Sudah hampir seminggu sejak insiden penamparan itu Bram benar-benar menghilang dari kehidupan Sea. Bahkan di apartemen pun tidak ada BMW silver milik pria itu yang biasa terparkir dekat tangga. Semua seperti terkena sihir, sekali tring semua hilang.
Sea tidak terlalu ambil pusing. Dia justru merasa hidupnya kembali aman dan tentram. Tidak ada lagi gedoran pintu di pagi hari yang mengganggu tidurnya dan dia masih melakukan aktifitasnya seperti biasa. Beberapa pendengar setianya masih saja ada yang menanyakan keberadaan Bram. Tapi tidak seramai dulu sebelum Bram muncul ke permukaan.
"Kenapa lo diam? Mikirin Bram?" tanya Delia saat mereka berdua duduk di kafe Healty LiFe.
"Siapa sih yang mikirin dia? Ogah banget deh." jawab Sea ketus.
Diam-diam Sea melirik ke arah ruangan milik Bram. Namun ruangan itu sepi. Sejak setengah jam yang lalu, pintu kaca itu tidak bergerak sama sekali.
"Apa lo enggak terlalu kejam sama Bram? Gitu-gitu dia masih labil, masih butuh seorang teman buat berbagi. Eh lo malah nyuruh dia pergi." sambung Delia lagi membuyarkan lamunan Sea tentang Bram.
"Jangan buat aku jadi merasa bersalah dong. Aku kan nagih janjinya untuk enggak ganggu aku lagi kalo misi ini selesai."
"Emang misi kalian sudah selesai? Sejak kapan?"
"Sejak aku tau kalau Dewi akan menikah dengan Roman dan Bram pun sudah memutuskan untuk berhenti mengejar Dewi." jawabnya lemas. Sea lagi-lagi diam dengan pikirannya. Apa benar misi ini berakhir? Bram sebagai pihak pertama pun tidak mengatakan kalau ia menghentikkan misi ini. "Aku pulang duluan ya, Del. Aku lupa hari ini aku ada janji sama teman kuliahku."
"Oh oke, aku nebeng ya tapi sampe kosan. Hehehe"
Sea duduk sendiri di depan toilet mall karena Tita ijin untuk buang air kecil. Sambil menunggu, matanya iseng mengedar ke setiap jengkal mall besar ini. Tanpa disengaja, dia melihat Ardan dan istrinya tengah berada di sebuah toko perlengkapan bayi. Sea hanya bisa tersenyum miris. Seharusnya dia yang berada di posisi wanita itu. Menjadi istri seorang Ardhan Juniartio. Sekarang entah kenapa sosok Ardhan tidak lagi menyita pikirannya.
Bukankah memang seharusnya seperti itu? Mengikhlaskan sesuatu yang bukan milik kita diambil seseorang. Meskipun rasa sakit pasti ada, percayalah Tuhan sudah memikirkannya terlebih dulu sebelum kamu.
Sea memikirkan mobil merahnya lalu naik lift menuju unitnya. Belum sempat pintunya terbuka, Sea menoleh sebentar ke unit Bram disebelahnya. Tidak bisa dibohongi, kalau sebenarnya dia pun takut Bram bertindak nekat. Bunuh diri misalnya. Sea menggeleng-geleng kencang berusaha menghalau pikiran negatifnya itu. DIa mengecek ponselnya dan masih tidak ada notif apa-apa dari duda itu. Hatinya sedikit ngilu saat berusaha menampik itu semua. Dia merasa ada ruang yang tadinya ramai terisi kini hilang hanya dengan sekali kedip.
"Aku mulai merasa ada yang hilang." batin Sea.
**
Tanpa sepengetahuan dua sahabatnya, Sea diam-diam bertanya pada karyawan Healty LiFe mengenai keberadaan bos mereka. Sebagian ada yang menjawab tidak tahu, sebagian lagi mengatakan kalau bos mereka tengah menyepi di suatu tempat. Beberapa hari sebelum menghilang, bos mereka mengatakan akan mengambil cutinya untuk pergi ke suatu tempat. Setelah dapat jawaban yang sebenarnya tidak puas itu, Sea meninggalkan HealtyLiFe.
Belum sempat dia beranjak, seseorang memanggilnya. Sea tidak mengenali siapa pemuda bertubuh kurus itu. Dari pemuda tersebut Sea tahu satu hal kalau Bram tidak hanya memiliki usaha Healty LiFe saja. Namun ada satu perusahaan yang dia miliki juga. Pemuda tadi menyarankan Sea agar menemui Bram di Reexan Group. Salah satu pemegang saham terbesar disana adalah Bram. Sea akhirnya mengikuti saran pemuda tadi dan berangkat menuju Reexan Group.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Air ( Secret Admirer )
RomanceApa yang akan kamu lakukan jika secret admirer-mu memintamu untuk menyatukan kembali hubungannya dengan sang mantan? Sea Gifty Paragota akan menjawabnya dan apakah usaha Sea berhasil mempersatukan secret admirernya itu dengan sang mantan istri? Sil...