Dimas Prasetyo, dia adalah suamiku. Pria pertama yang mengenalkanku apa itu cinta, pria pertama yang berani mengajakku berkencan, pria pertama yang menciumku, dan suami sekaligus ayah untuk anak kami, Naufal Alif Prasetyo.
Aku bertemu dengannya saat aku hendak melamar pekerjaan di perusahaannya. Saat itu perusahaannya membutuhkan seeorang akuntan keuangan. Kebetulan aku lulusan dari bagian akuntasi. Alhamdulillah setelah melalui proses yang melelahkan aku diterima.
Namun aku harus berhenti bekerja di perusahaannya semenjak dia melamarku di hadapan ibu bapak. Dia mengatakan bahwa aku hanya perlu dirumah, menghabiskan semua uangnya, dan memberinya sebuah anak.
Saat itu aku sempat marah padanya. Aku merasa dia membeliku bukan menikahiku. Namun dia mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang ayah ketika usia pernikahan kami menginjak 3 bulan. Aku mencoba memaklumi keinginannya.
Dimas adalah seorang suami yang kekanakan jika denganku. Dia tidak segan merajuk jika keinginannya tidak terpenuhi. Mengurus Dimas lebih sulit daripada mengurus Naufal. Dimas adalah bayi besar yang terperangkap di dalam tubuh pria usia 28 tahun.
Namun, Dia akan menjadi sosok yang berbeda di hadapan orang lain. Dimas dikenal sebagai sosok yang tegas, wibawa, dan perfeksionis. Sehingga orang lain akan segan dengannya.
Dimas adalah sosok ayah yang menyayangi puteranya. Dimas selalu memanjakan Naufal dan memberikan apapun yang diinginkannya. Tak jarang aku mengomelinya dan dia hanya berkata "Naufal menginginkannya". Huftt seharusnya dia bisa menolaknya kan.
Pagi ini aku sudah menyiapkan sarapan bersama mbok Inah. Naufal sudah mandi dan duduk manis di ruang tengah. Aku segera menuju kamar dan melihat Dimas masih dalam posisi yang sama, tengkurap dengan selimut yang sudah jatuh sebagian ke lantai.
"Ayah, bangun!" Panggilku mencoba menggerakan tubuhnya.
"Hhmm".
"Ayah malu sama Naufal yang udah rapi duluan".
"Ini hari minggu, bunda" rajuknya sambil menarik selimut hingga menutupi kepala, menghalau cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi udara.
"Dimas! Kamu-" sebelum dirinya meneruskan ucapannya, Dimas menarikku hingga aku terbaring bersamanya. Dia memelukku layaknya seekor ular yang sedang melilit mangsanya hidup-hidup.
"Sesaakkk"
"Morning kiss dulu, sayang" pintanya. Sebelum aku membalas ucapannya, dia sudah menciumku dengan buas. Seluruh wajahku diciuminya. Mulai dari dahi, hidung, pipi, kemudian berakhir di bibir. Melumat dengan nafsu dan bergairah.
Aku harus menghentikannya sekarang. Kalau tidak, dia bisa saja meniduriku di pagi yang cerah ini.
Satu hal yang harus kalian ketahui, Dimas itu mesum!
---
Hello, I'm back! Alasan kenapa cerita ini partnya selalu pendek kedepannya sampai tamat, Soalnya aku mengetik langsung lewat hp. Entah kenapa kalau mengetik lewat laptop, ide susah didapat dan malas gitu. HeheheheOhya, Baca cerita pertamaku juga yah! Judulnya "Devian&Vanessa".
Semoga suka! :)
vote & comment, please~-ami-
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR LOVE
Teen FictionEDISI REVISI 10 PART TERAKHIR = PRIVATE [Dimas Prasetyo] Ku mohon, Kita coba lagi! Kali ini aku tidak akan mengacau, Sayang. [Mayunda Mentari Dewi] Aku bersumpah sekali lagi kamu melakukannya, Aku tidak ingin hidup bersamamu lagi. [Naufal Alif...