Shey hanya melanjutkan tugas makalahnya dengan malas. Terkadang ia tak mengerti dengan apa yang ibunya katakan. Jatuh cinta memang gak bisa milih, tapi toh kita bisa milih soal pasangan hidup. Yang jelas, kalau Shey sudah dewasa nanti, dia gak akan mau menikah dengan pria tengil dan menyebalkan seperti ayahnya. Ia sudah bulat bertekad.
Sekarang, lihat saja. Ayahnya dengan Neil -adiknya yang masih berusia empat tahun, sedang mencuci mobil di halaman dengan pintu gerbang yang dibuka. Siapa tau ada cewek seksi lewat, katanya.
Ayahnya gendeng memang. Adiknya yang masih polos sudah diajari yang tidak-tidak.
Kemampuan multi-tasking Rumi menurun ke Sheira. Meski sambil mengerjakan tugas, Shey tetap bisa memperhatikan sekeliling. Hingga saat Shey memperhatikan adiknya, tiba-tiba ia terbelalak panik.
"IBU!!! Neil di shampoin pake shampo ban mobil! IBU!!!!" kata Shey panik bergidik ngeri karena khawatir rambut adiknya rusak.
"APA??!"
Rumi yang sedang membaca buku pun langsung panik buru-buru keluar rumah.
"DEVAN!"
Devan panik seketika buru-buru membilas rambut Neil dengan aliran air dari selang. Devan tau, kalau Rumi sudah memanggil namanya itu berarti ia dalam bahaya.
"Neil! Mandi sama Ibu sekarang!" Rumi buru-buru menggendong Neil.
Devan nyengir.
"Bukannya tadi kamu lagi tidur, sayang?" kata Devan menatap Rumi dengan wajah malaikat yang dibuat-buat.
Rumi, ntar malem tetep dapet jatah ya.... Padahal itu arti tatapan yang sebenarnya.
Rumi pun mendelik menyipitkan mata.
"There will be nothing for tonight!" Kata Rumi masuk ke rumah meninggalkan Devan.
"Ah, shit!!" Devan langsung mengarahkan selang ke kepalanya.
Shey yang melihatnya hanya geleng-geleng. Ia masih bingung kenapa ibunya mau dengan ayahnya. Dia jadi ingat Baim. Tengil dan nyebelinnya persis seperti ayahnya. Dan Baim merupakan makhluk yang paling Shey hindari di muka bumi.
***
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali [COMPLETE]
Romance"Kamu gak perlu ngemis cinta dari aku, Devan. Tanpa kamu minta sekalipun hati aku selalu ada buat kamu" *** Aku tidak pernah menyalahkan pertemuan kita. Karena dari dulu, aku selalu percaya satu hal; segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki alasan...