Tepat ketika musik selesai dimainkan, tepukan tangan beserta teriakan para penonton menggema di studio itu sementara itu sang penyanyi yang baru saja menyelesaikan penampilannya hanya meninggalkan segurat senyum tipis sebelum berlalu pergi kebelakang panggung.
"Oppa, pecat stylish bodoh yang memberiku high heels yang begitu tinggi itu." Jieun berucap seraya melepas mic di telinga serta di pinggangnya dibantu oleh staff.
Sementara itu orang yang menjadi lawan bicaranya kini hendak menjawab, namun Jieun memotongnya sebelum ia mengeluarkan satu kalimatnya. "Dia hampir membuatku jatuh di atas panggung karena sepatu sialan itu. Pecat sekarang!" Jieun menyela dan ia sedikit menaikkan nada suaranya diakhir kalimat hingga menarik perhatian orang-orang yang berada di belakang panggung. Ia berlalu pergi meninggalkan managernya namun baru dua langkah ia berjalan, sesuatu dari arah sampingnya menubruknya hingga ia jatuh tersungkur bersama dengan air yang membasahi sebagian bajunya.
Jieun mengumpat seraya mencoba berdiri dan ia mendongkak untuk menemukan seorang pria berkulit pucat berdiri di depannya dengan memegang sebotol air. Ekspresinya datar dan suatu kalimat yang terlontar di bibir tipis milik pria itu memancing emosinya.
"Lain kali kau harus melihat dengan baik saat kau berjalan." Apa-apaan?! Siapa yang menabrak dan siapa yang kini disalahkan?
"Chogiyo, bisakah kau ulangi perkataanmu? Kau pikir aku tidak punya mata? Kau yang menabrakku duluan!" Jieun berbicara dengan emosi yang tertahan dan seruan dari seorang staff membuat pria itu menoleh sebentar sebelum kembali melihatnya.
"Aku sedang terburu-buru jadi kurasa aku tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan perdebatan ini." Selesai mengatakan itu pria itu berlalu meninggalkan Jieun yang hanya melihatnya dengan rasa marah dan tidak percaya.
"Jieun, kau tidak apa-apa?" Manajernya datang dan ia bungkam segera setelah tatapan tajam Jieun dilayangkan padanya. Ia mengerti, Jieun dalam mood buruknya dan artinya dia tidak ingin diganggu. Itu aturan mutlak yang harus diketahui sebagai manajer Jieun.
"Aku akan ke club. Batalkan pertemuan dengan Jo PD. Bilang saja aku sedang sakit." Jieun berucap dengan wajah merenggut. Demi tuhan, moodnya memburuk karena perdebatan tadi dan sekarang ia merasa tidak nyaman menggunakan bajunya yang telah basah karena pria sialan itu.
.
"Cheers!" Teriakan yang diikuti bunyi gesekan dari gelas kaca memeriahkan suasana meja itu. Suara obrolan dan musik memekakkan telinga menjadi latar belakang diantara kebisingan yang ada.
Jieun duduk di pojokan, menikmati segelas bir miliknya sembari ia menatap pemandangan membosankan di sekelilingnya. Orang berpesta, menari, minum, mengobrol, tertawa hingga beberapa lainnya yang tengah bercumbu dipojokan. Geez, tidak ada yang menarik disini.
"Berminat menari nona?" Suara berat dari arah sampingnya menarik perhatian Jieun. Jieun melirik pada keseluruhan penampilannya, pria itu cukup tampan dan stylenya juga keren tapi tidak, Jieun tidak berminat.
"Tidak, terima kasih." Tolak Jieun langsung dan ia kembali menarik pandangannya, mengabaikan ekspresi masam dan kesal yang ada diwajah pria itu.
Menit berlalu dan Jieun semakin jenuh. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Obrolan dari teman-teman satu mejanya tidak menarik. Dan sudah terhitung lebih dari 20 kali ia melihat layar ponselnya yang masih berwarnakan hitam, tidak ada notifikasi. Pesan terakhir yang dikirimnya 3 jam lalu dan itu pun belum terbalas hingga sekarang.
Jieun hanya melihat sekelilingnya. Klub semakin ramai dengan pengunjung dan ia memilih bangkit dengan langkah yang sedikit oleng akibat pengaruh alkohol lalu ia berjalan, mengikuti arus perkumpulan orang-orang yang menari di tengah ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love With Him
FanfictionRahasia Jieun tentang kelainan seksualnya diketahui dan ia dalam keadaan terkecam hingga ia menemukan Yoongi. Jieun mengira segalanya akan mudah namun pada kenyataannya ia malah terjebak oleh permainannya yang membawanya jatuh pada seorang Min Yoong...