Part 28: Goodbye Rachel

4.4K 297 10
                                    

***

Alice sedang duduk di pinggir kasurnya menatap ke arah balkon yang sudah dipenuhi dengan rintik-rintik salju. Sedari tadi dia memikirkan orang tuanya. Ponselnya dari tadi diletakkannya di samping tubuhnya yang dibalut dengan baju lengan panjang dan celana panjang, berharap salah satu dari Mom atau Dad-nya menghubunginya. Tapi hasilnya nihil.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Tanda ada pesan singkat yang masuk. Dengan cepat Alice menggapai ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata Justin.

From: Justin
Merry Christmas beautiful. Aku udah sampai di tempat Mom-ku tinggal sekarang, di Paris.

Gadis itu hanya tersenyum melihat pesan singkat yang dikirimkan Justin. Sejenak pikirannya tentang orang tuanya menghilang.

From: Alice
Merry Christmas Just. Paris? Bukankah orang tuamu tinggal di Kanada?

From: Justin
Ceritanya panjang. Aku akan menceritakannya secara detail di telepon nanti. Gimana natalmu?

From: Alice
Biasa aja.

From: Justin
Ayolah, ini natal. Kamu harus semangat. Jangan biarkan kesedihan menghantuimu. Masih banyak hal yang bisa kamu lakukan. Aku yakin Santa sudah memberikan hadiahmu di bawah pohon natal.

From: Alice
Hahaha kamu masih aja percaya Santa.

From: Justin
Aku harap kamu benar-benar tertawa di sana Al. I miss you so much. Lihatlah di bawah pohon natalmu apa hadiahmu.

Melihat kata-kata dari Justin, Alice hanya terkekeh. Dia merasa seperti ada banyak kupu-kupu yang beterbangan diperutnya.

From: Alice
Ingat Rachel. But, miss u too :)

From: Justin
Haha, i don't care. I love you so much Alice. And i really mean it.

Percakapan dalam pesan singkat pagi itu cukup membuat Alice bersemangat kembali dan melupakan soal Mom dan Dad-nya.

**

Keesokan harinya, salju sudah mulai menipis. Bahkan matahari sudah mulai muncul dari balik awan. Alice memutuskan untuk pergi ke kafe siang ini untuk membuat otaknya fresh kembali. Apalagi sudah lama ia tidak pergi ke kafe. Bahkan dia lupa kapan terakhir kali dia pergi ke kafe.

Sesampainya di kafe favoritnya yang bernama Starbucks itu, dia memesan satu gelas Hot Green Tea Latte dengan ukuran grande. Sudah lama sekali dia tidak memesan minuman kesukaannya itu. Setelah mendapatkan minumannya, dia memilih salah satu tempat duduk yang ada di dekat jendela besar.

Alice menyeruput minuman itu sedikit-sedikit sambil memandangi keluar jendela. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya dan meminta untuk duduk di depannya.

"Bagaimana natalmu?" tanya Alice membuka pembicaraannya.

"Seperti biasa. Berkumpul dengan keluargaku dan makan malam bersama. Cukup menyenangkan. Bagaimana denganmu?" Gadis itu balik bertanya sambil menyeruput minumannya.

"Biasa aja, nggak ada yang spesial," jawab Alice sambil menunduk. Gadis itu -Rachel- tidak mengatakan apapun. Dia malah asik bermain ponsel.

Ternyata ponsel yang diambilnya adalah milik Alice karena tidak sengaja. Dan Alice tidak mengetahuinya. Rachel langsung mencari kesempatan untuk membuka-buka ponsel yang tidak diberi password tersebut.

"Al, aku pamit pulang dulu ya," ucap Rachel, Alice hanya mengangguk. Ia masih membawa ponsel Alice.

Beberapa saat kemudian ia membuka ponsel yang ia kira adalah miliknya dan Alice tersadar. Rachel yang belum terlalu jauh dari sana membawa ponselnya.

