5. Dia Disini!

2.4K 191 2
                                    


Mereka terburu-buru keluar dari Healthy LiFe. Tidak peduli dengan tatapan aneh yang mereka terima dari orang-orang disekitar. Sesekali Sea menoleh berharap tidak ada apa-apa di belakangnya.

"Sea, ayo buruan naik nanti kita ketauan sama Bram. Cepet ih!" seru Delia. Tapi langkah Sea terhenti saat melihat mobil BMW silver yang sama persis dia lihat di parkiran apartemen. "Lo ngeliatin apaan sih? Ayo cepetan!" Delia bahkan sampai menarik Sea yang notabene lebih berat dari tubuhnya sendiri. Delia yang mengambil alih untuk mengemudi. Selagi Delia masih fokus menyetir namun Sea nampak sedang berpikir keras.

"Mobil itu sama kayak yang aku lihat di parkiran apartemenku, Del." tanpa sadar Sea bergumam sendiri. Membuat Delia bingung.

"Mobil? Mobil yang mana?" tanya Delia.

"Mobil BMW silver yang pas banget parkir sebelah mobilku tadi." Delia nampak sedikit mengingat. "Atau jangan-jangan.."

"Jangan-jangan apaan sih lo. Jangan bikin gue parno deh. Lagian emangnya yang punya mobil BMW warna silver tetangga di apartemen lo doang apa? Banyak keleuss. Sudah ah sekarang gue pengen ke optik dan lo anterin gue ya." kata Delia sambil tertawa. Lagi-lagi Sea hanya diam tidak menanggapi.

Setengah jam kemudian mereka tiba di optik langganan Delia. "Sea, lo balik saja duluan deh kayaknya gue bakal lama disini. Thanks ya udah nemenin sekaligus nganterin kesini. Sering-sering saja mau gue repotin." kata Delia dengan cengiran. Dia keluar dari mobil disusul dengan Sea yang bersiap mengambil alih kemudi.

"Ingat ya aku enggak nemenin kamu. Tapi kamunya yang maksa. Oh oke take care ya, Del. Bye."

"See you soon. Hati-hati ya. Kabarin gue kalau sudah sampai." Delia berjalan masuk ke optik terkenal itu sedangkan Sea melanjutkan perjalanannya menuju apartemen. Matahari sudah semakin terik dan berasa sudah ada di atas ubun-ubun. Sea langsung tancap gas menuju apartemennya kembali.

Tiiinnnn.. Suara klakson panjang terdengar cempreng di telinga Sea. Beruntung dia memakai seatbelt jadi tidak mengalami cedera. Ini semua gara-gara kucing yang tiba-tiba berlari di depannya. Jadilah dia dalam bencana kali ini. Sea pun turun dari mobilnya dan melihat mobil BMW silver--lagi--dibelakangnya. Sea melihat keadaan bemper mobil kesayangannya. Bemper belakangnya masih mulus tanpa cacat sedikitpun. Lalu supir BMW silver itu keluar.

"Eh mbak kalau berhenti tuh kasih tanda dong. Jangan ngedadak gini. Membahayakan orang lain tau!" hardik seorang bapak setengah baya pemilik BMW silver.

"Saya juga kaget, pak. Tadi saya cuma mau ngehindari kucing yang tiba-tiba nyebrang." balas Sea tidak kalah sengit.

"Untung saya pelan bawa mobilnya kalau enggak habis mbak saya suruh ganti rugi. Mobil saya kan mahal onderdilnya." sambung bapak itu lagi,

"Saya minta maaf deh pak. Silakan lanjutkan perjalanan bapak lagi." ucap Sea. Akhirnya si bapak tidak memperpanjang masalah dan kembali melanjutkan perjalannya. Berulang kali dia menghembuskan nafas karena merasa lega karena tidak ada korban dalam hal ini. Tidak dirinya, si bapak pemilik BMW silver dan juga kucing.

Ini semua aneh. Kenapa semenjak dia dapat telepon dari Bram, kejadian aneh datang bertubi-tubi. Sesampainya di apartemen, Sea merebahkan tubuh di kasur sambil memandang langit-langit kamar. Kenapa sampai sekarang juga Ardhan tetap tidak ada kabarnya. Sea mencoba menghubungi nomer Ardhan kembali namun lagi-lagi hanya kotak suara yang menjawab.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan dari pintu membuyarkan lamunan Sea. Dia bergegas membukakan pintu. Tidak ada siapa-siapa saat pintu sudah terbuka. Bahkan yang ada hanya sebuah kotak besar berwarna kuning tergeletak di bawah kakinya. Sea mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri namun tidak ada satupun orang yang terlihat. Dengan ragu, Sea membawa kotak itu masuk ke dalam. Dia hanya memandangi kotak itu dan belum berminat untuk membukanya. "Jangan-jangan ini bom. Oh my God." batin Sea. Matanya menangkap sesuatu di secarik ke yang ada di kotak tersebut.

To : Sea

Dengan hati-hati dia membuka kotaknya. Disana terdapat boneka panda berukuran sedang yang di dadanya bertuliskan "Hy You". Sempat terpikir ini ulah Ardhan. Apakah pacarnya itu sedang ingin memberikan surprisenya? Entahlah. Ada secarik kertas lagi di bawah boneka panda dan Sea membuka lipatan kertas berwarna tersebut.

Saya mengidolakanmu Sea. Bisakah kamu membantu saya?

..Bram..

Dahi Sea berkerut. Bram? Buru-buru dia membuang boneka panda itu dan berlari masuk ke dalam kamarnya. Sea mencoba menghubungi Ardhan dan lagi-lagi masih belum aktif. Satu nama terlintas. Delia. Ya, Sea akhirnya menelpon Delia dan akan tiba sekitar setengah jam lagi bersama Ubit.

Delia dan Ubit masih melihat kotak besar berisi boneka panda itu sambil duduk tenang di sofa sedangkan Sea berdiri tepat di samping Delia. Raut wajah Sea berbeda dengan kedua sahabatnya yang tenang, dia justru terlihat sangat gugup.

"Jangan-jangan dia tinggal di apartemen ini." Ubit pun buka suara dan membuat Sea seketika menoleh ke arahnya.

"Maksud mas Ubit, Bram ada disini juga? Duh, jangan bikin aku makin parno deh." Sea langsung duduk di tengah-tengah antara Delia dan Ubit.

"Ada benernya juga sih yang dibilang mas Ubit. Disini kan enggak sembarangan orang bisa masuk. Apalagi ninggalin sesuatu yang bentuknya bisa dilihat orang." kata Delia menambahi. Dia mengambil boneka panda itu lalu memeluknya. "Ih lucu banget pandanya, Sea. Buat gue saja deh."

Ubit mengiyakan analisa Delia. "Kemungkinan yang kedua, Bram nyuruh seseorang entah itu cleaning servis, petugas laundry atau siapapun buat naruh kotak ini di depan pintu apartemen lo." Ubit membaca secarik kertas yang terdapat di dalam kotak itu. "Gue rasa dia enggak ada niat jahat sama lo, Sea."

"Tahu darimana kalau Bram enggak ada niat jahat sama aku? Emangnya mas Ubit tahu apa tentang dia?" tanya Sea.

"Bram enggak akan neror lo dengan benda manis seperti ini. Gue rasa dia beneran butuh bantuan lo." Jawab Ubit penuh keyakinan.

Sea menggeleng lemah. "Sudah ah nikmatin aja kalau lo punya secret admirer. Iya nggak?" Deelia menyenggol-nyenggol lengan Sea.

**

Sea

Aku enggak takut. Aku buktikan kalau Bram itu hanya sekedar penggemar rahasiaku. Itu saja. Benar juga yang dikatakan Delia, nikmati saja kalau aku punya seorang secret admirer. Tapi aku enggak sepenuhnya pegang opininya Delia, opini mas Ubit pun harus aku dengarkan kalau aku mesti tetap berhati-hati. Tapi dari secarik kertas yang kemarin dia kirim, kenapa dia ingin aku membantunya? Untuk apa? Entahlah, lebih baik aku siap-siap untuk jogging di pagi hari yang sedikit mendung ini. Dengan celana training pink serta kaos putih serta handuk kecil yang melingkar di leher, aku bergegas menuju pintu. Lagi-lagi aku terkejut dengan adanya sekotak makanan dan satu liter susu cokelat di depan pintu. Aku ambil kotak makanan dan susu itu lalu masukkan ke dalam apartemenku dan aku kembali melanjutkan niat utamaku. Jogging.

Fiuhh..rasanya jarang sekali menikmati udara kota Jakarta sesejuk ini. Aku mulai berlari-lari kecil di taman apartemen sambil ditemani musik yang aku putar dari ponselku. Bruk.. Astaga! Aku menabrak seseorang karena asyik memaninkan ponsel. Aku mendongakkan wajahku dan..nampak Robert Pattinson KW 2 dihadapanku. Tunggu, sepertinya aku mengenali lelaki ini.

"Maaf sudah dua kali saya nabrak kamu." kataku malu-malu macam anak kecil ketauan naksir temannya. Ya, lelaki bermata indah itu yang pernah enggak sengaja aku tabrak saat di Healthy LiFe. Dia hanya tersenyum lalu pergi. Alamaakk..wangi sekali tubuhnya. Bahkan ketika sosoknya sudah enggak terlihat, aroma parfumnya masih berada di hidungku. Pertanda itu parfum mahal. Oke, lupakan aku kembali berlari kecil.

"MBAK SEAA.. MBAK TUNGGU!!" aku menoleh dan mendapati bapake berlari ke arahku dengan membawa helm serta ransel miliknya.

"Ada apa bapake?" tanyaku.

Bapake mengatur ritme nafasnya sebelum menjawab pertanyaanku. Lalu tangannya terulur padaku memberikan secarik kertas. "Ini ada titipan dari teman mbak Sea. Saya pamit ya mba. Permisi." kata bapake ngos-ngosan

"Oh iya terima kasih bapake sudah ngerepotin. Hati-hati dijalan." bapake meninggalkan beribu tanda tanya dan tanda seru untukku. Surat lagi? Aku buka lipatan kertas itu dan mulai membacanya.

Hay Sea aku nunggu kamu di coffeebean lantai dasar. Aku pakai sweater abu-abu.
Please ada yang ingin aku katakan.

..Bram..

Mulutku sukses menganga. Bram? Disini? Terjadi pergolakan batin antara menemuinya atau enggak.

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang