Akhirnya tiba juga di hari Jumat.
Hari ini sudah aku perkirakan akan menjadi hari terberat. Bagaimana tidak, tugas Sosiologi, Ekonomi, dan ulangan harian Matematika menjadi beban di hari akhir sebelum memasuki minggu Porseni.
Aku menguap lebar beberapa detik setelah bel berbunyi panjang. Putri mencolek bahuku, aku menoleh melihat dirinya dengan Mala sudah berdiri.
"Ikut kantin nggak?" tanya Mala. Aku menggeleng lesu.
"Kapan-kapan kita makan bareng yuk!" ucap Putri.
"Iya nanti aja ya pas Porseni! Gue lagi nggak mood, enek banget abis ngerjain MTK. Bisa-bisa—"
"Stop!" potong Mala cepat. "Jangan bilang nanti napsu makan gue hilang."
Putri tertawa dan aku juga. Mala langsung menarik Putri keluar dari kelas takutnya kantin keburu penuh. Aku tersentak begitu melihat sosok cowok tinggi menjulang berdiri di depanku, dia melihat ke arah pintu di mana Mala dan Putri menghilang.
Arya duduk di tempat Putri sambil membawa kotak makan berwarna hijau dengan tutup bentuk kodok imut keropi, aku mengerjapkan mata melihat benda tersebut.
Arya nyengir sambil membuka kotaknya. "Ibu bawain sesuatu buat Sashi katanya, gue juga nggak tahu isinya apa. Yuk, makan bareng—" Mata Arya melotot melihat isi tempat makan tersebut, ternyata isinya bulatan hijau berbungkus daun pisang. Arya mengambil isinya satu lalu membukanya.
"Kue apaan ini ya? Lo tau nggak kue yang isinya pisang begini? Kue pisang?" tanyanya bingung. Tapi mulutnya tetap asyik mengunyah kue. Aku mengambil satu buah dan memakannya.
"Nagasari. Dulu gue sering buat ini di sekolah. Pelajaran Tata Boga," kataku senyum.
"Kapan-kapan mau makan yang buatan lo yak? Tau nih ibu gue dapat dari mana ngasih bekal sebanyak ini."
Belum sempat kujawab tatapan Arya tertuju pada seorang cewek dengan wajah kalem lewat di depan kami, dia menatap kami –tepatnya Arya lalu melempar senyuman tipis. Semula Arya hanya menatap balik cewek itu tanpa ekspresi, tapi akhirnya dia melempar senyuman kikuk lalu menawarkan bekalnya pada Sera.
"Mau?"
Malu-malu Sera menggelengkan kepala, kemudian dia berjalan setelah sempat mengucap. "Keluar duluan ya." Itu pertama kalinya aku mendengar cewek itu berbicara.
Aku mengamati punggung cewek itu, sebenarnya dia tidak jelek. Hanya misterius sekali. Karena tidak jelek aku jadi takut Arya berpaling. Kok aku jadi posesif dan cemburuan sekali, huh...
"Lo dekat sama dia sekarang?" tanyaku tanpa melihat wajah Arya, aku memakan sisa potongan Nagasari. Mendadak jadi tidak enak rasanya.
"Ya harus dong, gue kan ketua kelas."
"Jangan terlalu baik sama dia," ucapku. Arya menoleh dengan kening berkerut.
"Kenapa? Gue cuma penasaran sama dia, kok bisa ya anti sosial banget!" serunya penuh kagum.
"Hhhh, dulu lo juga bilang penasaran sama gue. Hm, dari penasaran itu nanti terlalu merhatiin, jadinya suka, naksir, terus sayang," kataku menjelaskan. Ya, dapat dengan mudah siklusnya pasti akan seperti itu, aku sedih karena gara-gara status backstreet ini membuat orang lain berharap.
Siapa saja memang berhak menyukai, tetapi jangan pernah suka sama orang yang sudah punya pacar apalagi sampai sayang. Menyakitkan. Bisa menimbulkan keinginan untuk menghancurkan hubungan orang tersebut pula.
Arya cekikikan. "Nggak bakal, sayangnya sama Sashi aja cukup!" Aku membekap mulutnya agar tidak ngoceh yang bukan-bukan lagi. Dia mengerjapkan mata kaget, aku melepaskan bekapanku. Meski sudah sering tidak sengaja bersentuhan, tetap saja kikuk jika terlalu dekat dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sashi
Jugendliteratur📌 Listed to @WattpadRomanceID Reading List Kategori Kisah Klasik di Sekolah edisi Januari 2022 ** Di tahun keduanya Sashi bersekolah, entah mengapa rasanya dia ketiban sial saat namanya berada di daftar murid kelas 11 IPS 5. Kelas paling bontot da...