"Dia sengaja mengambilnya," ucap Alice dalam hati. Disisi lain ia tidak mau kalau Rachel mengetahui bahwa pacarnya mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan kepada gadis lain.

Rachel menginjak gasnya dengan santai sambil melihat dan membuka-buka pesan singkat dari Justin kepada Alice. Melihat itu, hati gadis itu seperti ditusuk oleh pisau secara lambat. Bahkan Justin tidak pernah mengiriminya pesan singkat seperti itu. Dia hanya bisa menangis.

Tiba-tiba terbesit olehnya untuk membalas dendam pada Alice saat ia melihat mobil gadis itu mengikutinya dari belakang. Rachel menginjak gasnya dan mobilnya melesat dengan kencang. Tapi Alice tetap berusaha mengejarnya. Melewati mobil-mobil yang menghalangi jalannya.

Tak terkira olehnya, sebuah truk pengangkat minyak berhenti di depannya hingga mobil gadis itu -Rachel- terpental dan truk itu ikut jatuh menimpa mobil sport-nya. Dia memang sedang mengetik sesuatu saat itu dan tidak melihat keadaan jalanan padahal ia sedang mengebut.

Alice mengerem mobilnya dengan mendadak dan sebuah pesan singkat masuk untuk Rachel. Tak jauh dari kecelakaan mobil Rachel. Ternyata itu pesan singkat yang dikirim melalui ponselnya sendiri, itu berarti Rachel yang mengirimnya.

From: Alice
Aku sangat menyayanginya. Tega-teganya kalian berselingkuh di belakangku. Aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang Alice.

Sedetik setelah Alice selesai membaca pesan singkat itu, BOOM! Mobil Rachel dan truk itu meledak. Ledakannya begitu dahsyat, sampai Alice harus merunduk dan menutup telinganya. Untunglah dia tidak kenapa-kenapa karena cukup jauh dari mobil Rachel. Tetapi orang-orang yang ada di sekitar sana mungkin luka-luka atau bahkan ada yang meninggal.

Tubuh Alice bergetar hebat. Ponsel Rachel terlepas begitu saja dari tangannya. Ia tidak berani menatap ke depan, melihat Rachel dan mobilnya yang mungkin sudah tak terbentuk. Rasanya ia ingin menangis sekarang. Ia terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu karena Rachel tahu Justin mencintainya -Alice-.

"Tuhan maafkan aku. I'm so sorry Rachel, i'm sorry!" ucap Alice sambil menangis. Kejadian itu begitu tragis dan cepat.

***

Semua orang mengenakan baju hitam hari itu. Alice masih saja menyalahkan dirinya atas kematian Rachel, padahal itu bukan kesalahannya. Dia berjongkok dan memegang batu nisan yang tertulis nama Rachel di sana. Justin hanya bisa memeluknya dan menenangkannya saat itu. Dia juga masih shock.

"Jangan salahkan dirimu terus menerus Al. Itu bukan salahmu," ucap Justin.

"Tapi...," Alice menangis lagi. "Dia membaca pesan singkat kita. Aku tau dia sangat sakit melihatnya. Dia sangat mencintaimu Justin, itu kata-kata terakhirnya."

"Aku tau Al. Tapi bisakah kamu tenang sebentar dan nggak menyalahkan dirimu? Bukan kamu yang menyebabkan tabrakan itu kan?" nasehat Justin lalu membantu gadis itu berdiri dari sana. Dia hanya diam.

"Goodbye Rachel. Aku harap kamu tenang di sana. We love you so much,"

-To Be Continued-

----------------------
Haii my lovely readers
Maaf bgt aku harus bikin Rachel mati di sini. Maaf juga kalo jelek & abal, pendek. Kalo kalian suka atau mau lanjut VOTE aja atau komen ya..

Kalo ada yg punya iTunes pre-order album barunya Ariana Grande "My Everything" ya ;) https://itunes.apple.com/us/album/my-everything-deluxe/id894102325 #numpangpromosi

Much love, alifa <3

Lovers (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang