Part 21: Arrested

5.1K 310 18
                                    

***

"Al, Alice, lihat mataku. Kamu nggak seharusnya menangisi pria yang nggak sama sekali peduli denganmu. Kamu cuma membuang-buang waktu. Bahkan mungkin sekarang ini Justin sedang tertawa bersama Rachel. Relakan dia kalau kamu menyayanginya, okay?" nasihat Jason sambil mengusap air mata gadis itu. Alice hanya mengangguk.

"Give me a smile first," sambung Jason. Ujung bibir Alice mulai terangkat walaupun sepertinya harus dipaksakan. Tapi Jason benar.

"Jas, kamu seperti perempuan," kata Alice kemudian sambil tertawa kecil.

"Why?" tanya Jason sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Perkataanmu tadi. Sepertinya kamu mengetahui banyak soal cinta. Dan lebih menggunakan hati seperti yang perempuan lakukan," tawa Alice yang membuat Jason tersenyum karena bisa membuat gadis itu tertawa lepas karnanya.

--

Justin menghempaskan tubuhnya di atas sofa empuk yang terletak di dalam kamarnya. Ia hanya merasa punggungnya pegal-pegal dan butuh pijatan. Tiba-tiba perutnya terasa nyeri sekali lagi. Sudah beberapa kali perutnya terasa nyeri hari ini. Tentu saja karena tusukan pisau itu.

"Just?" Seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Justin tanpa mengetuk pintu. Pria itu hampir saja loncat dari duduknya.

"Ya?"

"Gimana perutmu? Udah terasa lebih baik atau--" tanya pria itu.

"Uh ya, terasa lebih baik," jawab Justin yang tidak mau merepotkan adiknya itu. Drew berjalan lalu duduk di sebelah kakaknya.

"Aku dengar kamu pacaran lagi dengan Rachel?"

"Ya, dia yang meminta," jawab Justin sambil melepas sepatunya yang sedari tadi masih dipakainya.

"Lalu, kamu turuti begitu saja? Bagaimana dengan Alice?"

"Enggak, aku mungkin masih mempunyai perasaan itu dengannya. Alice, dia baik-baik aja, i think," balas pria itu lalu bangkit dari duduknya untuk menaruh sepatunya di tempat sepatu yang ada di sudut ruangan.

"Bukan, maksudku, aku yakin dia cemburu," tebak Drew, memperhatikan kakaknya yang kembali duduk di sebelahnya lalu menyalakan TV.

"Haha, enggak lah Drew. Kami cuma berteman. Jangan sok tau. Lebih baik kamu pergi ke kamarmu dan belajar,"

"Ugh, baiklah," ucap Drew lalu pergi dari kamar Justin. Jujur saja, hanya Drew lah yang paling perhatian dengan Justin diantara saudara-saudaranya.

**

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Rachel mengetuk pintu rumah Justin yang mewah itu dan tak lama seseorang membukakan pintunya. Pria dengan kemeja kotak-kotak coklat dan celana jeans hitam muncul dari balik pintu.

Rencananya malam ini Rachel memang mengajak Justin untuk makan malam. Bukan Justin yang mengajaknya. Akhirnya dengan terpaksa ia -Justin- menurutinya karena tidak mau ada ancam-mengancam lagi.

"Baiklah, sekarang kamu mau kita ke mana?" tanya Justin yang sudah duduk di kursi supir.

"Umm, bagaimana kalau restauran sushi?" tanya Rachel.

"Terserah lah," jawab Justin singkat sambil memutar bola matanya.

Lampu merah menyala terang di depan-atas mobil ferarri hitam itu. Tiba-tiba saja Rachel menarik tubuh Justin dan mencium bibirnya singkat.

"I love you Justin," kata Rachel dan Justin hanya mematung saat lampu mulai berubah menjadi hijau dan suara klakson mobil berbunyi di mana-mana.

Saat Rachel menciumnya, rasanya seperti semuanya terputar ulang kembali diotak Justin. Semua masa lalu indahnya bersama gadis itu sebelum Alice masuk ke dalam hidupnya. Tidak ada drama atau apapun itu.

Lovers (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang