"Parah, parah, parah." Terdengar gelak tawa menggema di dalam ruangan tersebut.
"Somplak bener lo, jadi gurunya gak mutilasi lo kan? Habisnya jail lo tuh kebangetan banget," cibir Dahlia.
"Kalo dia berani sama seorang Aliando Gavriel yang gantengnya membahana, gue aborsi anak di kandungannya," balas Ali sombong.
"Gaya bener lo, Li." Prilly terkekeh pelan melihat tingkah sahabatnya yang semakin hari semakin aneh.
"Gaya apaan nih maksud lo? Gaya dorong? Gaya gesek? Atau gaya statis?" Tanya Ali.
"Gaya-gayaan," sungut Prilly kesal.
"F–lambang dari satuan Gaya dalam Fisika–kuadrat dong," balas Ali tak mau kalah.
"Au ah, gelap." Prilly melempar pandangannya ke arah lain.
Ali, Prilly, dan Dahlia adalah sekelompok sahabat yang senantiasa ada dalam suka dan duka. Mereka sudah merajut persahabatan selama 5 tahun belakangan ini. Berawal dari Ali dan Prilly yang memiliki banyak kesamaan, sedangkan Dahlia merupakan sahabat pena Prilly yang berubah menjadi sahabat karib Prilly saat Dahlia tahu bahwa Prilly ternyata sekelas dengannya.
"Gimana hubungan lo sama Rassya?" Tanya Dahlia frontal.
Ali hanya bungkam berusaha menyimak isi percakapan kedua gadis di hadapannya.
"Yah, gitu. Gue masih belom ada rasa sama dia," balas Prilly apa adanya.
"Lo harus coba dong, Pril," dukung Dahlia.
"Lagi berusaha nih," cerca Prilly.
Relasi bisnis antara kedua orang tua Prilly dan Rassya mengakibatkan kedua insan itu harus dipersatukan dengan cara yang tidak elit. Perjodohan, satu kata yang mampu membuat anak era 2000-an merasa terhina. Dikira gue gak laku apa? ungkap Prilly.
--------------------------------------------------------------------
"Siapa yang nganter lo pulang?" Tanya Dahlia.
"Palingan nyokap nyuruh Rassya," jawab Prilly.
"Nah, tuh, panjang umur tuh anak, baru aja diceritain udah nongol aja." Prilly menghembus nafas lega karena biasanya Rassya selalu telat menjemputnya bahkan kadang lupa.
"Pantes telinga aku panas, ternyata calon istri lagi mikirin aku yah?" Goda Rassya yang sama sekali tak berniat melepas helm-nya.
"Banyak cingcong lo, buruan jalan." Prilly yang sedari tadi sudah duduk di jok belakang motor Rassya–yang berbentuk seperti lekukan pahanya Nicki Minaj–menepuk bahu Rassya, ralat mengguncangnya kuat.
"Sabar, Buk." Rassya terkikik geli melihat kelakuan Prilly yang benar-benar mirip anak kecil.
Rassya melihat pantulan diri Prilly dari kaca spion sebelah kiri, "Berangkat."
Rassya sama sekali belum memberi aba-aba namun kini motornya melaju bersamaan dengan suara decitan ban dengan aspal jalan yang memenuhi indra pendengaran. Asap knalpot beradu dengan angin berhembus pelan, namun pasti, asap tersebut bagai menyatu dengan alam. Dua insan yang sedang duduk canggung di atas motor besar milik sang lelaki, kini sang pemegang kendali atas motor tersebut memilih menambah kecepatan saat mengetahui langit yang tadi cerah kini berubah menjadi agak muram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seputih Melati
Fanfiction[Completed] "Gue gak mau berharap lebih, gue cuman berharap kesalah pahaman di masa lalu bisa membuat hati lo seputih melati ini." "Dengan beribu melati pun, kesalahan lo yang dulu tetap pernah menjadi belati tajam yang menyayat hati gue." Kesalah...