Blind

932 112 21
                                    

Malam itu, sepulang dari club--dengan wajah babak belur karena ulah sialan anak buah Myungsoo, Sehun memutuskan untuk menenangkan diri di kedai pinggir jalan. Emosi, kekecewaan, dan keprihatinan bergelut di dalam hatinya. Pasalnya, gadis yang selama sepuluh tahun mencuri hatinya dan menjadi obyek perlindungannya, justru mengobrak-abrik isi hati pria itu. Ini memang bukan kali pertama ia berakhir babak belur karena berusaha menyelamatkan Naeun dari genggaman Myungsoo. Namun tetap saja, setiap kali Sehun mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti ini, hatinya akan terasa ngilu.

Oh Sehun memesan dua botol soju dan semangkuk kimchi. Pesanan yang sama seperti yang ia pesan setiap kali merasa terpuruk. Berharap dengan beberapa teguk alkohol, masalahnya dapat larut dan menghilang.

Sehun memang berbeda dari kebanyakan remaja di Seoul. Di usianya yang ke-delapan belas, seharusnya ia menghabiskan malam di kamar. Duduk manis ditemani puluhan buku yang (mungkin) akan membantunya menyelesaikan tugas dari guru. Bukannya repot-repot datang ke club hanya untuk memastikan keadaan gadis yang bahkan tak pernah melihat keberadaannya.

Cairan bening dalam dua botol soju itu telah masuk ke lambung Sehun. Berangsur, kesadaran pria itu mulai memudar. Sampai sebuah suara tiba-tiba mengagetkannya.

"Yak, Oh Sehun, kenapa kau tidak datang untuk les?"

Bagaikan cambuk, suara itu mengembalikan Sehun ke alam sadarnya. Oh benar. Hari ini, jam empat sore, seharusnya Sehun mengikuti bimbel bersama gadis bernama Jung Eunji. Sehun bukannya lupa jika hari ini ada jadwal les; tapi ia sengaja tidak ingin belajar, tidak ingin berkutat dengan rumus, dan tidak ingin bertemu dengan gadis sialan itu--Jung Eunji. Sehun bersyukur karena hari ini dan selama sebulan ke depan, ayahnya pergi ke Jepang. Jadi tak masalah jika ia tidak mengikuti les atau bahkan bolos sekolah. Tidak ada yang mengawasinya.

"Pergi." Desis Sehun yang terusik akan kedatangan Eunji.

Bukannya pergi, Eunji justru duduk dan menyampaikan materi tentang cara kerja enzim. Astaga, tidak bisakah dia membiarkanku tenang kali ini saja? Batin Sehun memanas. Dan rasa kesal Sehun meningkat tatkala Jung Eunji membuang segelas soju yang hendak ia minum.

Dengan segenap amarah dan kekesalan yang memuncak, Sehun akhirnya menggertak gadis itu, "Kubilang pergi, sialan!"

Pyar!

Tangan Sehun tanpa sengaja melempar dua botol soju ke kepala Eunji. Botol itu seketika menjadi kepingan kaca ketika menyentuh kepala dan wajah gadis itu. Darah segar mengalir di sana.

"Jung Eunji!"

Entah setan apa yang tadi memasuki tubuhnya. Bagaimana bisa ia melakukan tindakan bodoh semacam itu?! Dengan kesadaran penuh, Sehun bergetar di tempatnya. Ia mulai mendengar kasak-kusuk dan teriakan histeris pengunjung kedai yang melihat kejadian ini. Dan tanpa aba-aba, Oh Sehun menggendong tubuh Eunji yang kini tersungkur ke lantai. Memacu mobil menuju rumah sakit terdekat.

**

Tamparan adalah sapaan hangat dan khas yang selalu Tuan Oh berikan pada anak semata wayangnya ketika melakukan kesalahan. Dan kali ini kesalahan fatal yang membuat lelaki paruh baya itu harus mengambil penerbangan utama dari Jepang ke Korea. Anaknya berulah lagi. Dan ia tak bisa tinggal diam dengan masalah satu ini.

Sehun meringis tertahan di tempatnya. Tak ada pembelaan atau rasa tak terima ketika tangan keriput ayahnya menampar pipi lebamnya. Pria itu sepenuhnya sadar: ia memang sudah keterlaluan.

"Seharusnya aku mencoreng namamu dari daftar keluargaku sejak dulu." Ucap Tuan Oh sarkatis.

Sehun masih diam. Percuma jika ia membalas perkataan ayahnya. Toh, sudah pasti ayahnya yang akan menang dengan adu mulut ini. Lagipula, mereka sedang ada di ruang tunggu rumah sakit. Tidak mungkin Sehun membuat keributan, sementara ada sebuah nyawa yang tengah diperjuangkan beberapa dokter di dalam sana.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang