Rasa itu masih ada. Sejak pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya, Dimas selalu memikirkan Maura.
Seperti yang ia lakukan di kantornya sekarang. Diraihnya handphone yang tergeletak di atas meja, dan Dimas mengetikkan sebuah pesan:
"Hai Maura, Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Mau makan siang bersama nanti?".
Tak lama balasan pesan Maura masuk di handphonenya.
"Hallo, Dim. Kabarku baik. Aku senang kau mengirim sms padaku. Oke, aku tunggu kamu di cafe ArtCoffe yaah".
Dimas tersenyum senang membacanya. Dengan semangat ia menekuni kembali berkas-berkas yang harus di tandatanganinya sekarang, sebelum sekertarisnya menyerahkan kepada koleganya.
Dimas melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangan kanannya. Segera dikenakannya jas hitam yang terlampir di belakang kursinya. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00, dia harus tiba dahulu di cafe tersebut sebelum Maura datang.
Lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya tersebut tanpa memperhatikan sesuatu yang biasa tersedia di meja untuk menerima tamu di dalam ruangannya.
Yah, sebuah bekal yang selalu diantarkan oleh istrinya-atas bimbingan selalu mbok Inah- melalui pak Asep setiap hari, di jam 10 pagi. Bekal itu tak tersentuh bahkan tak dilihatnya Dimas hari ini karena ia melupakannya.
Mungkin hanya Dimas lah, seorang suami yang masih dibawakan bekal dari rumah. Masakan sang istri yang selalu enak dan mengenyangkan perutnya.
Lain waktu Mayunda seharusnya mulai mengantarkannya sendiri ke ruang kerja suaminya. Mungkin setelah ini Dimas tidak akan menyentuh bekal masakannya.
---Jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Dimas bergegas merapikan pekerjaannya. Karena ia selalu pulang di jam itu. Belum lagi ia harus menghadapi kemacetan ibukota yang sering membuat kepalanya pusing.
Seakan baru menyadarinya, diraihnya bekal yang ada di atas meja tersebut. Dibukanya bekal tersebut, ada sekotak nasi dengan sayuran sawi yang ditumis pedas, ayam goreng, dan sebuah pisang. Sudah menjadi kebiasaan Mayunda mengirimi paket makanan 4 sehat 5 sempurna untuknya.
Tetapi karena Dimas masih merasa kenyang, dengan terpaksa Dimas membuang semuanya kecuali pisang untuk dimakannya. Nggak mungkin dirinya memaksakan sesuatu yang harus ditelannya.
Mungkin lain kali sebelum dirinya makan bersama Maura, Dimas harus memakan terlebih dahulu bekal yang dikirimin oleh isterinya. Seperti yang sudah-sudah...
----
Haiiiiii, aku balik lagi. Sorry untuk janjiku yang akan memposting cerita Devian&Vanessa tadi malam. Jujur aku lupa kalau tadi malam aku harus tidur awal karena hari ini aku harus sudah ada di sekolah dasar di jakarta timur jam 06.00.Yaahh, aku lagi melakukan praktik magang teman2. Jadi dengan mencuri jam istirahat, aku mengetik part ini di hp. Mumpung idenya lagi nyangkut di kepala. Hehehehe
Oke, enjoy this is part yaa!! Aku nggak mengedit lagi nih, So.. Sorry for typo :)
-ami-
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR LOVE
Teen FictionEDISI REVISI 10 PART TERAKHIR = PRIVATE [Dimas Prasetyo] Ku mohon, Kita coba lagi! Kali ini aku tidak akan mengacau, Sayang. [Mayunda Mentari Dewi] Aku bersumpah sekali lagi kamu melakukannya, Aku tidak ingin hidup bersamamu lagi. [Naufal Alif...