Part 10: Derek Bieber

6.6K 312 13
                                    

***

"Alice, bangun. Lihat sudah jam berapa ini? Bukan kah biasanya kamu yang membangunkanku?" tanya Alex sambil menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang masih ada di dalam selimutnya itu.

"Apa sih? Memangnya sekarang jam berapa?" tanya Alice santai sambil menggeliat.

"Alice, aku nggak main-main! Lihat jam ini," kata Alex sambil melemparkan jam weker milik Alice.

"Ugh," Alice bangun sambil mendengus lalu melihat jarum jam itu sudah menunjukkan pukul 7.30 yang artinya tiga puluh menit lagi bel masuk jam pelajaran yang pertama. She have math, hell no.

"What?! Kenapa kamu baru membangunkanku?!" protes Alice sambil membanting jamnya lalu bergegas masuk ke kamar mandi sebelum Alex menjawab pertanyaannya.

"Hhhh, kamu yang kenapa nggak membangunkanku. Aku tunggu dimobil, sarapanmu ada dimeja!" teriak Alex di depan pintu kamar mandi lalu pergi meninggalkan kamar Alice.

**
Gadis itu masih terengah-engah begitu sampai di depan kelas matematikanya. Tentu saja dosen berkelamin pria itu marah besar melihat siswanya terlambat. Yang ia inginkan adalah kedisiplinan. Sejuta alasan sudah diberikan Alice tapi tetap saja tidak mempan untuk dosen matematikanya itu.

Beberapa detik kemudian seorang pria dengan jamper hitam, celana jeans, bandana merahnya, dan sepatu vans kuning datang terlihat terburu-buru juga. Jason. Lagi-lagi terlambat di kelas matematika. Padahal pria itu sudah mencoba agar tidak terlambat pada kelas matematika. Hanya untuk kelas matematika.

"Please Mr, aku nggak akan mengulangi kejadian ini. Biarkan aku masuk," ucap Alice berulang kali.

"Jason, apa alasanmu?" tanya Mr. Smith -dosen matematika-.

"Um..aku..aku tadi..ada buku yang ketinggalan diloker jadi aku harus kembali mengambilnya," kata Jason, Mr. Smith hanya mengangguk-angguk mendengar alasan -yang cukup masuk akal- Jason.

"Baiklah Jason, kamu boleh masuk," ucap Mr. Smith yang mengijinkan Jason masuk ke kelasnya, tapi tidan dengan Alice yang kelihatannya alasannya kurang tepat.

"Maaf Mr, tapi Alice juga boleh masuk kan?" tanya Jason yang malah masih berdiri di sebelah Alice. Mr. Smith menggeleng.

"Alice, kamu harus mengelilingi lapangan basket sebanyak tiga kali," suruh dosen matematikanya yang kejam itu. Mata Alice terbelalak mendengarnya.

"T-tapi Mr--"

"Itu tidak seberapa kan? Atau mau saya tambah hukumannya?" tanya Mr. Smith sambil membenarkan kacamatanya.

"Aku nggak akan masuk kalau Alice nggak diperbolehkan masuk. Cabut hukumannya, dia kan perempuan. Kamu ini dosen atau iblis sih? Heartless," umpat Jason dengan berani. Tidak aneh karena dia termasuk anak geng dan berani pada guru.

"Jason!" Alice menyikut perut Jason yang diikuti dengan wajah kesakitan Jason.

"Jason! Kamu dihukum, lari mengelilingi lapangan basket sebanyak lima kali sambil membawa ini!" seru Mr. Smith sambil memberikan sebuah papan kecil yang bisa digantungkan dileher bertuliskan 'AKU JANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT LAGI'.

"Damn! Fuck you! Masih mending aku udah mencoba untuk bisa masuk ke kelasmu!" seru Jason saat Mr. Smith sudah masuk dan menutup pintu kelas.

**
Gadis berambut coklat keriting gantung itu mulai berlari mengelilingi lapangan basket yang cukup luas itu. Memang balasan yang setimpal pikirnya karena sudah bangun kesiangan menangisi kejadian semalam di pesta ulang tahun Rachel. Masih juga merasa bersalah. Menyalahkan dirinya sendiri karena Justin memutuskan Rachel akibat Justin dekat dekat dengannya.

"Kamu mikirin apa sih? Dari tadi melamun. Kamu hampir aja menabrak tiang basket," ujar Jason menyadarkan lamunan Alice. Gadis itu menggeleng lemah.

"Peduli apa kamu?" tanya Alice sinis.

"Hey, aku seperti ini gara-gara kamu tau. Jadi, kamu masih marah sama aku? Please Alice, udah seminggu lebih kita nggak bicara,"

"Itu juga maumu kan?" tanya gadis itu masih sambil berlari -lebih kencang dari yang sebelumnya-.

"Mauku? Yang benar saja. Bagaimana mungkin aku menginginkan cewek secantik kamu marah padaku?" goda Jason sambil menyusul Alice. Gadis itu hanya memutar bola matanya dan menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Hahaha, i know you're blushing. Tapi benar, aku serius, kamu cantik," tawa Jason membuat pipi gadis itu makin merah seperti tomat matang. Beberapa siswa yang lewat juga memperhatikan dua orang itu berlarian di tengah lapangan basket. Tapi Jason tidak peduli, asalkan Alice ada di dekatnya.

***
Di tengah jam pelajaran sekolah, sesuai janjinya pria berambut agak gondrong berumur 16 tahun itu segera menyalakan Ducati yang dipinjamnya. Ya, motor itu milik Justin karena Derek belum mempunyai hak untuk memilikinya sampai ia berumur 17 tahun. Tujuannya sekarang ini adalah ke markas geng Jason, yaitu Bloods Gang.

Ia menyelinap keluar sebelum salah satu satpam itu menceramahinya atau bahkan memaksanya masuk lagi ke dalam kelasnya. Beberapa alasan memang menarik Derek untuk pergi ke markas Jason. Adik bungsu dari empat bersaudara itu mendapatkan tawaran ponsel baru dari Jason, dan beberapa tawaran menarik lainnya.

Markas The Bloods Gang.
Perlahan-lahan Derek melangkahkan kakinya ke dalam ruangan yang agak kumuh dan banyak corat coretan di dindingnya. Sebelumnya Derek juga pernah ke sana bersama Jason saat ia berumur 15 tahun, dan untuk pertama kalinya ia merokok. Tapi karena sadar akan ayah dan ibunya, Derek mengurungkan niatnya untuk melanjutkannya. Dua kakak lainnya pun juga tidak tahu.

"Jas," ucap Derek perlahan saat melihat kakaknya itu sedang duduk sambil merokok.

"Aye, Derek. Come here," seru Jason. Pria itu berjalan mendekati kakaknya lalu duduk di sampingnya. "Kalian masih ingat Derek kan?" tanya Jason kepada teman-temannya. Setengahnya mengangguk dan sisanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh come on dude, he is my brother. Dia pernah datang ke sini satu tahun yang lalu," ucap Jason.

"Ohh i remember," balas Lil Twist, salah satu anggota The Bloods Gang yang berkulit hitam dan jago ngerap.

"Jadi, aku akan mendapatkan semua barang yang kamu janjikan kan?" tanya Derek kepada Jason.

"Well, aku akan memberikan semuanya. Tapi ada satu syarat," ucap Jason, bawahan dari Max si pendiri The Bloods Gang.

"Apa?"

"Kamu harus masuk ke dalam The Bloods Gang," ucap Jason kemudian sambil tersenyum miring.

"Baiklah, hanya itu kan?" jawab Derek santai yang memang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang geng Jason. Geng yang telah membunuh banyak orang. Geng yang akan melakukan kejahatan di manapun dan merusak apapun yang tidak disukainya.

"Dia harus memenuhi syarat-syarat untuk masuk ke dalam geng," ucap Max yang tiba-tiba datang mendekat ke arah Jason dan Derek duduk.


-To Be Continued-
---------------------
Heyy my lovely readers!
Makasih banget ya udah baca, vote, dan komen <3
Kalau kalian suka part ini tolong vote yaa
Maaf banget kalau ceritanya ngebosenin, jelek, abal :(
Kritik & saran ditunggu ;)

Much love, alifa <3

Lovers (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang