DUA BELAS - Godaan

159 4 0
                                    

Pukul satu pagi, Devan masih juga disibukkan dengan berbagai pengambilan gambar. Kopi hitam di nakas sudah dingin. Ia sudah tak bernafsu lagi untuk meminumnya.

"Break!!!" teriak Devan mengambil alih komando.

Ia pun langsung melenggang menuju mobilnya hendak istirahat.

Bip bip...

Bunyi pengaman mobilnya pun berbunyi sebagai tanda kunci sudah terbuka. Devan pun menarik knop pintu mobilnya dan hendak masuk. Namun... betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang wanita tertidur dengan punggung terbuka membelakangi Devan.

Tak hanya itu, wanita itu pun hanya memakai bra dan g-string. Devan menatap apa yang terpampang dihadapannya dengan tak percaya.

"Kak Devan..."

Tiba-tiba wanita itu berbalik dan menarik Devan mendekat.

"Eh eh apa-apaan in..." ucapan Devan terputus ketika wanita itu melumat habis bibir Devan.

Devan mulai terbuai.

"Enggak, enggak!" Devan pun melawan.

"Lo siapa?!" pekik Devan tak percaya melepaskan diri dari tubuh wanita itu.

Wanita itu pun menatap Devan menggoda dengan tali bra yang sengaja ia longgarkan.

"Masa Kakak gak tau aku?"

Wanita itu menutup pintu mobil Devan hingga Devan terperangkap di dalamnya.

Devan mulai bergidik. Pikirannya kacau. Di kepalanya kini hanya ada Rumi.

Wanita itu pun membuat Devan terduduk di kursi mobilnya. Tiba-tiba mata Devan auto-focus ke belahan dada yang terpampang dihadapannya. Devan langsung menutup mata. Wanita itu pun duduk berhadapan dipangkuan Devan.

Devan terkunci.

"Aku gak rela Kakak nikah sama cewek norak kayak gitu." Kata Wanita itu hendak membuka bra nya. "Gedean juga punya aku, Kak." Katanya lagi.

"Eh orang gila! Jangan buka didepan gue!" pekik Devan bingung.

"Trus dimana, Kak? Kakak mau langsung liat aku fully naked aja gitu?" kata wanita itu sok polos.

Devan kembali menutup mata. Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat tubuh wanita itu.

"Kalo lo mau selamat, pake baju lo sekarang dan pergi dari sini. Kalo enggak, gue bakal keluar dan teriak biar lo di amuk masa!" kata Devan mengancam.

Wanita itu pun tersenyum licik.

"Gak akan ada yang bakal mukulin aku, Kak." Katanya. "Oke, aku bakal keluar sekarang. Tanpa pakaian." Kata wanita gila itu lagi.

"TOLOOOOOOONG!!! TOLONG!!!!!!!!" tiba-tiba wanita itu berteriak hingga membuat Devan panik. Devan pun langsung membekap mulut wanita itu.

"AHHHH! TOLONG!!!" sekarang wanita itu malah mengarahkan tangan Devan ke payudaranya untuk meremasnya.

"Eh, ada yang teriak minta tolong?" kata salah satu crew Devan.

Devan pun langsung panik keluar meninggalkan wanita itu. Sedangkan wanita itu masih juga seperti orang gila berteriak minta tolong serta mengacak-acak rambutnya. Wanita itu pun mulai menangis tersedu-sedu.

Airmata buaya.

"SUMPAH GUE GAK NGAPA-NGAPAIN DIA!" teriak Devan panik saat crew mulai mengerubungi mobilnya.

"Van.. lo???"

"SUMPAH GUE GAK NGAPA-NGAPAIN DIA!!" teriak Devan lagi. "MALAH DIA YANG MAU NGAPA-NGAPAIN GUE!!"

Orang-orang disana pun mulai menatap Devan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Kaos bagian depan yang Devan kenakan lecek, mereka pun berasumsi bahwa wanita itu sempat memberontak.

"SUMPAH!! GUE BERANI SUMPAH DEMI TUHAN!" teriak Devan lagi.

"Udah. Sekarang lu ikut gue, Van." Kata salah satu crew yang juga teman Devan bernama Malik. "Yang cewek tolong temenin cewek ini. Pakein dia baju dan bawa ke gue." Lanjut Malik lagi.

"Van, lo gila? Lo mau nikah, men. Ini bukan lo banget!" kata Malik.

"Lo gak percaya gue, Lik?"

Malik menggeleng. "Bukan begitu. Gue aneh aja. Dulu setiap ada cewek yang minta dianter pulang sama lu, lu selalu nolak. Terus sekarang pas mau nikah kenapa lu malah bertingkah?" tanya Malik.

"Lik, sumpah! Cewek itu yang hampir ngapa-ngapain gue!" kata Devan tegang.

"Lik.. plis jangan bilang Rumi tentang ini. Rumi gak boleh denger hal ini. Gak boleh, Lik, gak boleh!" kata Devan panik mulai menyulut api di rokoknya.

Sudah lama Devan tidak merokok. Kini barang itu kembali ia hisap.

Cewek sialan! Siapa sih dia?!

***

Pukul empat sore Rumi baru saja selesai keluar dari lift hendak pulang. Rumi pun melenggangkan kakinya menuju lobby. Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti. Rusdi ada dihadapannya kini.

"Hai, Rumi.." sapa Rusdi tersenyum.

"Iya.. kenapa ya?" tanya Rumi bingung.

"Aku baru sadar sesuatu, Rumi." Kata Rusdi.

Aku? Dari semenjak putus, Rumi dan Rusdi selalu menggunakan bahasa gue-elu.

"Maksud lu?" tanya Rumi masih bingung.

"Aku baru denger kamu mau nikah. Aku gak bisa ngebayangin kamu bakal tinggal seatap dengan Devan." Kata Rusdi blak-blakan. "Kamu lupa sama apa yang udah kita lakuin, Rumi?" lanjut Rusdi lagi hingga membuat Rumi terbelalak.

"Eh, denger ya! Dari dulu itu elo yang kurang ajar sama gue! Gue gak pernah mau, Rus! Elo yang udah berbuat semaunya!" kata Rumi mencak-mencak.

"Tapi aku bisa liat kamu sebenernya mau." Kata Rusdi masih membahas hal yang sudah lama Rumi lupakan.

"Lo gila??! Gue gak pernah mau, Rus!" kata Rumi dongkol. "Pergi dari kantor gue sekarang atau gue panggil security?!" kata Rumi lagi.

"Aku bakal bilang semuanya ke Devan." Kata Rusdi melenggang pergi.

Rumi pun menghela napas berat.

"Dari gue sama Devan masih pacaran, Devan udah tau semuanya. Gak usah ngabisin tenaga lu buat ngasih tau Devan!" Kata Rumi hingga menahan langkah Rusdi.

Rusdi pun berbalik.

"Kamu gak tau apa yang baru aja terjadi dengan Devan?" tanya Rusdi hingga membuat Rumi kebingungan.

"Maksudnya?"

"Mending lo tanya langsung. Devan gak sebaik yang lo pikir." Kata Rusdi kembali menggunakan bahasa gue-elu dengan Rumi.

***

Kembali [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang