Dimas merutuki dirinya sendiri karena ia telat datang menemui Mayunda. Rapat sialan itu menahan kepergiannya, dan membuat sang istri harus menunggu di restoran yang sudah direservasi olehnya.
Dimas ingin memberikan kejutan untuk permohonan maaf atas sikap arogansinya pada Mayunda. Dimas akan menjelaskan alasan dibalik itu semua. Sesungguhnya Dimas hanya ingin keadaan seperti semula, mereka saling mencintai dan mengasihi.
Dimas memasuki pintu restoran dan langkahnya terhenti melihat raut wajah istrinya yang tampak tertekan dan sedih. Tetapi kemudian Dimas mencoba menghiraukannya dan berjalan menuju istrinya.
"Maaf sayang, aku terlambat" Dimas mencium kening Mayunda dan menyerahkan bunga mawar putih yang tadi dibelinya.
"Hm, terimakasih" gumam Mayunda mengabaikan permohonan maaf suaminya.
Pesanan mereka sudah datang. Keduanya makan dalam diam. Sampai akhirnya Dimas membuka suara menghentikan suasana canggung diantara mereka.
"Sayang, bisakah kita mencobanya lagi?kamu memberiku kesempatan kedua untuk menebus semua kesalahanku padamu, kamu kembali percaya dan mencintaiku seperti dulu. Bisakah kita? Sejujurnya aku merasa walau dirimu disampingku, tetapi hatimu tidak lagi. Aku cinta kamu, Mayunda" ujar Dimas meraih dan meremas tangan Mayunda di atas meja.
Mayunda bergeming. Sesungguhnya ia merasa tersanjung dengan ungkapan hati suaminya. Tetapi Mayunda terlanjur sakit hati dan sulit memaafkan Dimas.
Bagi Mayunda, Perselingkuhan Dimas adalah neraka baginya.
"Aku tidak tahu, Dim."
"Kenapa? Apa ada orang lain di hatimu saat ini, Rayhan misalnya?" ujar Dimas sinis.
Mayunda tergelak kaget. Tidak menyangka suaminya melemparkan tuduhan tak berdasar itu.
"Beberapa detik lalu, baru saja kamu memohon agar kita kembali seperti semula. Tapi sekarang kamu menuduhku dengan membawa nama Rayhan disini!" Mayunda menatap Dimas dengan raut wajah tak bersahabat.
Untung ruangan yang dipesan Dimas sangat terjaga privasinya. Jadi percakapan penuh emosional mereka tidak diketahui orang banyak.
"Hanya menduga-duga. Nggak usah marah gitu, sayang" Dimas memberikan godaan yang membuat Mayunda muak.
"Kenapa disaat aku mengucapkan kata Rayhan, kamu baru akan meresponku dengan baik?" Protes Dimas.
"Aku lelah, Dim. Sikap dan perilaku kamu yang membuatku tersiksa."
Dimas tetap dalam diamnya, menunggu ucapan sang istri. Ditatapnya Mayunda yang tengah memalingkan wajah darinya.
"Sayang.."
"Aku ingin kita berhenti."
"Ha?"
"Aku dan kamu berpisah. Kita berhenti, Dim!" Tegas Mayunda.
Mayunda merasakan tubuhnya bergetar tak kala Dimas menggebrakan meja dengan keras. Sampai pada akhirnya air mata Mayunda tak kuasa menahan bendungannya dikala Dimas berlutut dengan menggeggam kedua tangannya.
Sedangkan posisi Mayunda tetap duduk di kursinya. Mayunda menatap mata suaminya yang sayu, sedih, dan ada gurat kemarahan didalamnya.
"Mohon ampun, sayang. Maaf telah menyakiti hatimu dengan memberi noda di pernikahan kita. Aku bermain api dengan Maura, dia adalah cinta pertamaku yang belum dimulai." Aku Dimas yang membuat air mata Mayunda mengalir kebawah, jatuh di pipinya.
"Tapi aku menyadarinya sekarang. Perasaanku terhadap Maura hanya sekadar bayangan semu yang menipu. Rumahku adalah dirimu, sayang. Bersama Naufal, anak kita. Maafkan aku juga telah memaksakan kehendakku padamu. Itu semua kulakukan agar kamu tetap bersamaku. Karena aku amat sangat mencintaimu, sayang."
Mayunda masih bungkam. Bingung dengan perasaanya sendiri.
"Ayo, sayang. Kita perbaiki semua. Beri aku satu kesempatan lagi. Kali ini aku tidak akan mengacau, sayang~
Mayunda merasakan getaran isak tangis dari tangan yang sedang belutut dihadapannya.
"Dimas, hentikan," pinta Mayunda baik-baik.d Sesungguhnya.
Dimas menggeleng kepalanya, menolak untuk memenhi permintaanAyunda
"I Love YOU!
--—---—---—
Sorry for typo.
Happy reading!
VOMMEN yaaa, jangan lupa!thankYU
AMI
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR LOVE
Teen FictionEDISI REVISI 10 PART TERAKHIR = PRIVATE [Dimas Prasetyo] Ku mohon, Kita coba lagi! Kali ini aku tidak akan mengacau, Sayang. [Mayunda Mentari Dewi] Aku bersumpah sekali lagi kamu melakukannya, Aku tidak ingin hidup bersamamu lagi. [Naufal Alif...