Kalau kau pikir aku cerdas itu salah, karena yang benar adalah ketika kau tidak menganggapku tidak cerdas
Sampai di kelas ternyata sudah ada Guru matematika. Guru matematikaku bernama Bu Iska. Aku heran kenapa Bu Iska yang masuk, bukannya hari ini pelajaran pertama yang masuk adalah Pak Desan. Ah sudahlah memang bagus kalau Bu Iska yang masuk, aku jadi tidak merasa kantuk karena akan belajar matematika.
Aku suka Bu Iska, karena Ia adalah Guru matematika mau bagaimanapun Ia tetap aku menyukainya. Coba saja kalau Bu Iska bukan Guru matematika, mungkin aku sudah memasang muka bete bin males kalau belajar. Bu Iska ini Guru yang menurutku galak, keinginannya kalau tidak cepat diturut bakal ngomel-ngomel gak jelas. Semuanya tiba-tiba menjadi serba salah, dan yang lebih mengherankan dari beliau adalah ketika beliau bertanya,
"Ada yang gak ngerti? coba tanyain coba."
Setiap materi yang diberikan Bu Iska, aku adalah anak yang suka nanya. Karena bagiku matematika adalah pelajaran yang mampu membuatku merasa menjadi professor sesungguhnya. Apalagi kelas ini dengan secara sengaja akan ada pada kendaliku. Aku selalu merasa menjadi yang paling bisa diantara yang lainnya, menjadi orang special untuk pelajaran matematika, dan menjadi oeang yang paling mengerti perihal matematika. Dan yang kudapat ketika bertanya pada Bu Iska, aku malah di omelinnya.
"Kiyrra! masa yang kayak gini ditanyain sih? ini tuh dasarnya Kiyrra! Ya Allah si Kiyraa, kedepan kamu! kerjain soal ini."
Ya itulah Bu Iska yang mau bagaimapun tetap aku suka, karena Ia adalah Guru matematika, Guru dari pelajaran kesukaanku sepanjang hayat. Dan kalian tau pada saat itu saja ketika aku baru sampai kelas sudah disuruh bawa buku paket matematika ke kelas katanya seraya mengomel-ngomel.
"Mana buku paketnya Kiyrra?"
"Aduh Ibu maaf belum diambil."
"Loh kok bisa? Niat belajar gak sih kalian?"
"Maaf Bu, saya pikir yang masuk Pak Desan." ucapku.
"Tak ada alesan, kan kemarin Ibu sudah bilang sama KM kalo pelajaran Pak Desan ibu yang masuk!"
"Maaf Bu, saya ambil sekarang."
"Yaudah cepat, ini abis waktunya!"
"Baik Bu."
"Ibu kan sudah bilang sebelum belajar tuh tolong disiapkan disiapkan, pokoknya besok kalau seperti ini lagi Ibu gak akan masuk!"
"Iya, maaf Bu." ucapku seraya berjalan menuju bangku dimana aku duduk bersama Audrey untuk menyimpan tas.
Aku berbisik pada Audrey seraya menyimpan tasku dibangku tempatku duduk bersamanya.
"Rey kenapa Bu Iska yang masuk? Pak Desan mana?" tanyaku.
"Cie kangen Pak Desan ya? Pak Desan ganti hari katanya sekarang ada perlu jadi yang masuk pelajaran matematika." jawab Audrey.
"Oh gitu ya," ucapku seraya berlalu keluar kelas menuju perpustakaan.
Aku segera lari menuju perpustakaan mengambil buku paket matematika, disana aku bertemu bersama Kak Rifandi beserta teman-temannya. Aku tak tahu kenapa mereka tidak belajar dikelas mungkin mereka mendapat tugas belajar di perpustakaan, ya itu dugaanku.
"Hai Kiyrraaa," sapa teman-teman Kak Rifandi.
Oh iya, teman-teman Kak Rifandi adalah OSIS untuk itu mereka menyapaku. Aku akrab Dengan mereka apalagi sama Kak Aldian, Kak Acep, Kak Nadila, Kak Nani, dan sebagainya, terlalu banyak kalau aku sebutkan satu-satu.
"Hai Kakak," jawabku.
"Kok sendirian?" tanya Kak Acep.
"Iya nih kak disuruh minjem buku paket matematika sama Bu Iska."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kiyrra Kepada Rifandi
RomanceCinta bagiku hanya sebuah kata yang tiada bermakna. Namun hati berkata, cinta itu ada dan kepada siapa itu tertanam maka hanya Aku yang tahu jawabannya. Cinta diam-diam, tidak ada yang mengetahui betapa menyakitkannya hal itu terasa. Menyakitkan ata...