sembilan

4.2K 637 53
                                    

"Aku sayang sama kamu, Yer..."

Tiba tiba Yerim merasakan tubuhnya yang semakin memanas.

"Sayang banget." Jungkook menyandarkan kepalanya di leher Yerim.

Leher Yerim terasa panas ketika Jungkook menghembuskan napasnya.

Perlahan, Yerim melepaskan pelukan Jungkook. Dan melihat dengan teliti wajah Jungkook yang saat ini tengah tersenyum menatapnya. Pucat.

Tangan kiri Yerim yang bebas, menyentuh dahi Jungkook yang tertutup poni. Panas.

"Lo sakit. Pulang gih!" usir Yerim dengan nada kalem.

Kepala Jungkook menggeleng. "Enggak, aku masih pe-" Jungkook memijat pelipisnya sebentar, dan meringis.

"Aku masih pengen liat muka kamu, Yer." Lanjut Jungkook sambil senyum manis banget gitukan, sambil menahan rasa sakit.

Sungguh saat ini Yerim nggak tega banget ngeliat keadaan Jungkook. Dahi Jungkook panas banget. Terus dia juga ingat kalau pria itu pastinya juga lapar.

Yerim menghela napas.

"Kenapa?"

Kepala Yerim menggeleng. Dia berjalan mendekat kearah pintu apartemennya dan membukanya.

"Ayo masuk." Ajak Yerim.

Dia bener bener nggak tega'an

"Pusing." Gumam Jungkook pelan banget. Tapi, Yerim denger.

Yerim berjalan mendekat kearah Jungkook dan membopohnya masuk kedalam apartemen.

Jederrrrrr

Diapartemen Yerim Cuma ada dua kamar. Satu kamar Yerim. Satunya kamarnya Jongin yang dikunci dan kuncinya dibawa sama Jongin.

Alay emang

Terus, ini Yerim harus naruh Jungkook dimana? Kulkas? Kan Jungkook lagi panas, mungkin aja panasnya bisa langsung turun kalau ditaruh kulkas.

Sofa? Duh, sofa itu nggak nyaman banget.

Kamar Yerim? Itu satu satunya tempat yang masih bisa dikatakan mungkin. Tapi, Yerim belum pernah naruh cowok dikamarnya. Takut bikin dosa.

Gaya'an

Dengan berat hati dan keterpaksaan tingkat tinggi, Yerim merebahkan tubuh Jungkook dikasurnya. Menyelimutinya juga.

Jungkook? Bibirnya putih, wajahnya pucat dan dia sedikit menggigil.

Yerim nggak tega banget. Akhirnya dia mengkompres dahi Jungkook dan membuatkan bubur. Kan Jungkook belum makan. Lagi pula Jungkook harus minum obat.

Untung masih ada paracetamol di kotak obat Yerim.

Istriable banget

"Kak, makan dulu ya?" Yerim membangunkan Jungkook kalem banget.

Ya meskipun Jungkook itu pernah menyakitinya di titik dimana dia sangat tersakiti dan terpuruk. Tapi, Yerim juga manusia, dia nggak tega kalau liat orang lemah kayak Jungkook sekarang.

Kepala Jungkook mengangguk. Dia sekarang berada diposisi duduk. "Suapin." Gumamnya manja sangadh.

Yerim menghela napas. Dia sungguh nggak iklas. "Iya." Awab Yerim kalem.

Satu suapan

Dua suapan

Tiga suapan

Empat suapan

"Udah Yer."

"Eh, lagi kak! Nanti nggak sembuh lho!!"

Jungkook senyum, adem rasanya ngeliat Yerim khawatir terhadapnya. "Kalo makan lagi, pengen muntah." Jawab Jungkook.

Yerim meletakkan mangkuk buburnya dinakas. Mengambil obat dan air yang sudah ia siapkan.

"Ini diminum dulu."

Jungkook minum obatnya. "Makasih."

"Hmm." Yeri berdiri dan hendak pergi meninggalkan Jungkook.

Tapi, lengan Yerim dicegat sama Jungkook. "Duduk bentar deh."

Yerim duduk dipinggiran kasur. Jungkook mendekat dan memeluk Yerim.

"Kak, panas!" Suhu tubuh Jungkook bener bener panas.

Jungkook melepas pelukannya. Senyum sebentar dan mengusak rambut Yerim.

"Maaf."

Yerim menatap Jungkook saat pria itu meremas tangannya.

"Yer?"

"Ya?"

"Kamu mau jadi pacar aku?"

"Untuk yang kedua kalinya?"

••••••••••

Long Time No SeeWhere stories live. Discover now