Hai aku kembali lagi.... semoga kalian suka dengan part ini. So happy reading guys.
_
Seminggu berlalu. Hari sudah pagi cuaca sangat dingin, hujan rintik mengguyur ibu kota jakarta. Biasanya jam segini kevin sudah mandi & lengkap dangan stelan kantornya. Namun pagi ini hal itu urung dilakukannya. Saat ini ia lebih memilih untuk tetap berbaring & memandang lekat wanita yang sedang tertidur & terus beringsut masuk kepelukannya.
Sejak seminggu yang lalu mereka tidur bertigadengan nathan, namun sejak dari tadi ditinggal Nathan bangun tanpa sadar mila terus beringsut masuk kedalam pelukan kevin. Bahkan tanpa sengaja wanita itu mengendus dada bidang pria itu hingga menyebabkan pandangan kevin meremang saat menerima perlakuan jarang seperti yang ia rasaka saat ini.
Namun ia sadar, ia tidak boleh berlama-lama dalam keadaan ini, ia bangkit & berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya & meninggalkan mila sendiri yang masih bergulung dalam selimutnya
-
Pagi ini dia hanya bisa berdiri menghadap jendela, melihat pemandangan halaman depan rumah yang baginya menakjubkan, kebun bunga dari kejauhan juga bisa dilihatnya. Inginnya menyentuh & mencium secara langsung namun apalah daya karna hujan yang sedang mengguyur kota itu merupakan salah satu alasannya kenapa dia hanya bisa berdiri mengahadap jendela kamarnya. sudah banyak penderitaan & kesakita yang ia terima ketika berusaha menolak semua ketetapan takdir.
Ada waktu dimana dia benar-benar merasa gila karna tidak tahu pada siapa dia harus bercerita, dia benci dirinya yang bersikap sok kuat dengan tidak membutuhkan siapapun. Dia sendiri sadar, sebesar apapun sikap arogannya dia tetap ingin ada seseorang yang benar-benar bisa dijadikan pelampiasannya. Menenangkannya, memeluknya & mengatakan semua akan baik-baik saja. Dulu sewaktu masih disurabaya dia mudah saja menangis dengan hidup yang ia jalani. Namun detik itu kedua orang tuanya selalu ada menawarkan hangatnya pelukan & mengatakan semua akan baik-baik saja seakan dengan pelukan itu mila sudah menemukan kedaimannya lalu kata-kata ada kami yang selalu bersamamu seakan menjadi sebuah sugesti yang menenangkan dirinya hingga melupakan sedikit rasa sakitnya. Lalu kini ia hidup dengan orang yang dianggap asing baginya. Ia hidup bagai manusia tanpa jiwa atau robot mainan yang hanya bisa bergerak sesuai dengan tujuan kenapa dia dicipatakan. Jika tidak ada kedua orang tuanya maka sang adik perempuanpun bisa menjadi penenang baginya. Jika tidak ada ketiga orang itu, dia masih memiliki adik laki-lakinya yang selalu menjaga & mendukung setiap keputusannya.
Lalu sekarang? tidak ada lagi yang bisa menghiburnya, terlebih keberadaannya yang jauh dari keluarga membuat kemuraman semakin meraja didalam hatinya. Dia juga tidak bisa mengatakan dengan seenaknya saja tentang perasaannya. Karna mila cukup tahu bahwa sosoknya kini berbeda jauh dengan mila dulu yang bersikap terbuka.
Jika mengingat pembalasan dendamnya tentu saja mengarahkan pikirannya pada sosok pria yang sudah menjadi suaminya. Tapi tetap saja hal itu tidak lantas serta merta membuatnya lanjut balas dendam. Ia mencoba berdamai dengan segala dendam yang sempat ia pikirkan. Kini ia hanya tertunduk & berulang kali melancarkan kata maaf
"Maafkan aku" ucapnya lirih, entah untuk siapa ia mengucapkannya. Karna detik ini tidak ada seorangpun yang berada didekatnya hanya dia seorang yang sedang berdiri dibalik jendela menikmati hujan sembari menatap keluar. Sepertinya hanya wanita itu sendiri yang tahu persisnya untuk siapa permintaan maafnya itu, disertai buliran bening yang jatuh dari kedua matanya. Memikirkan segalanya membuat wanita itu diam-diam kembali berteriak didalam hati. Ia begitu larut dalam kesendiriannya hingga tak menyadari keberadaan & pertanyaan kevin yang saat ini telah berdiri disampingnya
KAMU SEDANG MEMBACA
TKPK [END]
RomanceMILA menyadari ia telah terjebak bersama Kevin. Bukan hanya dalam pernikahan tapi dia sudah menyadarinya sejak pertemuannya 5 tahun silam. Dia masih tidak terima dengan pemerkosaan itu, betapa dia menyangkal, lari menjauh ataupun memikirkan KEBENCIA...