Forecast

640 97 30
                                    

Oh Sehun memekik tertahan tatkala benda runcing nan dingin itu kembali dihujam ke kulitnya. Beberapa menit kemudian, selang infus kembali melilit tangannya dengan rapi. Sehun mendengus. Ia benci infus, ia benci alat-alat rumah sakit yang mengekangnya. Apalagi sensasi ketika jarum, yang entah berdiameter berapa mikrometer, itu merobek kulitnya, masuk ke pembuluh darah, lalu cairan dingin yang membuatnya membeku mengalir di sepanjang tubuh.

Merasa tugasnya sudah selesai, perawat wanita dengan rambut yang disanggul sederhana itu berpamitan. Melenggang pergi. Menyisakan isi ruangan kamar 307 yang dihuni Oh Sehun, Park Chanyeol, Jung Eunji, dan tambah satu lagi Lee Ahjussi, yang sejam lalu datang kemari. Mendapati ruangan ini kosong, melapor ke bagian resepsionist dan keamanan, berakhir dengan menemukan Oh Sehun yang tengah berjalan di lorong bersama Eunji. Ia tidak tahu darimana 'anak nakal' itu. Tapi yang pasti, mengetahui Sehun sampai senekat itu melepas infus, urusan yang ia lakukan pasti sangat penting. Sekarang tugasnya, selain membawa Sehun kembali ke kamarnya dan meminta perawat melanjutkan program terapi obat Sehun, adalah menginterogasi mereka bertiga.

Sehun memperhatikan Lee Ahjussi yang berdiri di samping ranjangnya sembari bersedekap. "Jadi.. apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Tanyanya, memasang wajah cukup serius. Berharap ia mendapat jawaban yang membuatnya puas.

"Ehm, sebenarnya ini salahku, Ahjussi." Chanyeol membuka suara. "Aku tak sengaja meninggalkan Eunji sendirian di ruang tunggu saat visit dokter. Lalu saat aku keluar mencarinya, Eunji sudah tidak ada. Aku minta maaf."

"Lalu?" Lee Ahjussi mendesak. Jawaban semacam itu tentu tak memberinya petunjuk: mengapa Sehun bisa nekat mencabut infus. Tapi opini satu arahnya mungkin saja benar, Sehun mencari Eunji?

"Selanjutnya salahku." Kali ini Eunji yang berujar. "Ada seseorang yang berniat menolongku, dan ternyata dia teman lamaku. Jadi bukannya kembali ke ruang ini, aku justru ke taman, mengobrol dengannya. Tidak meminta ijin dulu pada Park Chanyeol dan Oh Sehun. Akhirnya--"

"Akhirnya aku harus susah payah melepas infus, perban, dan menyamar agar bisa keluar dari ruang ini untuk mencarinya." Ini kalimat milik Sehun. Tanpa permisi memotong ucapan Eunji yang sedang menjelaskan.

"Aku minta maaf." Sambung Eunji.

"Aku ingin dia pulang." Sehun kembali berujar. Seperti tak mengijinkan Eunji berkata barang sebentar. "Suruh siapapun, asal jangan dia yang menemaniku di sini." Katanya dingin, tak menatap siapapun. "Merepotkan."

Lee Ahjussi dan Park Chanyeol saling tatap. Sehun tahu mereka sedang berinteraksi dengan mata batin, mengkode. Satu menit, keputusan akhirnya diambil. Lee Ahjussi memvonis, disusul Chanyeol yang bangkit bersama Eunji dari duduknya.

"Kalau begitu aku akan mengantar Eunji pulang, sekalian membersihkan diri. Aku akan ke sini lagi nanti malam." Chanyeol menghambur ke arah Sehun. "Cepatlah sembuh!" Sambil mengacak rambut Sehun. Tersenyum lebar.

Sehun mendengus. Ia tak suka diperlakukan seperti anak kecil. Apalagi oleh si 'kuping lebar' Park Chanyeol.

"Kami permisi dulu."

Suara kecil itu menjadi penutup. Sosok Chanyeol dan Eunji hilang setelah menutup pintu keluar. Menyisakan desahan kasar di mulut Sehun. Dengan suasana hening demikian, mungkin sangat menyenangkan bagi Sehun untuk kembali terlelap. Mengabaikan Lee Ahjussi yang sudah memposisikan diri di sofa, menyalakan televisi.

'Jauhi Eunji. Dia milikku.'

Sehun mengerjapkan mata. Posisi nyaman hendak tidurnya terusik ketika tatapan intimidasi Luhan tadi pagi kembali menyelami ingatannya. Tatapan yang menyadarkannya akan banyak hal.

**

Tadi pagi, ketika pria 'nakal' yang nekat mencabut infus bernama Sehun berhasil menemukan Eunji, yang sedang mengobrol bersama Luhan, segera menarik gadis itu. Dengan kesal membentaknya, "Jadi kau di sini, Jung Eunji."

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang