Baju apa yang harus aku pakai? Baju ini, udah pernah. Baju ini, udah jelek."Ayolah, Ta... Cuma buat pergi bareng Darrel sampe segininya."
Aku merasa agak berbeda. Terakhir kali aku pergi dengan temen cowo, ya, sama si Richard.
Ting tong... Ting tong... Ting tong...
Kemampuan gerak cepatku diuji. Setelah selesai, aku pamit, kemudian berlari ke pintu gerbang.
Deg.
Kulihat Darrel sedang duduk di teras rumahku. Rambutnya ia sisir ke atas. Ia memakai kaos berwarna putih, dibalut dengan kemeja kotak-kotak warna biru, celana jeans panjang, dan sepatu kets warna abu-abu.
"Emang gue segitu gantengnya sekarang sampe lu liatinnya kaya gitu?"
"Ehhh... Apaan sih... Ayo buruan, nanti keburu rame... Naik sepeda?"
"Iya, tenang aja. Gue yang gowes dan dijamin 20 menit pasti nyampe. Ayo naik!"
Suasana sore itu sungguh menyenangkan. Angin berhembus lembut dan langit berwarna gradasi jingga-kuning. Rambutku kubiarkan terurai, seirama dengan hembusan sang angin.
"Dah sampe, Bu. Ongkosnya?"
"WOW!" satu kata yang dapat menggambarkan suasana di pintu masuk karnaval.
Tulisan KARNAVAL yang dibuat dari lampu-lampu kuning dengan latar warna merah, menjadi pemeran utama. Hiasan berupa lolipop besar, unicorn, dan permen kapas... FAVORITKU!
Aku berlari mengantri masuk sambil menyerahkan tiket pada petugas. Aku meninggalkan Darrel yang sedang memarkirkan sepedanya.
Mataku tertuju pada satu toko yang menjual berbagai aksesoris dream catcher. Aku membeli satu yang berwarna violet dan satu lagi berwarna biru.
Aku keluar dari toko itu lalu mencari kursi untuk duduk. Saat aku sedang duduk dan tengah membereskan dompetku, seseorang dari belakang tiba-tiba menutup mataku.
"Tebak siapa hayo?"
"Kalo suara serak-serak becek ga jelas kaya gini, sih, pasti DARREL LIJAYA!"
"Kok, tau sih?"
"Ya iya. Masa ada orang ga kenal tiba-tiba nutup mata gue. Jadi burem nih kacamata gue... Beuh..."
"Wahahaha... Sama-sama mata kaca!"
"Kacamata keleus..."
"Ke situ yuk, Nat!"
Darrel menujuk ke arah bianglala. Segera aku berlari dan ikut mengantri. Tak lama kemudian, giliran kami.
Bianglalanya sungguh besar. Ketika kami sampai di atas, aku bisa melihat pemandangan malam kota. Lampu berkelap-kelip khususnya di beberapa jalan raya. Mungkin terdengar agak menyedihkan, namun, inilah yang pertama kalinya bagiku.
"Ta, once again gue mau ngucapin terimakasih sama lu. O iya, satu lagi. Gue punya topi. Satu huruf N, buat lu. Satu huruf D, buat gue. Anggep aja sebagai simbol pertemanan kita."
"Wah, Darrel bermodal..."
"Ah, lu mah... Bercanda mulu," kata Darrel sambil meniup poniku.
"Jadi berantakan, monyong!"
"Haha. Tadi, lu beli dream catcher?"
"Iya. Dan gue baru inget kalo mama gue sukanya biru muda, bukan biru tua. Buat lu aja gimana?"
"Bukannya ini barang cewe banget?"
"Lu jangan liat barang cewenya, Rel. Kalo lu liat dream catcher ini, lu akan diingetin soal hal apa yang lu pengen dan lu akan berusaha untuk mewujudkannya."
"Boleh juga filosofinya... Okay, thanks then..."
MOHOH PERHATIAN KEPADA PARA PENGUNJUNG, BIANGLALA MENGALAMI SEDIKIT MASALAH PADA MESIN. TETAP TENANG DAN JANGAN PANIK, TIM KAMI AKAN SEGERA MEMPERBAIKINYA.
"WHAT? BIANGLALANYA RUSAK?" kataku dan Darrel berbarengan.
"GUE MAU TURUN, REL!!!"
"GUE JUGA MAU TURUN ASTAGA... MAMA TOLONG!"
"GUE BARU INGET GUE TAKUT KETINGGIAN!!! HELPPP!!!"
*23032000 buah kerempongan kemudian*
UEKK... OHOK... OHOK... BHAAAKKK...
"TA LU HAMIL TA? GUE KAN GA NGAPA-NGAPAIN LU PAS TADI DI ATAS?!"
"NGOMONG SEMBARANGAN LU! GUE MASUK ANGIN, ONTA!"
Sampai di rumah aku langsung mandi air hangat lalu minum minuman jahe hangat.
Teng. Terengteng. Teng. Teng. Dung.
Today was a great day! Thanks Darry... Ups!
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA NADIKU
Teen Fiction(#129 dalam #teens, 11/05/18) (COMPLETED) Akankah diriku dan dirimu sedekat NADI? Terkadang kita jatuh cinta tanpa alasan Terkadang kita jatuh cinta karena terbiasa Terkadang kita terjatuh karena cinta Terkadang cinta membuatmu dilema Tapi cinta ta...