Aku pulang dengan motor matic merah mengarungi lautan kemacetan sore ini. Biasa akhir pekan, apalagi nanti malam bakalan rame, malam minggu gitu loh.
Aku mengarahkan motorku ke sebuah cabang jalan berharap lewat jalanan ini bisa membuatku terhindar dari kemacetan. Tetapi di jalanan ini dipenuhi oleh mobil besar-besar sehingga di sini lebih macet dari yang aku kira.
Sial, mau cari aman malah kejebak sendiri.
Tck.
Aku mengarahkan motorku melewati cabang jalan lain yang cukup renggang, sepertinya tidak banyak yang tahu bahwa jalanan ini bisa nembus sampai jalanan besar. Lagi asyik-asyik berkendara sambil bersenandung, mataku menangkap bayangan sekumpulan manusia mengerubungi sebuah mobil merah.
Ada kecelakaan atau ada yang seru-seru, hm? Aku yang punya rasa penasaran tinggi terhadap sesuatu langsung berhenti dan memarkirkan motor di depan sebuah rumah warga dan mendekati gerombolan itu.
Aku bertemu pandang dengan sepasang manik mata di sela-sela bahu para pria dewasa itu. Sial, kayaknya hidupku bakal lebih buruk karena tiba-tiba saja tanganku ditarik oleh seorang cowok yang ekspresi wajahnya serius.
Dia memakai kemeja hitam tak terkancing sehingga menampilkan bagian dalamnya kaus putih polos. Kini aku dan dia berada di tengah kerumunan masa itu. Aku merasa diseret dalam kawanan singa kelaparan, bapak-bapak yang mengerubungi kami menyeramkan sekali. Aku menelan ludah memandang sekitar bingung.
"Ayana, akhirnya lo dateng!" Cowok itu tampak serius menatapku. Aku menahan diri agar tidak mengorek telinga, hah apa aku salah dengar cowok itu memanggilku dengan Ayana?
"A--"
"Pak, tenang...teman saya datang. Dia masih syok, jadi saya ingin bicara sebentar dulu sama dia." Suaranya begitu sumringah mengabaikan tatapan aneh dariku.
Tangannya yang masih memegang lenganku menarik diriku menjauh dari kerumunan ke bagian pantat mobil. Aku berontak mau kabur tetapi tenaganya untuk menahanku cukup besar. Aku pasrah saat ditarik paksa oleh cowok itu ke belakang mobil, seperti kehilangan kesadaranku lantaran syok, dia menatapku serius.
"Heh, cewek. Lo ada duit banyak nggak? Pinjem dong, nanti bakal gue ganti kita tukeran nomor aja. Gue ada jam tangan gue nih jaminan. Please, itu bapak-bapak rese. Dia yang salah, mobil gue yang lecet. Masa gue yang diserang suruh ganti rugi? Nggak adil kan? Dunia memang nggak adil—"
"Hah? Lo pikir gue emak lo minta duit seenaknya. Nggak ada duit," sahutku ketus lalu menarik tangan dari cekalannya.
Aku melipat kedua tangan depan dada, dia menjilati bibir panik dan sesekali melirik kerumunan masa di belakang kami.
"Please, Ayana bantu gue! Tiga ratus ribu, bakal gue ganti sumpah nggak bohong. Kebetulan aja duit gue lagi abis, ayolah!!" kata cowok itu mencoba menggodaku dengan senyuman mautnya.
Hah, dia minta tiga ratus ribu? Emangnya aku terlihat seperti ATM berjalan yang bisa diambil duitnya secara langsung?
"Nggak ada. Lo siapa lagi, teman bukan, kodok bukan, pembantu bukan! Udah ah gue mau cabut pulang dulu! Bye, urusin aja tuh sendiri!" kataku sebelum melenggang pergi ternyata dia menarik tanganku dan memeluk tubuhku.
Pelecehan. Aku dilecehkan. Eh, apaan sih ini pelecehan seksual, aku harus menjerit minta tolong. "Ahh!"
"Ayana, please bantu gue. Lo satu-satunya sahabat yang gue andalkan saat ini, gue butuh lo. Hiks ... hiks...." Tiba-tiba dia berteriak nyaring. "Gue takut diusir sama Mama Papa lagi, gu-gue udah sering bikin masalah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sashi
Ficção Adolescente📌 Listed to @WattpadRomanceID Reading List Kategori Kisah Klasik di Sekolah edisi Januari 2022 ** Di tahun keduanya Sashi bersekolah, entah mengapa rasanya dia ketiban sial saat namanya berada di daftar murid kelas 11 IPS 5. Kelas paling bontot da...