Dalam ranah pertemanan, ada hal-hal serius yang tersamar candaan
"Ra ... Kiyraaa... Kiyraaaaa."
Tiba-tiba suara Dee terdengar jelas di telingaku sampai aku yang mendengarnya kaget. Entah sedang pergi kemana pikiranku pada waktu itu, hanya saja aku senang bila harus bercengkrama dengan pikiran, mengolah dalam-dalam hingga aku terhanyut dalam diam.
"Apasih Dee? Ganggu aja orang lagi enak."
"Eh eh eh Bu Cici kemana?" sambungku.
"Loe mah! kemana aja hah?" tanya Dee.
"Emang gue kemana? Kan dari tadi gue disini."
Plaaaakkkkk....
Tiba-tiba Dee memukul kepalaku dengan bukunya. Buku paket matematika yang lumayan agak tebal. Aku sedikit merasa heran dengan tingkah anak ini, sedikit-dikit mukul tapi aku percaya bahwasanya pukulannya berniat baik. Yang mana membantu agar aku dapat kembali pulang dari alam imajinasi menuju alam nyata. Itu hanya pikiran baik pun, bagaimana pun di dunia ini tidak ada yang berniat jelek. Semuanya hanya masalah selera saja.
"Jirr sakit boooo." rintihku.
"Abiss loe mah oon banget sih ra!" omel Dee.
"Nah kenapa emang?"
"Dih loe mah bikin gue pen emosi mulu!"
"Yah kok ke gue."
"Stooooppppp... Stooppp... Stoppp!!!"
Tiba-tiba Audrey histeris. Entah apa yang terjadi padanya, karena pada saat itu dikala aku dan Dee bercanda Audrey tampak asik dengan keseriusannya. Kulihat ia sedang berkutat dengan bukunya. Audrey memang kadang menjadi orang paling aneh, karena disaat tak ada yang serius dia bisa serius sendiri. Dan kadang jika semua sedang serius, dia bercanda sendirian. Hidupnya memang tidak pernah sinkron dengan yang lainnya.
"Kenapa loe?" tanyaku bersamaan dengan Dee.
"Kalian berdua bisa diem gak sih!"
"Gue gak bisa diem, karena gue makhluk hidup." ucap Dee.
"Gue juga," sambungku.
"Nyamain aja lo!" kata Dee.
"Biarin,"
"Gak kreatif,"
"Sekali-sekali,"
"Dasar,"
"Apa?"
"Plagiat!!"
"Lalu?"
"Aaaaaaaaaahhhhhhhh mulai deh mulai." Audrey mulai histeris kembali membuat perdebatanku dengan Dee berhenti seketika.
"Loe kenapa sih rey?" tanyaku.
"Tau tuh gaje," sambung Dee.
"Gue lagi ngerjain matematika nih, jangan berisik."
"Tumben," kataku seraya menyentuh kening Audrey.
"Ishhh lo mah dikira gue sakit?"
"Abis gue heran, kok tumben banget loe Rey... Hahahaha."
"Okeh ngeledek ngeledek, bagus ya."
"Hahahaha sorry,"
"Efek kena hukuman Bu Iska." celetuk Dee.
"Setuju gue," ucapku.
"Terus... Teruuss aja bully gue iya bagus bagus.." timpal Audrey.
Aku dan Dee hanya tertawa melihat ekspresi Audrey. Pertemanan kami memang tidak selalu berjalan baik, ada hal yang selalu menguji sampai titik mana kesolidan yang terbangun. Banyak rintangan, banyak pula perdebatan. Karena dalam pertemanan ini tidak semua memiliki isi kepala yang sama. Aku dengan pikiranku, Audrey dan Dee pun begitu hal nya. Yang harus kami lakukan adalah bagaimana caranya agar isi kepala kami tidak selalu ingin mendominasi satu sama lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kiyrra Kepada Rifandi
RomanceCinta bagiku hanya sebuah kata yang tiada bermakna. Namun hati berkata, cinta itu ada dan kepada siapa itu tertanam maka hanya Aku yang tahu jawabannya. Cinta diam-diam, tidak ada yang mengetahui betapa menyakitkannya hal itu terasa. Menyakitkan ata...