SEMBILAN - Lombok

155 4 0
                                    

"He? Cabe? Erica? Ngapain??? Kok gak bilang?" tanya Rumi terkaget-kaget saat melihat Cabe dan Erica sudah nangkring di kamarnya bersama koper.

"Akhirnya datang juga. Yuk caw. Gue udak pack-in barang lu." Kata Cabe seraya menarik koper dan tangan Rumi.

"Caw? Caw kemana?"

Cabe pun menunjukkan tiket menuju Lombok. "Ke kampung gua,"

"Lu gila? Gue senin masih kerja!"

"Elah kerja mulu lu. Liburan lah kali-kali. Ayo ah buru! Flight jam 1 nih kita." Kata Cabe lagi masih menarik Rumi.

Rumi pun terseret-seret ditarik Cabe.

"Mbuy, kamu diem aja. Ini kenapa?? Ada apa?"

Erica pun hanya tersenyum. "Nurut aja sama kita ya."

Rumi mengernyit. Ia kebingungan dengan sikap Cabe dan Erica. Nempel pantat aja belum, udah harus pergi lagi.

"Hati-hati ya, Mbak." Kata Ayah nya keluar kamar. "Bawa oleh-oleh kalo sempet." Kata Ibu nya tiba-tiba.

"I.. Iya.."

"Pamit, Abi, Umi..." kata Cabe sok akrab.

"Mang emak bapak lu?"

"Iyalah kakak ipar. Ayang gua aja tadi gua kelonin di kamarnya."

"Alig lu dasar."

"Be, buruan deh. Taxi nya udah nungguin." Kata Erica menyela.

"Iye iye. Yuk buru."

Rumi kebingungan. Ia pun hanya menurut dan langsung duduk di dalam taxi serta membiarkan Erica dan Cabe memasukkan barang-barang mereka ke bagasi.

Ini kenapa?? Ada apa????

***

Bandar Udara Internasional Lombok pukul 4 pagi

"Mbuy, Cabe.. ini pagi buta. Kita mau kemana?"

"Udah, aman pokoknya."

Rumi pun hanya menuruti kata-kata Erica dan Cabe. Ia tak tau harus apa, hanya mengikuti mereka berdua hingga mobil pribadi –yang Rumi yakini adalah mobil sewaan, tiba di hadapan mereka dan membawa mereka ke pantai yang sepi di dini hari.

Rumi kembali celingukan, masih bingung dengan apa yang terjadi. Hingga tiba-tiba matanya ditutup oleh selembar kain dan ia tak bisa melihat apapun kecuali kegelapan.

"Eh eh eh... ulang tahun gue masih lama! Kok gue ditutup gini kayak mau dapet surprise aja???"

"Udah pokoknya lu keluar dari mobil sekarang!" kata Cabe tiba-tiba galak.

"Iya iya..."

"Ikutin kita," kata Erica menarik tangan Rumi.

"Iya iya..."

Suara deburan ombak pun terus menggema di telinga Rumi. Dan Rumi masih kebingungan ia akan dibawa kemana. Masa sih teman-temannya akan mendorong dia ke laut? Gak mungkin kan.

Setelah sekian lama berjalan tiba-tiba langkah Rumi terhenti dan Erica yang sedaritadi menuntutnya tiba-tiba melepaskan genggaman dan meninggalkan Rumi sendirian.

"Be.... Erica....?" Panggil Rumi menggapai-gapai.

"Eh... kalian.... Kok diem?"

"Eh... Kok sepi sih? Jangan sampe gue joget Caesar nih." Oceh Rumi lagi.

"Gue buka ya???"

"Cabe....? Kalo gue buka lu marah gak...?"

Masih juga tak ada jawaban.

Kembali [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang