SEPULUH

126 8 0
                                    


Sejarah dan PKN, keduanya bukan dunia eksak sebagaimana keunggulanku. Tapi tanpa itu, aku takkan mengenal negeriku!

Namanya Sari Sry. Beliau guru pelajaran sejarah di kelasku. Aku suka caranya mengajarnya dan karena suka caranya mengajarlah yang pada akhirnya membuat diriku menjadi suka pada pelajaran sejarah. Padahal dulu waktu SMP mana ku suka pelajaran sejarah. Pelajaran yang selalu membuatku mengantuk dan tertidur di kelas, lalu disuruh cuci muka oleh gurunya. Namun anehnya, setelah belajar bersama Bu Sari, entah kenapa semuanya bisa menjadi terbalik dan aku menjadi suka sejarah.

Sejarah bagiku bukan hanya sebuah cerita dongeng yang hanya terkait oleh masa lampau lebih dari itu menentukan urusan masa depan

Ya itulah Kiyrra kalau suka pelajaran itu selalu tergantung pada gurunya. Bagaimanapun guru adalah penentu bagaimana penerimaan murid terhadap suatu pemahaman yang diberikannya, tidak hanya membuat paham tapi yang utama adalah bagaimana cara agar dapat menerimanya. Fokus lagi pada Bu Sari, Bu Sari guru yang baik dan ramah. Kini Bu Sari sedang hamil entah anak ke 2 atau 3, aku kurang tau. Dan satu hal yang membuatku aneh tentang Bu Sari, beliau ini suka tiba-tiba tahu isi hatiku bahkan disaat aku galau sekalipun. Aku suka pembawaannya yang keibuan. Pokoknya begitulah Bu Sari, guru yang baik sebaik-baiknya yang pernah kutemui. Aku selalu rindu caranya mengajar dan memberi pemahaman kepada murid.

"Kiyrra bengong aja!" tegur Bu Sari.

"Hehe maaf Bu, Kiyrra sedang berhalusinasi." jawabku.

"Boong Bu, Kiyrra lagi kasmaran." ucap Audrey.

Kucubit tangan Audrey sekeras-kerasnya sampai ia menjerit kesakitan. Aku selalu waspada dengan Bu Sari, terlebih ia selalu tahu hal-hal menyangkut muridnya. Naluri seorang guru tak bisa diremehkan.

"Aw... Auww... Aaaaa... Aw.. Ra.. Ra.. Elu baik ra.. Du.. Du.. Duh.. Ra.. Ra.. Duh.. Ra.. Sakit ra.. Ampuni gue ra.. Aww.." rintih Audrey kesakitan.

"Rasain lo, makannya jangan coba-coba ma gue!"

"Iya iya."

"Eh eh eh kalian tuh sebangku ribut aja ya." ucap Bu Sari.

"Lah itu mah emang begitu Bu." timpal Felina.

"Begitu gimana?" tanya Bu Sari.

"Suka heboh gak jelas Bu." jawab Felina.

"Biarin yang penting gue pinter." timpal Audrey.

"Nah elu kepedean abis lu." bisikku pada Audrey.

"Kenyataan." jawabnya santai.

Entah bagaimana Audrey memang selalu sinis seketika waktu dalam menjawab ledekan orang. Atau memang dia ketularan sinis dariku atau bagaimana, yang pasti orang tersinis itu memang ada pada diriku. Aku baik hanya pada orang baik, bagiku baik itu tergantung pada penerimaan pribadi seseorang. Kita kembalikan lagi pada seleralah.

"Sudah kita mulai pembelajaran hari ini Bab Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Silahkan buka halaman 25 dan baca!" perintah Bu Sari.

Aku membukanya dan membaca materi pembelajaran hari ini sesuai dengan apa yang di perintahkan Bu Sari. Tapi namanya juga seorang Kiyrra, tidak seperti anak lainnya yang serius membaca sampai kepala nunduk nunduk ke buku. Aku selalu sekilas bacanya, tapi materi yang masuk tidak pernah sekilas dan juga anehnya, selalu hapal dengan jelas letak satu persatu materi yang dibaca. Sekarang saja aku sudah selesai membaca, daripada diam gak jelas mau nanya hal yang gak ngerti juga males ngejelasinnya sama Bu Sari, lebih baik jika ku ganggu saja teman-teman yang sedang membaca. Lumayan untuk hiburan.

Dari Kiyrra Kepada RifandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang