SM-9

1.1K 113 0
                                    

"Pril," panggil Dahlia.

Yang dipanggil hanya mengangguk tanpa menjawab, mungkin efek masih marah perihal kejadian kemarin.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Dahlia lesu.

Prilly menggeleng, "enggak."

Sabar Dahlia, mungkin Prilly lagi badmood, iya badmood. Dahlia menstabilkan emosinya.

"Gue cuman mau ngasi tau lo sesuatu," ujar Dahlia berharap Prilly meresponnya.

Seringkali kenyataan tak seindah harapan.
Prilly hanya mengangguk acuh tak acuh.

"Lo denger gue kan?" Tanya Dahlia memastikan.

Prilly mengangguk sejenak kemudian menggeleng. Dahlia mengerang frustasi.

"Ali nyerah," ujar Dahlia ambigu.

Ali nyerah? Apa maksud Dahlia? Apa mungkin dia nyerah buat dapetin maaf gue? Apa itu tandanya semua ini udah berakhir? Prilly mencoba menerka ucapan Dahlia barusan.

"Lo denger gue gak sih?" Tanya Dahlia kesal sambil menghentakkan kakinya.

Prilly yang pusing memikirkan sederet kejadian beruntun akhir-akhir ini memilih kantin sebagai tempat penenang.

Prilly pergi tanpa menjawab pertanyaan Dahlia, jangankan menjawab, melirik pun tidak. Terselip senyum remeh di wajah Dahlia.

To : Ali
Lo tinggal tunggu kabar dari gue.
Sent.

Tak berapa lama kemudian, deringan ponsel Dahlia menandakan notifikasi pesan masuk.

From : Ali
Oke, gue tunggu kabar dari lo secepatnya.

Dahlia memilih hanya menbaca pesan dari Ali tanpa berniat membalasnya.

Ngabis-ngabisin pulsa hanya untuk balas oke, pikirnya.

Seputih Melati

"Gue gak boleh mikir yang macem-macem, palingan dia sebulan berhenti ngintilin gue, udah itu ngintilin balik." Prilly mencoba menormalkan detak jantungnya yang tak karuan.

Bukan detak jantung pertanda jatuh cinta melainkan detak jantung pertanda takut kehilangan. "Lebih baik gue ngisi perut dulu setelah itu baru bisa nyelesaiin masalah kalo perut sudah terisi."

Tak lama sebuah mangkok bakso mendarat di hadapan Prilly. Hal itu sontak membuat Prilly terkaget, bukan terkaget karena bakso yang tiba-tiba mendarat melainkan terkaget karena yang mengantar bakso itu adalah......

Orang yang selama ini Prilly hindari namun tak disangka Tuhan berkehendak lain sehingga mempertemukan mereka kembali di kantin sekolah.

"Makasi," Prilly menghindari kontak mata dengan laki-laki dihadapannya. Tangan Prilly terulur untuk mengambil bakso namun hal itu membuat laki-laki tadi mencari kesempatan.

"Bie?" Panggil laki-laki itu.

"Maaf, saya ingin mengambil baksonya, tolong jauhkan tangan anda," ucap Prilly dingin.

Seputih Melati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang