SM-6

1.1K 119 1
                                    

"Eh, si Cabe Rawit. Jumpa nih kita? Apa jangan-jangan kita," goda Kirun sambil menggantung kalimatnya.

"Emang dasar Super Dede lo, nongol gak diundang pergi asal pergi gak pamitan," celoteh Prilly.

"Mana pasukan valakers lo?" Tanya Kirun mencari-cari Dahlia dan Jessica, pasalnya kini Prilly sedang berjalan sendirian di tengah lapangan.

"Nasib jomblo mah apa atuh?" Tanya Prilly melankolis.

"Lo jomblo, gue jomblo. Jadian yuk?" Goda Kirun membuat Prilly terbahak.

"Lo jones si jomblo ngenes sedangkan gue jones si jomblo happiness," ejek Prilly.

"Susah ngomong sama yang bening," ujar Kirun merapatkan kedua tangan seperti orang sedang berdoa sambil menatap langit biru.

"Lagian pasangan sehati lo kemana?" Tanya Prilly.

Perlu kalian ketahui bahwa Duo Perusuh merupakan penghias ukiran melengkung di bibir Prilly meskipun Prilly dan Duo Perusuh sering berlempar ledekan, namun percayalah bahwa mereka itu bersahabat baik.

"Ya kali gue punya doi kayak Ricu si gentong, dia itu udah gendut, jelek, mana masih bertahan hidup sampe sekarang," cetus Kirun asal membuat orang yang sedari tadi menguping pembicaraan antara Kirun dan Prilly naik darah.

Prilly yang mendengar penggambaran Ricu menahan tawanya. "Kamu tega sama aku, Run."

Kirun terlonjak kaget mendengar suara gaib dari arah belakang. Kirun memutar kepalanya ke belakang perlahan, seketika matanya terbelalak seperti habis ditampaki oleh makhluk halus.

"Eh, Cu." Kirun melempar cengiran kudanya pada Ricu yang sedari tadi menguping pembicaraan antara Kirun dan Prilly.

"Udah jelek, gendut, mana masih hidup lagi," sindir Ricu membuat Kirun makin melebarnya cengiran menampilkan gigi putihnya.

"Apa lo cengar cengir hah?" Gertak Ricu.

"Lagi eneg liat muka lo aja," jawab Kirun asal.

----------------------------------------------------------------------

Prilly memutar otak tentang tata cara menjauhkan Kevin dan Jessica.

Rasanya meminta bantuan Dahlia bukanlah solusi. Dahlia terlalu labil dalam misi kali ini, terkadang dia menjadi pendukung terkadang pula dia menjadi penentang.

Buru-buru Prilly mengemasi barang-barangnya, "untuk ngelabrak Penghancur bukan solusi."

Langkah yang awalnya pelan kini terasa semakin cepat dan kuat. Mungkin karena tapak sepatu dan lantai bergesek terlalu kuat sehingga menimbulkan decitan aneh.

Hatinya diselimuti dengan dendam kesumat yang mendalam sejak dini hingga sekarang. "Mari kita bermain-main sejenak Penghancur."

Seputih Melati

"Aku seneng deh, akhirnya bisa jalan bareng kamu tanpa penghalang," ujar Jessica.

Kevin mengangguk mengiyakan perkataan Jessica, "tanpa musuh bebuyutan tuh rasanya gimana gitu."

"Rasanya kayak ada manis-manisnya gitu," Jessica tersenyum mendengar candaan garing Kevin.

"Meskipun kita bisa berduaan cuman di parkiran sekolah, tapi itu merupakan suatu momen yang luar biasa bagi aku," ujar Jessica polos.

"Berasa kayak aku penjahat kelamin yang nyeret-nyeret kamu buat mojok di parkiran," balas Kevin tersinggung.

"Kamu itu bukan penjahat kelamin melainkan pencopet hatiku," gombal Jessica membuat tawa Kevin seketika pecah.

"Sejak kapan sih, pacar aku jago gombal?" Tanya Kevin meringis memegangi perutnya.

"Pacar?" Terdengar suara tepukan tangan dari arah pos satpam dekat parkiran.

Kevin terlonjak kaget mendengar suara yang tak asing lagi baginya, suara yang pernah ia rindukan. Suara yang selalu menjadi pengantar tidurnya dulu, tapi suara itu juga yang menikamnya secara perlahan.

"Silla?" Kevin menajamkan penglihatannya mencoba meneliti setiap inci bagian tubuh gadis diseberangnya.

"Iya, ini aku Silla. Silla yang bodoh selalu menjaga hati ini untuk kamu, Kev. Tapi nyatanya kamu telah memiliki orang lain yang bisa menjaga hati kamu lebih baik daripada aku," jelas Silla.

Jessica menatap bingung interaksi antara kedua orang dihadapannya.

"I miss you so bad," Kevin segera berhambur ke dalam dekapan Silla.

Silla yang belum siap menerima pelukan dari Kevin yang bertenaga berkali-kali lipat darinya hampir terhuyung ke belakang, untung tangan kokoh Kevin lebih sigap daripada gerakan tubuh Silla.

Mata Jessica memanas melihat adegan di depannya bahkan baru sedetik yang lalu ia bisa berduaan dengan Kevin dan sedetik kemudian kebahagiaan itu menguap pergi.

Karena sedetik yang berlalu merupakan kenangan, maka hargailah kebersamaan sebelum kalian menyalahkan keadaan.

Jessica diam tak bergeming di tempat, setitik air matanya tampak mulai jatuh dari pelupuk matanya. Rasa sakit itu semakin jelas ketika Kevin tanpa sungkan mengecup puncak kepala Silla.

Tatapannya menyiratkan begitu dalam kepedihannya, "Kev."

Kevin menghiraukan panggilan Jessica, "kamu apa kabar Sil?"

"Fisikku baik, namun tidak dengan hatiku," jawab Silla seadanya.

"Kevin," panggil Jessica dengan nada yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

"Oh iya, kenalin ini Jessica. Aku hampir lupa dengan keberadaan dia," ujar Kevin santai.

Lupa? Jessica tertawa miris dalam hati.

Bahkan disaat seperti ini kamu lupa dengan keberadaan aku, segitu berhargakah dia dimatamu? Bahkan kamu enggak memperkenalkan aku sebagai pacar kamu, hal itu membuat aku meragukanmu untuk kedua kalinya.

"Kenalin Jess ini Silla, sahabat kecil aku." Kevin menarik lembut tangan Silla ke arah Jessica yang berdiri bagaikan boneka manekin.

"Silla, sahabat kecilnya Kevin yang merangkap menjadi calon istri masa depan sekaligus," Silla mengulurkan tangannya ke arah Jessica.

Kevin hanya tertawa penuh arti mendengar pengenalan diri Silla pada Jessica.

Jessica yang mendengar salam perkenalan Silla hanya terdiam menatap lurus ke arah uluran tangan Silla tanpa membalas jabatannya.

"Jess," panggil Kevin menyadarkan lamunan Jessica yang termenung.

Jessica hanya memasang senyum kaku tanpa berniat membalas jabatan tangan Silla, Silla yang menyadari hal itu hanya tersenyum miring sambil menurunkan uluran tangannya.

Dia terlalu bodoh menyia-nyiakan kamu yang berharga, maka kamu harus lebih pintar untuk melupakannya.
.
.
.
.
.
Tbc..!
Please vote⭐️ and comment📨

Seputih Melati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang