang sedang berdiri mengelilingi ranjang tempat nya berbaring. Diantara nya ada Lala, Kesi, Manda, dan Tiara.

"Gimana Ren? Udah baikan?" Tanya Kesi ragu-ragu. Renata mengangkat alisnya lalu tertawa pelan, "biasa aja kali Kes, orang gue cuma pingsan doang" ucap Renata dengan nada meremehkan.

Manda mengambil termometer dan menatap benda itu sejenak lalu mengalihkan pandangan nya pada Renata, "elo demam Ren, sama sakit maag, lo gak sarapan ya?" Ucap Manda sekaligus bertanya.

Renata hanya mengangguk lesu, walaupun memang demam nya sudah turun, namun tetap saja Renata masih lemas. Kepalanya masih pening hingga membuat nya harus menekan pelipisnya.

"Ampun, Ren. Makanya, kan gue udah bilang tadi pagi buat sarapan, tapi elo nya bandel" kali ini komentar Tiara.

Dan sekarang, Renata berasa seperti sedang di introgasi. Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, "kalian bukan beliin gue cokelat kek, baik-baikin gue kek, orang lagi sakit juga, malah di omelin. Kayak emak-emak" ucap Renata cemberut.

"Cokelat terus yang dipikirin" ucap Lala menggeleng.

Renata hanya mengedikkan kedua bahunya kemudian sesuatu melintas dipikiran nya, "oh iya btw siapa yang nemuin pas gue pingsan tadi?"

"Gue Ren, pas gue masuk toilet, eh tau nya lo udah pingsan diambang pintu toilet. Ya terus gue panggil bantuan buat ngantar lo ke UKS" ucap Tiara lancar tanpa kendala.

"Nek,."

Panggil seseorang dari pintu UKS, walaupun Renata tidak dapat melihat orang itu karena dihalangi oleh teman-teman nya, namun tetap saja Renata mengenal suara dan panggilan itu. Baik Lala, Kesi, Manda, dan Tiara, langsung menggeser sehingga kini Julio dapat menghampiri ranjang Renata.
Sementara dibelakang Julio, ada David dan Ewin yang seperti baru dikejar setan.

Dahi Renata berkerut ketika melihat Julio dengan wajah yang pucat dan raut wajah yang menunjukkan kepanikan. Sebelum Julio bertanya pada Renata, ia melirik seisi ruangan UKS, seakan mengerti, kini semuanya keluar, dan menyisakan Renata dan Julio.

"Nek, lo gak papa kan? Udah gak pingsan lagi kan? Udah minum obat kan? Dimana sakit nya?" Tanya Julio sambil menggenggam tangan Renata. Renata dapat merasakan getaran dan dingin tangan Julio.

"Gue yang pusing, kok elo yang pucet sih?" Tanya Renata dengan polosnya.

1 menit

2 menit

3 menit

"Gue khawatir nek" ucap Julio lirih.
Entah mengapa ungkapan Julio barusan, membuat Renata senang. Namun ia menyembunyikan itu.

Renata mengangguk paham, "oh gitu" gadis itu kemudian menatap tangan Julio yang masih menggenggam tangan nya. Renata tertawa geli, "tangan lo dingin, dan kayaknya lo gemetaran" ucap Renata yang memang benar adanya.

Baru kali ini, Julio takut. Bukan takut bagaimana, tapi ia takut jika terjadi sesuatu pada Renata, dari tadi jantung seakan berhenti berdetak ketika berlari menuju UKS. bahkan Julio sempat menabrak orang-orang yang menghalangi jalan nya tadi.
Bahkan jika tidak ditahan, sudah dipastikan akan ada benda bening yang keluar dari matanya, aneh nya disaat kedua orang tuanya mati, Julio tidak seperti ini.

"Lo sakit apa sebenarnya sampe bisa pingsan ditoilet? Gak sarapan?" Tanya Julio cepat.

Renata mengajukan jempol nya, "seratus buat lo" ucap nya santai.

Julio menarik hidung Renata sehingga membuat cewek itu meringis, "makanya kalo gak mau sakit, makan, dodol!" Ucap Julio lalu melepaskan tangan nya dari hidung Renata.

Just Like You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang