Aku menatap lampu sorot yang berputar di meja belajarku, suasana pemandangan bawah laut yang menjadi motif di lampu tersebut berputar dengan indahnya. Tetapi pikiranku tidak berada di situ. Entah kenapa setelah disadarkan oleh sebuah fakta itu, aku rasanya seperti ditampar dan dilempar. Sakit sekali.
Seharusnya aku tidak memiliki rasa kecewa dan sakit hati seperti ini. Aku harusnya sadar bahwa aku dan Arya memang hanya berteman. Berkali-kali aku meyakinkan diri dan bertanya dalam hati mengapa aku harus sedih dan uring-uringan sejak tadi sore, aku tidak bisa mengenyahkan mood burukku ini. Dan hatiku sangat sesak.
Kita ini cuma berteman kan? Aku kembali memutar otak. Bahkan hubunganku dengan Arya jauh dari bisa disebut sebagai teman, aku selalu jijik, sinis dan ketus padanya. Apa itu disebut sebagai teman? Sepertinya bukan. Lalu kenapa aku harus kecewa setelah mendengar dari Om Gio bahwa Arya tidak boleh pacaran dulu.
Siapa juga yang mau jadi pacar Arya?
Siapa juga yang mau pacaran sama Arya?
Kenapa aku sedih?
Arya kan bukan tipeku. Arya nyebelin, alay, konyol, dan aneh. Apa bagusnya si Arya? Aku nggak suka sama dia. Nggak mungkin suka. Aku ... aku ... nggak su-ka.
Ting ... ting ... sebuah pesan masuk ke nomor Whatsapp-ku. Ketika aku membaca isi pesannya, hatiku kembali merasakan sakit lagi. Kenapa aku jadi sesak dan emosional begini?
Arya: Kangen :'(
Sashi: Apaan dah!
Arya: Gak kangen emang?-_- jutek banget
Sashi: Gak. Apaan sih, tidur sono besok sekolah.
Arya: Marah ya? Marah, hm? *toelin pipina*
Sashi: Marah knp?
Arya: Capek, butuh kmu, sayang. Semangatin aku dong!
Sashi: *semangatin*
Arya: Anjir kok jutek banget sih? Salah Arya apa?
Sashi: Banyak nyebelin.
Arya: Mau aku ceritain? Kepo pasti makanya ngambek.
Sashi: Hm
Arya: Telepon yak?
Aku gelagapan. Saat ini dia adalah makhluk yang sangat ingin aku hindari, untuk membalas chat-nya saja rasanya masih kesal. Belum sempat aku mengetikan balasan tidak mau ditelepon, layar ponselku sudah kedip-kedip dengan nama Arya muncul.
Terpaksa aku menerimanya. Ya, aku terpaksa.
"Hm?"
"Halo, malam juga, Sayang."
"Arya! Berhenti manggil gue pake kata itu," cegahku memohon.
"Kenapa si? Lagi M ya, kayaknya judes banget. Emang kenapa gue nggak boleh manggil pake Sayang. Lo kan belum ada yang punya," jawabnya santai sekali.
"Tau ah, kepo! Ya, tapi kan nggak seharusnya lo manggil pake Sayang."
"Baper ya, Sas? Cie elah, jadi lo baper nih! Biarin aja lo baper, kali aja nanti lo akhirnya bisa menerima gue jadi pacar lo. Hehe."
Apa? Pacar? Apa Arya sama sekali tidak ingat bahwa ayahnya melarang pacaran. Arya bicara seperti tidak tahu tempatnya.
"Katanya mau cerita!" selaku cepat biar Arya tidak lagi membahas masalah pacar-pacaran itu.
"Oh iya! Gue pamit ke sekolah pas diskors, Novan nurunin gue di terminal. Gue main aja ke rumah bedeng markas sohib lama gue. Gue pulang sore tanpa menaruh rasa curiga sama Novan juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sashi
Teen Fiction📌 Listed to @WattpadRomanceID Reading List Kategori Kisah Klasik di Sekolah edisi Januari 2022 ** Di tahun keduanya Sashi bersekolah, entah mengapa rasanya dia ketiban sial saat namanya berada di daftar murid kelas 11 IPS 5. Kelas paling bontot da...