TUJUHBELAS - KITNAC OIF

493 39 5
                                    


Air yang turun dari langit mulai berhenti. Fio menelponku dan menyuruhku menuju ruang B3. Aku segera ke sana.

"Ta, tunggu sini ya, tar lagi ada evaluasi."

"A cie. Kakak panitia."

"Eh, Ta, itu jaket siapa?"

"Jaketnya Darrel. Baru mau ngebalikin nih..."

"Oh, pantes. Tadi gue pake jaket ini. Nyebrang dari belakang panggung ke ruang kontrol bareng Darrel."

"A cie cie... Berduaan ciee..."

"Eheheh. Baik ya dia... Perhatian juga..."

Fio, kenapa pikiran kita sama?

"O iya, Ta, gue ke ruang perlengkapan dulu ya."

Kakak panitia acara memang super sibuk.

"Eh, Ta, belom pulangz?"

"Belom, Rel... Lu juga belom pulang?"

"Kan, gue nungguin Sabrina dong, Ta... Pulang bareng niatnya..."

"Azek, kemajuan nih lo!"

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!

FIO?!

"ULER, TA, ULER!!!"

Seekor ular berada di dekat tumpukkan kardus di ruang perlengkapan. Fio berada di sudut ruangan itu dan tidak bisa ke mana-mana.

"Tenang, Fio. Lu diem di situ. Jangan gerak."

Darrel berusaha mengambil kepala ular itu. Aku takut, namun tak bisa berbuat apa-apa.

Ular itu melilit tangan Darrel. Ia kaget dan seketika kepala ular itu terlepas dari genggamannya dan mulutnya menggigit tangan Darrel. Siswa-siswi panik. Seorang satpam datang dan membantu melepaskan gigitan ular dari tangan Darrel.

Aku yang takut darah ini tak bisa berbuat banyak. Aku melihat Fio dengan sigap berusaha membalut luka Darrel. Darah bertetesan di lantai. YA TUHAN KENAPA JADI THRILLER BEGINI?

"Darrel lu yang relax ya. Everything is gonna be okay. Gue tau itu ular bukan jenis yang beracun. Gue udah kasih obatnya. Mudah-mudahan pendarahannya cepet berenti."

"ARRRGGGHHH..... Sakitttt, Fi....."

"Tahan, Rel, tahan..."

Aku melihat Fio memegang tangan Darrel sambil menangis. Seakan tak tega dan juga mengira bahwa ini semua salahnya.

33 menit kemudian semua kembali normal. Lantai sudah di pel, ular sudah diurus oleh satpam, dan pendarahan Darrel sudah berhenti.

"Ma... Maafin gue, Rel..."

"Ini bukan salah lu, Fi... Tapi ini salah..."

"Salah?"

"ULERNYA! HAHAH! SERIUS AMAT SIH!"

"Bercandanya... GARING, REL!"

"Ah, lu, mah, Ta. Takut darah mah diem ajah..."

Darrel mengambil tisu dan mengelap air mata Fio.

"Senyum, Fi..."

Terlihat senyum manis Fio kembali lagi.

OHOK.... UHUK... EHEK... BHEK...

"SABRIN DI KEMANAIN REL!"

"DI HATI GUE! PUAS LU, TA?!"

"Ampun, Pa, ampun... Bahahahaha..."

Pensi pertama SMP Permana. Mengesankan.

NADA NADIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang