SEBELAS

89 7 0
                                    

Kabur kumpul ekskul adalah upaya menyelamatkan diri dari rasa malas

"Ra.. Raa mau kumpul dulu ekskul HRM gak?" tanya Audrey tiba-tiba.
Aku di sekolah aktif di ekskul HRM dan PMR. HRM adalah Himpunan Remaja Masjid. Yang diketuai oleh Kak Angga. Ekskul ini tentang keagaman, kumpulannya setiap hari Rabu dan Jum'at. Berhubung hari ini hari jum'at berarti hari ini adalah hari kumpulan. Tapi aku suka malas jika kumpulan di hari jum'at karena hari jum'at adalah hari jum'atan para kaum Adam di masjid dan yang membersihkan masjid sebelum dipakai jum'atan adalah anak-anak HRM. Aku sama Audrey ikutan ekskul ini, tidak bersama Dee karena Dee ikut ekskul Karate. Memang gila tuh si Dee kecil-kecil ikut karate kerenlah keren.
Lanjut HRM, Aku dan Audrey adalah anak yang bandel di ekskul. Kalau kumpulan gak pernah berhenti ngomong. Terus kalau lagi males juga suka kabur gak kumpulan dan akibatnya kita sering dikejar-kejar Kak Angga, Egi, dan yang lainnya agar kita ikut kumpulan.
"Aduh gue males ah, males bersih-bersih masjid. Gue pen pulang ah." jawabku.
"Iya sih gue juga males, kabur aja yu?" ajak Audrey.
"Yah gue mah ayuk-ayuk aja sih."
"Udah Ra jangan kumpulan. Nanti pulangnya sore loh ra." tiba-tiba kata Dee.
"Yah itu mah biar loe ada temen balik Dee." celetuk Audrey.
"Hehe tau aja sih loe."
"Yaudah ah pulang aja yuk, gue pen istirahat asli cape. Nanti kalau ada Kak Angga atau si Gio di depan bilang aja kita mau beli dulu pop ice di bawah.. Ye gak?" ideku.
"Huayy cocokk loe ra, jenius loe alesannya hahaha." kata Audrey.
"Kiyrra gitu loh anak sejuta alesan. Wkwkwk."
“Pantes Pak Desan bertekuk lutut kalau sudah menghadapi si Kiyrra haha.” Ucap Dee.
“Gue emang cocok jadi anggota DPR.” Celetukku.
"Pedemu nakk... Yaudah cepet ah balik."
"Nah gitu dong jangan kumpulan." ucap Dee.
"Doa loe terkabul." ucapku.
"Allah sayang Dee ternyata wkwk."
"Alayy." ucapku dan Audrey bersamaan.
Sesampainya di depan pintu gerbang kami bertemu dengan Kak Angga. Aku sudah menyiapkan beribu alasan di kepala. ku pastikan setiap apa yang diucapku selalu di percaya orang. Musyriklah wahai mereka itu.
"Heh Kiyrra, Audrey kumpulan cepat sudah ditungguin di masjid." teriak Kak Angga.
"Kita mau beli dulu pop ice kak." jawabku.
"Pop ice yang dimana?" tanya Kak Angga.
"Yang dibawah dong kak, mau yang dimana lagi?" cerocos Audrey.
"Lah jauh amat, enggak ah! Ke masjid dulu cepat!" perintah Kak Angga.
"Kita haus kak." ucap Audrey.
"Minum yang ada di kantin aja."
"Gabisa kak ih pen pop ice." jawabku.
"Udah kak izinin aja kali kak." ucap Dee.
"Iya kak gak lama kok." ucap Audrey.
"Yaudah deh di izinin sana, eh tapi jangan lama." kata Kak Anggga.
"Siap Kak hahahha." ucap kami bertiga bersamaan seraya tertawa girang.
"Tuhkan Kak Angga mah gampang haha." kata Audrey.
“Apa tadi Kiyrra, Audrey? Mau kabur yaa?” teriak kak Angga.
“Enggak kak,” timpalku seraya berbisik, “Kaburr guys.”
Seketika kami bertiga lari dari gerbang sekolah, mengabaikan Kak Angga yang berteriak-teriak meminta kami kembali ke dalam sekolah untuk kumpulan HRM.
"Parah deh lu berdua haha." ucap Dee. Ketika kami sudah menjauh dari area sekolah.
"Ahahahaha." tawa kita bersamaan sambil berjalan sepanjang jalan.
***
Saat ini kami bertiga sudah sampai dijalan raya. Aku, Audrey dan Dee harus berpisah. Arah rumahku dan Dee sama. Kami rumahnya sama-sama di daerah Tanjungkerta. Namun beda desa, rumahku lebih jauh dari Dee. Sedangkan rumah Audrey letaknya di Citimun tepatnya di Desa Ciseda.
Audrey naik angkot citimun berwarna kuning yang menuju arah rumahnya, sedangkan Aku dan Dee naik angkot citimun berwarna kuning juga namun arahnya berlawanan dengan Audrey karena Aku dan Dee harus ke terminal Cimalaka untuk naik angkot jurusan Tanjungkerta. Sepanjang jalan menuju terminal Aku dan Dee hanya diam.
"Dee kenapa?" kutanya.
"Kenapa apanya ra? Suka aneh-aneh deh." tanyanya balik.
"Eh gue lupa, katanya elu mau curhat ke gue Dee."
"Udahlah gausah dibahas ra, gue juga udah lupa."
"Yah gue sih cuma ngingetin aja, siapa tau kalau lu cerita nanti bisa mengurangi beban lo."
"Gue ada masalah keluarga ra."
"Kenapa Dee kok elu gak cerita sih."
"Kan ini gue baru mau cerita ih elu mah."
"Hehehe iya."
"Nanti gue cerita kalo udah nyampe terminal."
"Okeh."
Aku bingung dengan Dee, dia kenapa? Dee ada masalah keluarga? Kenapa dia baru bilang? Ah, Dee bukannya semalem ia berantem sama Danis yah? Semoga masalah Dee gak berat, semoga iya baik-baik saja.
***
Sesampainya diterminal, Aku dan Dee langsung naik angkot Tanjungkerta. Warnanya cokelat ada putih-putihnya. Aku dan Dee duduk dikursi kedua. Sekarang angkot yang Aku dan Dee naiki belum penuh. Biasanya supir suka menunggu angkotnya hingga penuh dan istilah itu namanya 'ngetem'.
"Dee jadi cerita gak?" kutanya.
"Iya, jadi kok."
"Yaudah mulai." paksaku sudah tidak sabar.
"Ra, idup gue kok gini amat ya. Lu ngerasa gak sih ra kalo gue ini aneh sekarang." ucap Dee.
"Iya gue ngerasa, sangat ngerasa. Gue kehilangan semangat elu Dee, gue kehilangan Dee yang ceria, Dee yang cerewet, gue kehilangan sosok Dee yang gue kenal dulu." jawabku.
"Terus sekarang apa yang jadi masalah Dee? Ada apa?" tanyaku.
"Bokap sama nyokap gue mau cerai ra, mau cerai, bayangin ra." ucap Dee seraya menangis.
"Loe jangan nangis Dee gue gak mau liat lo nangis! Loe harus kuat Dee, lo liat Audrey?"
"Masalah keluarga gue gabisa kalo gak nangis ra, Audrey kenapa?"
"Cupp cupp, Audrey orangtuanya juga udah pisah bahkan masing-masing sudah menikah lagi, dia bisa kuat Dee menghadapinya. loe masih beruntung dari Audrey, coba deh loe liat, Audrey kecilnya sama nenek bahkan hingga saat ini. Loe masih beruntung bisa merasakan kasih sayang dari orangtua." jelasku.
"Tapi gue benci semua ini ra! Gue benci Ayah gue yang menikahi si jablay sialan itu, gue benci! Sampai kapan pun gue gak bakal ngakuin dia sebagai Ibu gue! Dasar jablay! Benci gue benci!"
"Loe gak berhak membenci ayah loe sendiri Dee. Loe harus kuat, seberapa salah pun ayah loe dia tetep menjadi ayah loe! Dan kelak disaat ayah loe susah, ayah loe bakal nyari-nyari loe sebagai anaknya bukan yang lain."
"Huaaaa Kiyrraaa hiks hiks hiks huaaa." tangis Dee menjadi-jadi.
"Cup loe gaboleh nangis disini Dee, elo harus kuat! Gue yakin elo bisa!"
"Tapi gue gak mau ini terjadi ra." ucapnya seraya menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Loe harus terima ini Dee, kita harus bisa menerima kenyataan walau sekalipun itu kenyataan yang sangat pahit untuk diterima."
"Thanks ya Kiyrra hiks...hikss."
"Iya, udah ah elo harus kembali menjadi Dee."
"Ra masalah Danis, gue gatau tiba-tiba ia menghilang sejak kejadian kemarin." tiba-tiba kata Dee mengubah topik pembicaraan.
"Mungkin Danis sibuk, dia banyak tugas kali. Kita juga kan banyak Dee."
"Tapi ini beda ra, gabiasanya dia giniin gue."
"Udah jangan mikir macem-macem. Yakinin aja dalem hati loe."
"Iya ra."
***
Tak terasa, angkot yang ku naiki bersama Dee sudah penuh oleh penumpang dan sopir pun siap melajukan angkotnya.
Sudah sampai Depok Tanjungkerta, itu artinya Dee turun disini.
"Amang kiriiiiiiiiiii...." ucap Dee. Angkot pun berhenti dan Dee mulai bersiap untuk turun.
"Gue duluan ra." pamitnya.
"Iya." jawabku.
"Hati-hati loe dijalan, kayaknya bakal ujan." katanya.
"Janganlah gue gabawa payung." timpalku.
"Ahehehhehhe." tawa Dee.
Angkot sudah sampai di Tanjungkerta Cigalumpit, itu artinya aku harus turun dan diluar sedang turun hujan lebat. Benar kata Dee kalo hari ini bakal turun hujan. Mana dari cigalumpit aku harus berjalan ke kampungku. Namanya kampung Liunggunung.
"Kirriiiiiiiii...." ucapku.
Angkot pun berhenti dan aku segera turun setelah memberikan ongkos kepada sopir.
***
Ada bait-bait hilang
Dalam sajak pertemanan
Lalu makna tak tertuang
Dan pesan tak tersampaikan
Sosoknya mulai tersamar
Pada lalu lalang yang datang
Hingga burung camar
Sudah jarang pulang
Pada dinginnya malam,
Mengadu-ngadu ingin bertemu
Namun panasnya siang
Membuat malu tak jemu-jemu
Oh ini rindu!
Atau hanya candu?

Dari Kiyrra Kepada RifandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang