Part 28. Positif

11.5K 425 7
                                    

Aku nggak periksa lagi nih. Kalo ada typo/ kesalahan kasih tahu aku yaa..

Happy Reading~

Hoeekk..hoeekk... aku mulai menggeliat dalam tidurku ketika mendengar suara orang sedang muntah- muntah. Mataku membuka perlahan guna menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke dalam retinaku Aku tidak menemukan istriku di ranjang kami. Mataku menoleh ke pintu kamar mandi yang terbuka. Dan suara itu terdengar kembali, aku segera menghampirinya.

"Astaga, Sayang. kamu baik- baik saja, kan?" tanyaku pada Mayunda. Aku menatapnya dengan khawatir, sontak aku segera memijat leher belakang istriku agar muntahannya kembali keluar. Herannya aku tidak menemukan apapun yang dimuntahkan olehnya.

"Dim, bawa aku ke kasur" ucapnya memohon. Dengan sigap aku menggendongnya ala bridal style dan membaringkannya di atas ranjang kami. Aku segera mengusap dahinya yang sedikit mengeluarkan keringat dan menatapnya sendu.

"Sayang, are you okay?"

"Hm, aku hanya sedikit merasa pusing dan mual, Dim."

Aku mencoba mengingat makan malam bersama kami dengan Naufal, dan kurasa aku tidak melihat istriku memakan sesuatu yang aneh.

"Nanti siang, kita ke dokter ya, Sayang?" ajakku padanya. Dengan anggukkan lemah Mayunda membalas perkataanku. Aku mengecup dahinya hangat dan beranjak keluar kamar untuk melihat Naufal. Kubiarkan Mayunda beristirahat kembali dan biarkan hari ini aku yang akan mengurus keperluan sekolah Naufal.

Setelah aku berbenah diri dan Naufal sudah siap untuk berangkat ke sekolah, aku menelepon sekertarisku bahwa hari ini aku akan tiba di kantor setelah jam makan siang. Membiarkan semua pekerjaan kantor diurus olehnya untuk beberapa jam ke depan, karena aku begitu mengkhawatirkan kondisi istriku sekarang.

"Bundaa kenapa?" tanya Naufal begitu aku mengajaknya untuk bertemu dengan bundanya, sekaian berpamitan. Aku berdiri dalam diam mengamati interaksi keduanya di atas ranjang. Kulihat Mayunda membuka matanya perlahan dan tersenyum pada Naufal.

"Bunda nggak apa-apa, Sayang," ujar Mayunda menenangkan buah hatinya.

"Naufal mau berangkat ke sekolah ya sama Ayah? Belajar yang rajin, ikuti perintah guru, jangan nakal. Oke, Nak?" ujar Mayunda.

Naufal mengangguk paham. Dia sudah hapal dengan wejangan bundanya setiap kali ia pergi ke sekolah. Untungnya Naufal tipe anak yang bisa memahami sesuatu dengan cepat dan tanggap.

Setelah berpamitan pada bundanya, Dimas menghampiri Mayunda yang tengah berbaring menatapnya sendu. Dimas sedikit membungkukkan badan mencium bibir istrinya sekilas sehingga mmbuat Mayunda merona.

"Setelah mengantar Naufal, aku ingin kita memeriksa kesehatanmu. Oke, Sayang?" bisik Dimas di dekat telinganya.

"Kami berangkat dulu, Bunda" ucap Dimas dan Naufal bersama- sama.

--oOo-

"Bagaimana keadaan istri saya, dokter?" tanya Dimas langsung begitu melihat dokter wanita keluar dari ruangannya. Dokter itu tersenyum melihat raut wajah kecemasan pria dihadapannya. Dokter wanita yang bernama Sarah itu segera menduduki kursinya dan mengeluarkan selembaran kertas berwarna hitam dan menyerahkannya pada Dimas.

Dimas yag tidak mengerti mengambil lembaran kertas tersebut dan melihat sebuah titik kecil di dalamnya. Dimas memandang dokter Sarah dengan penuh tanda tanya. Tak lama Mayunda muncul dari ruangan tersebut dan duduk disamping suaminya.

"Terjadi sesuatu, Dim?" tanya Mayunda begitu melihat raut wajah Dimas yang tak biasa itu. Diliriknya selembaran yang dipegang suaminya dan segera beralih ke dokter Sarah itu.

"Selamat, Bapak Dimas. Istri anda tengah mengandung" ucap Dokter Sarah.

"HAH?!" keduanya serempak berteriak kecil setelah mendengar ucapan sang dokter.

"Selembaran yang bapak pegang itu adalah hasil test USG pada rahim istri anda. Saya sudah bisa menebak dari awal begitu istri anda mengatakan bahwa menstruasi bulan ini sedikit terlambat dari biasanya. Dan istri anda mengelaknya dengan merasa bahwa ia tidak mungkin hamil dikarenakan ia hanya merasa sakit biasa saja pada perutnya. Tetapi setelah saya mengeceknya melalui test USG ini, terjawab sudah apa yang terjadi. Tanda titik ini adalah calon janin istri anda yang tengah membentuk" kata Dokter Sarah menjelaskan.

"Tapi, dok-"

"Berapa usia kandungan istri saya, dokter?" potong Dimas penasaran.

"Kurang lebih 4 minggu,"

Crapss.. Dimas begitu senang mendengarnya. Dimas berasumsi bahwa program membuat bayinya goals. Tak sia- sia tiap malam Dimas menjamah tubuh istrinya itu. Ditatapnya wajah istrinya yang membeku itu. "Apakah istrinya tidak senang mendnegar kabar bahagia mereka ini?" batin Dimas.

"Terimakasih, Dokter. Saya akan menjaga kandungan istri saya dengan baik" ujar Dimas dan segera membawa keluar istrinya. Sepanjang perjalanan menuju parkiran mobil, Dimas tidak melepaskan genggamannya pada Mayunda dan tersenyum pada semua orang. Tetapi langkah mereka berhenti begitu melihat sosok pria dihadapan istrinya. Dimas menggeram marah dan diraihnya pinggang Mayunda dengan posesif. Dimas tidak akan membiarkan istrinya berdekatan dengan pria itu.

"Ayo, Sayang!" ajak Dimas mengabaikan sosok di hadapannya sekarang.

"Tunggu dulu, Mayunda-" sergah pria tersebut. Pria itu meraih telapak tangan Mayunda yang menggantung bebas ke bawah. Dimas yang melihat itu mendelik tajam dan napasnya memburu kasar.

"Jauhkan tanganmu dari tubuh istriku, Rayhan Pangestu!!" ucap Dimas marah.

--oOo--

161031

Like and comment! ^^

ThankYU

AMI

AFFAIR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang