Hari ini Sehun dibuat terpukau oleh ulah Xi Luhan. Entah dengan taktik apa, pria itu mampu menerobos bagian keamanan rumah Sehun, menyela masuk ke ruang tamu, dan berhadapan langsung dengannya. Tanpa salam, tanpa mempedulikan keterkejutan Oh Sehun, pria itu segera berujar, "Dimana Eunji? Aku ingin mengajaknya jalan-jalan."
Sehun bukannya tak mengijinkan, toh Eunji bukan siapa-siapanya yang wajib ia lindungi, ia kekang, atau ia simpan untuk dirinya sendiri. Namun menghadapi sikap seenaknya Luhan barusan, sungguh membuatnya muak. Ia menolak, sempat mengusir pria itu dengan ucapan sinisnya. Perang dingin di antara mereka mencetus lagi.
"Kau tidak mengijinkan aku membawa Jung Eunji pergi?" Luhan bertanya. "Kau bukan siapa-siapanya. Juga tidak sedang berniat melindungi atau membahagiakannya. Dia itu parasit bagimu, kan? Maka biarkan parasit itu pergi bersamaku. Parasit yang lainnya."
Adu mulut dengan Xi Luhan memang memuakkan. Apalagi sialnya, Oh Sehun selalu saja kalah level dengan setiap ucapan pria itu. Melawannya hanya akan menciptakan konflik lain berkepanjangan. Sementara mendiamkannya justru akan menindas habis dirinya. Sehun menggigit bibir.
"Bahkan seharusnya aku tak perlu minta ijin padamu, kan, kalau hanya ingin mengajak Eunji pergi? Sebaiknya segera panggil Eunji. Dia tak akan menolak kehadiranku, bahkan ajakanku."
Sehun meremas gelas sampanye di tangannya. Emosi membakar sekujur tubuh. Beberapa teguk cairan berbau menyengat itu tak memberinya efek memabukkan sedikitpun. Justru hanya menambah gerah kerongkongannya yang mulai ikut terbakar, secara nyata.
Tiga jam lalu, pukul tujuh malam, Luhan resmi membawa Eunji pergi. Yang pria itu ucapkan benar. Eunji tak menolak kehadirannya atau bahkan ajakannya. Ia hanya sedikit ragu dengan tawaran Luhan, namun akhirnya melenggang pergi bersama pria bermata teduh itu menggunakan mobil hitam yang sedikit basah. Tadi sore hujan.
Maka Sehun kemari. Bukannya untuk menghilangkan rasa sepi akibat tidak ada Eunji di rumah saat ini, karena ada atau tidaknya Eunji di rumah pun tak menghilangkan suasana pengap rumah itu, tapi ia hendak mengusir jauh-jauh memori semalam. Berharap dengan beberapa gelas sampanye, ingatannya tentang 'pertengkaran' itu bisa lenyap.
Namun sayang, semua sia-sia. Dirinya masih ingat betul setiap kata yang ia ucapkan untuk Eunji, begitupun sebaliknya. Bahkan tindakan bodohnya saat pautan bibir itu terjadi. Sehun tidak mengetahui pasti apa motifnya melakukan hal itu. Ketika ia meminta hubungannya dengan Eunji hanya sebatas 'korban' dan 'tersangka', seharusnya Sehun tak melakukan hal sensitif itu, bukan?
Meski ia tak dapat menyangkal setelah kejadian itu hingga kini denyut jantungnya suka berdetak tanpa kendali, Sehun memilih bungkam. Ia ingin mengubur dalam-dalam ingatan itu. Keraguan melandanya, membuat perasaannya terombang-ambing entah pada Eunji atau urusan lain yang memang kini seharusnya ia pikirkan. Tetapi, jauh di sisi terdalam hatinya, tanpa Sehun ketahui, sebuah perasaan baru muncul di sana.
Drrttt...
Sehun merogoh saku. Benda persegi panjang dengan satu sisinya yang memancarkan cahaya telah menyita perhatiannya. Sebuah pesan singkat yang membuatnya segera bangkit. Meninggalkan segelas sampanye yang sudah separuh kosong.
**
Menuruni lima anak tangga, suasana riuh klub langsung menyapa gendang telinga Sehun. Lantai dansa terpampang setelahnya. Tempat dimana gadis-gadis berpakaian ketat menari-nari gila, ditemani segelas sampanye, sake, wine, atau minuman beralkohol lainnya. Sebagian tumpah, tapi tak mereka pedulikan. Di setiap sudut ruangan, beberapa pasangan saling bertautan, menyalurkan nafsu sementara musik menggema dan cahaya lampu warna-warni memancar tak beraturan.
Sehun melenggang. Bukan ini tujuannya. Ia berjalan menuju sisi lebih dalam dari klub. Di ujung ruangan, sebuah tangga besi yang memiliki jalur melingkar ia lewati. Lalu disusul sebuah lorong sepanjang sepuluh meter yang dua sisinya dilapisi kisi-kisi kaca. Tiga lampu neon berdaya sepuluh watt berjajar rapi di atap kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionKetika puluhan keping takdir menyeramkan mengepung anganmu dari berbagai sisi, kemanakah kau akan berlindung? Beautiful cover by LhyFinda Art.