"Pril," panggil Dahlia sambil menyenggol lengan Prilly yang tampak fokus dengan penjelasan guru di hadapannya.
"Apaan sih?" Bisik Prilly agar tak kedengaran berbincang dengan teman sebangkunya.
"Entar lo pulang bareng siapa?" Tanya Dahlia berpura-pura sibuk menyalin tugas.
"Nebeng bareng Jess aja," balas Prilly santai.
"Jessica aja kayaknya mau kencan buta sama sohib Penghancur," kata Dahlia membuat Prilly melebarkan matanya.
"Gak bisa dibiarin ini. Gimana pun mereka gak boleh dekat, entar pulang lo bantu gue hancurin acara mereka," pesan Prilly sambil melirik tajam ke arah Jessica.
Yang dilirik hanya menatap Prilly bingung. "Kenapa?" Tanya Jessica polos karena Jessica tidak tahu-menahu tentang acara penghancuran kencan butanya dengan Kevin.
Prilly merobek selembar kertas dari halaman tengah bukunya, lalu menulis sederet kalimat untuk Jessica. Prilly hanya melipat dua kertas tersebut lalu menyerahkan pada Jessica melalui kolong meja.
"Apaan nih?" Tanya Jessica tanpa bersuara.
"Buka aja," balas Prilly sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pulang sekolah jangan kemana-mana, ada yang mau gue omongin.
Jessica mendengus kesal. Pasti ini akal-akalan Prilly sama Dahlia, lagian si Dahlia ember banget sih.
"Gimana?" Bisik Dahlia.
"Pokoknya semua beres," Prilly mengacungkan jempolnya.
"Maaf Jessica sayang bukannya ngelarang cuman hubungan kalian gak direstuin," bisik Prilly pelan yang takkan mungkin terdengar hingga telinga Jessica.
"Iya enggak apa-apa, Pril. Aku ngerti kok," balas Dahlia berbisik seakan-akan dirinya Jessica.
"Hihihi," Prilly dan Dahlia tertawa kecil.
Saat yang ditunggu-tunggu oleh Prilly dan Dahlia pun tiba. Lonceng pulang telah berbunyi menandakan rencana Prilly dan Dahlia akan segera terlaksanakan.
Jessica mengambil ancang-ancang untuk menghindar dari Duo Perusak. Baru ingin melangkah keluar dari perbatasan kelas dari arah belakang tasnya sudah ditahan terlebih dahulu.
"Eh, Prilly. Ada Dahlia juga ya." Jessica menyengir polos.
Duo Perusak saling melempar sinyal rencana akan segera terlaksanakan. "Jessica. Lo mau kemana?" Tanya Prilly datar.
"Itu, Pril. Ehm," Jessica tampak mencari alasan yang logis agar bisa diterima oleh Duo Perusak.
"Mau pipis, iya mau ke toilet. Gue lagi dapet," lanjut Jessica berpura-pura sesak.
"Ini tanggal berapa sih?" Tanya Prilly sambil mengingat-ingat.
Mampus gue, mereka kan hapal arus gue. Gagal deh rencana gue, umpat Jessica dalam hati.
"Pril, itu apaan sih?" Jessica menunjuk asal ke arah dinding belakang.
"Apanya yang apaan, Jess?" Tanya Prilly sambil menyeringai.
Mana tuh bocah gak bisa dikibulin lagi. Aduh gimana nih ya? Bebeb Kevin pasti udah nungguin gue nih, geram Jessica tertahan.
"Gue mau bantu nyokap," Jessica mengangguk ragu.
"Sejak kapan My JessJess belajar bohong? Atau itu salah satu ilmu dari Kavan?" Tebak Prilly yang membuat Jessica terpaku di tempat.
"Lagian nih ya, Pril. Masalah lo itu sama Ali bukan Kevin dan lo gak berhak ngelarang gue dekat sama siapa pun," ujar Jessica sambil berlari secepat kilat.
"Sial! Ini pasti ilmu sesat dari Kavan," Prilly menggertakkan giginya keras.
"Kevin, Pril. Kevin bukan Kavan," koreksi Dahlia membuat Prilly semakin kesal.
"Terserah gue dong, mulut-mulut gue," ketus Prilly berniat melabrak Ali.
"Pril, lo mau kemana?" Pekik Dahlia yang tertinggal di belakang.
"Labrak Penghancur. Ngingatin dia buat suruh Kavan jauhin Jessica," balas Prilly berteriak.
Prilly menelusuri lorong demi lorong agar segera sampai ke kantin sekolah. Jangan mengira Prilly tidak tau di mana markas Ali, Prilly sudah sangat sering memergoki Ali duduk di pojokan kantin.
Prilly menggebrak meja membuat tuan meja terlonjak kaget. "Ad.," baru saja Ali ingin bertanya maksud kedatangan Prilly.
"Gak usah banyak tanya lo. Ingatin sama Kavan jangan pernah dekatin Jessica lagi," pesan Prilly sambil menendang kursi di hadapannya.
"Emang.," pertanyaan Ali tertahan karena Prilly lagi dan lagi menyambar secepat kilat.
"Gak usah banyak tanya gue bilang. Kalo gue ngeliat Kavan deketin Jessica lagi, lo orang pertama yang gue cari," bentak Prilly.
"Pril, malu diliatin anak-anak," bisik Dahlia sambil menarik tangan Prilly dari kantin.
Pulang sekolah adalah waktu yang tepat menikmati suasana kantin, jadi jangan heran jika kantin masih ramai dengan murid-murid yang masih nongkrong.
"Apaan sih?" Bentak Prilly sambil melepas cengkraman Dahlia.
"Lo kenapa sih selalu nyalahin Ali? Itu uda masa lalu, Pril. Lagian dia uda minta maaf kan sama lo? Dan apapun yang menurut lo salah, lo selalu nyangkutin dia. Dia juga punya hati, Pril. Lo kira enak jadi dia? Lo lupa semua kebaikan dia karena lo udah dibutakan oleh satu kesalahan dia."
"Jangan lupa dia juga punya hati kayak kita," lanjut Dahlia sebelum meninggalkan Prilly seorang diri.
Prilly terdiam mematung, memori di mana kesalahan terbesar Ali terputar kembali bagaikan film yang tak dapat dikendalikan karena kehilangan remote.
"Gue gak boleh terpengaruh gara-gara ceramahan Dahlia yang gak penting itu. Pokoknya gimana pun dia salah dan akan selalu salah," gumam Prilly mengingatkan pada dirinya agar tidak terpengaruh oleh ceramahan Dahlia.
Prilly yang kesal dirinya ditinggal sendirian memilih menunggu angkutan umum di tepi jalan raya. Namun sering kali harapan tak seindah kenyataan.
"Pril," panggil seseorang yang membuat Prilly mendongak.
"Apa?" Bentak Prilly memalingkan wajahnya.
"Lagi nunggu siapa?" Tanya orang itu yang tak lain tak bukan adalah Ali.
"Bukan urusan lo," jawab Prilly ketus.
"Dari pada nunggu jemputan lama mau bareng gak?" Tanya Ali lembut.
"Gue gak bakal mau nyentuh barang-barang bekas pembunuh," desis Prilly membuat Ali terdiam.
"Maaf," selalu kata-kata itu yang keluar jika Prilly telah menohok hati Ali dengan ucapan tajam.
"Gue gak butuh maaf dari lo," bentak Prilly.
Ali yang tak ingin semakin tersulut emosi mendengar makian yang nantinya akan lebih tajam keluar dari mulut Prilly memilih untuk meninggalkan gadis itu sendiri.
.
.
.
.
.
Tbc..!
Please vote⭐️ and comment📨
KAMU SEDANG MEMBACA
Seputih Melati
Fiksi Penggemar[Completed] "Gue gak mau berharap lebih, gue cuman berharap kesalah pahaman di masa lalu bisa membuat hati lo seputih melati ini." "Dengan beribu melati pun, kesalahan lo yang dulu tetap pernah menjadi belati tajam yang menyayat hati gue." Kesalah...