Cahaya keemasan bulan menerpa wajah temaram Oh Sehun. Kakinya melangkah tegas memasuki rumah, menuju lantai dua, membuka pintu kamar. Pukul delapan malam di hari Kamis. Sepulang sekolah Sehun sengaja mampir ke tempat karaoke bersama Kai dan Tao, jadi ia sampai di rumah saat bulan purnama sudah tergantung di langit.
"Kau sudah pulang?"
Sehun terperanjat. Dirinya baru sadar kalau sosok Eunji ternyata ada di dalam kamarnya, duduk di ranjang king size berseprei biru. Padahal kemarin malam Sehun sudah menyuruh Kai menghubungi Luhan untuk menjemput gadis ini, berpesan pada pelayan untuk membantu memberesi barang Eunji. Tapi kenapa gadis ini masih di sini? Bahkan sampai lancang masuk kamarnya, menyapanya.
"Pasti kau lelah." Eunji memberikan senyum tipis yang menawan. Rok berwarna soft yellow selutut yang ujungnya dihiasi renda melekat manis di tubuh gadis itu. Rambutnya terurai rapi, ditambah poni tipis di dahi. "Sebaiknya segera mandi. Setelah itu kita makan malam."
Sosok Eunji berjalan menuju pintu. Pelan tapi pasti mulai menjauh. Sehun mengusap wajah. Apa yang terjadi dengan gadis itu? Kemarin sore, terakhir kali ia melihat gadis itu, keadaannya benar-benar kacau. Raut wajahnya penuh keputusasaan yang membuat Sehun terkulai. Tapi kenapa hari ini hanya kebahagiaan yang bersinar di sana?
Asumsi buruk menyelami pikiran Sehun. Seorang penipu tak mungkin memperlihatkan tampang penipunya. Sama halnya dalam kasus ini. Kalaupun ini jebakan, maka Eunji mungkin sedang melapisi dirinya dalam rona menyenangkan, tapi pada sisi lebih dalam, kudeta sudah terancang dan siap meletus kapanpun.
Tangan Sehun menarik lengan Eunji dalam gerakan cepat serta cukup kasar. Gadis itu berbalik, tapi senyum masih terlukis di sana. Mata kosong itu bahkan ikut melengkung, menenangkan.
Sehun menggigit bibir. "Apa yang kau rencanakan, Jung Eunji?"
"Kemarin kau bilang aku tak boleh pergi bersama Luhan, kan? Kau bilang aku akan tinggal di sini selamanya. Maka aku akan di sini, tinggal bersama Oh Sehun. Itu rencanaku."
Mata Sehun memincing. Ia meremas lengan itu, geram. "Kau mencoba mempermainkanku?" Tanyanya sarkatis.
Tapi respon Eunji kali ini berbeda. Tanpa diduga mengambil posisi mendekat, menghadiahkan pelukan pada sosok Sehun yang dua puluh senti lebih tinggi dari Eunji. Tangan gadis itu melingkar, menepuk punggung Sehun.
"Tidak." Eunji menjawab. Memejamkan mata dalam topangan tubuh tegap yang masih mematung, bingung harus membalas apa.
"Sekarang ada aku. Yang akan setia mendengar ceritamu, yang akan menunggumu di rumah, yang akan menjadi temanmu." Pelukan Eunji melonggar. "Mulai hari ini, tidak ada lagi sosok Oh Sehun yang kesepian. Mulai hari ini, kau harus bahagia."
Oh Sehun terpaku dalam kebisuan. Suasana hangat yang diciptakan Eunji lenyap tatkala gadis itu selesai. Untuk kali terakhir memberikan satu lekukan senyum.
"Kutunggu kau di ruang makan."
Gerimis jatuh saat itu juga. Rintik air menerpa jendela Sehun yang belum tertutup tirai. Cahaya bulan menipis, kabut sudah berarakan merebut tempat kosong dalam hitam langit.
Satu kepastian. Ketika Eunji mampu menyatakan hal demikian, memberikan janji demikian, maka sudah pasti ada yang memberitahu cerita hidup Sehun ke gadis itu. Mungkin Kai, atau Tao. Namun mengapa Eunji repot-repot melakukan hal itu?
**
Pernah satu masa Luhan merasa dirinya ada pada titik keputusasaan. Batinnya melonjak, berharap semua yang membebani pikirannya mampu ia usir jauh-jauh. Namun kenyataan memang kadang tak sesuai semestinya. Ia mendesah. Dari balik jendela lantai dua rumah sakit, menengok gerimis yang kembali jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Fiksi PenggemarKetika puluhan keping takdir menyeramkan mengepung anganmu dari berbagai sisi, kemanakah kau akan berlindung? Beautiful cover by LhyFinda Art.