DUA - Semenjak itu

379 5 1
                                    

Adapun kali kedua saat dimana akhirnya aku sadar bahwa Devan cemburu kepada seseorang yang aku suka. Namanya Rafis, teman kampus kami juga tapi Devan tidak mengenalnya. Kebetulan aku dan Rafis sempat satu organisasi sebelum akhirnya Rafis memutuskan untuk hengkang.

Aku menyukai Rafis hanya untuk pengalihan terhadap perasaanku untuk Devan dan pelan-pelan move on usai putus dari Rusdi.

Saat itu rapat organisasi yang kuikuti, aku duduk berseberangan dengan Rafis. Dan aku mulai membuat diriku untuk menyukainya dengan mencermati garis wajah Rafis. Aku mungkin memang bisa memaksakan diri untuk menyukai seseorang tapi aku tidak akan pernah bisa menyangkal kemana takdir membuatku jatuh.

Keesokan harinya, aku sudah bangun pukul empat pagi untuk kemudian bersiap, sholat subuh setelah selanjutnya berangkat menuju kampus diantar oleh adikku, Eza. Saat memasuki area kampus, aku mendapati Kurmia serta Agung sudah tiba terlebih dulu. Aku pun tersenyum dan duduk disebelah Agung.

"Agung, ini kan jaket dari mantannya Rumi." Ucapku memamerkan jaket dari Rusdi.

"Yah, Rumi gagal move on." Jawab Agung yang sempat membuatku terdiam.

Saat itu aku serasa tertampar. Benarkah aku gagal move on?

Aku pun langsung mengecek grup Himpunan Mahasiswa di BBM dan mencari keberadaan Rafis. Entah kenapa aku ingin cepat-cepat move on dari Rusdi. Aku ingin Rafis segera melirikku. Selang beberapa lama kemudian, Rafis pun tiba.

"Eh, Rumi. Mau ke Eropa?" sapa Rafis yang membuat jantungku melompat. Aku tak menyangka akan disapa oleh Rafis karena kami tak pernah bersua satu sama lain sebelumnya.

"Eh, enggak.. disana dingin banget katanya, hehe." Jawabku kikuk. Aku benar-benar kegirangan.

Rafis pun tertawa dan berlalu.

Akhirnya kami pun menaiki bis dan memulai perjalanan menuju Mountsa Camping and Outbond dengan latar belakang Gunung Salak serta Curug Nangka.

Perjalanan yang ditempuh hanya dua jam itu pun akhirnya membawa kami tiba dengan selamat. Begitu sampai, aku harus mengurusi kelompok yang diamanatkan untukku. Aku sempat memperhatikan Rafis yang mulai sibuk dengan Handy Talk karena Rafis merupakan koordinator lapangan.

Akhirnya acara demi acara pun dimulai hingga tak terasa sampai malam hari sekalipun, aku masih harus menemani anggota kelompokku saat makan malam. Kala itu, aku melihat Rafis tengah mengambil makan bersama Maul, sobatnya. Ternyata, Rafis dan Maul ditugaskan untuk menjaga tenda. Aku tiba-tiba ingat ingin mengambil ponsel di tenda. Akhirnya aku pun beteriak meminta Rafis dan Maul untuk menungguku.

Setelah itu kami pun berjalan. Formasi semula adalah Rafis dan Maul berjalan terlebih dahulu meninggalkan aku dibelakang. Karena aku takut, aku pun merengek meminta agar berada ditengah-tengah mereka mengingat hari sudah malam dan gelap. Apalagi kami hanya mengenakan lampu flash dari ponsel Rafis dan Maul.

Akhirnya formasi baru pun terbentuk. Rafis didepan, aku ditengah dan Maul dibelakang. Aku hampir saja tergelincir hingga Maul memperingatkan agar aku berhati-hati.

"Hati-hati, Rumi. Nanti jatuh." Kata Maul.

"Iya, Maul. Hati-hati juga." Jawabku.

Rafis yang mendengarnya pun langsung berkata, "Hati-hati Rafis." kepada dirinya sendiri seakan-akan kode untukku.

Aku jadi tersenyum.

"Iya Rafis, hati-hati." Kataku pada akhirnya.

Hingga waktu tidur pun tiba, aku tertidur hingga pukul empat pagi. Saat bangun, aku menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan melihat Rafis tertidur di saung. Usai bersih-bersih, aku pun sholat subuh dan Rafis menjadi imam sholatku.

Kembali [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang