11. Rabu Galau

2K 159 1
                                    


Sudah hampir setengah jam Delia menunggu Sea. "Mana sih si Sea katanya mau datang jam tiga. Lama-lama gue lumutan deh nungguin dia disini." umpat Delia sambil mengeluh saat Sea yang dia tunggu tidak muncul juga di tempat nge-gym. Padahal hari ini jadwal mereka untuk kelas yoga. Berkali-kali Delia menelepon justru nomer Sea namun tidak aktif. Lalu Delia berinisiatif menghubungi Ubit untuk memeriksa keadaan Sea di apartemennya. Sebenarnya Delia dan Ubit sudah curiga kalau Sea sedang ada masalah. Terlebih belakangan ini, sahabatnya itu terlihat diam dan bahkan tidak bersemangat.

Sea memang tipikal gadis dengan pembawaan yang sedikit tertutup. Terlebih jika dia sedang ada masalah, jadilah mereka berdua hanya bisa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.

"SEA!! BUKA PINTUNYA!! INI GUE UBIT. SEAAA!" teriak Ubit sambil mengetuk pintu apartemen Sea. Berkali-kali Ubit mengetuk namun tidak kunjung dibuka kan.

"Permisi anda siapa?" tanya Bram yang baru saja kembali dari kantor dan melihat kedatangan Ubit yang sambil menggedor pintu apartemen Sea.

Pertanyaan Bram tadi tidak dihiraukan oleh Ubit. Kini ia justru meneliti penampilan Bram dari atas hingga bawah. "Permisi, mas. Anda ada urusan apa dengan tetangga saya?" tanya Bram sekali lagi.

"Ini urusan saya dengan sahabat saya. Lebih baik anda enggak usah ikut campur mas." ucap Ubit sengit dan membuat Bram menaikkan sebelah alisnya. Tidak lama kemudian pintu apartemen Sea terbuka namun hanya separuh.

"Kalian?" tanya Sea kaget.

***

Blubup blubup..suara air menggelembung dari air galon yang terpasang di dispenser saat Sea menekan tombol air panas. Dia mengaduk teh di cangkir keramik miliknya. Setelah selesai, dia sedikit melamun dan menghela nafas dengan rakus. Sekali lagi, dia merapikan penampilannya agar tidak dicuriga Ubit kalau dia habis menangis selama beberapa jam tadi. Tepatnya setelah dia bertemu Ardhan di hotel.

"Are you okay?" suara Ubit mengejutkannya, Sea berbalik dan melihat Ubit tengah memandangnya dengan khawatir.

"Ya. Mas Ubit mau kopi atau teh?" tanya Sea dengan suara serak khas orang habis nangis.

"Gue ngerasa lo lagi nyembunyiin sesuatu dari gue dan juga Delia. Bener kan?" Ubit mendekat dan duduk di kursi kayu yang berada di ruang makan. "Baiklah jangan salahkan gue kalau lo enggak cerita sekarang. Sebentar lagi Delia kemari dan dia akan maksa lo buat cerita. Lo tahu kan kalau Delia maksa kayak gimana? Macam SPG-SPG motor yang ada di event." kelakar Ubit dan membuat Sea tersenyum tipis.

"By the way.." Ubit bangkit dan menghampiri Sea yang masih berdiri dekat wastafel sambil memegangi cangkir teh. "Seriusan itu tadi si Bram? Penelepon misterius itu?" tanya Ubit dengan mata berbinar-binar saat menyebut nama Bram.

"Huumbh."

"Tunggu sampai Delia ketemu Bram. Gue berani bertaruh kalau dia bakal klepek-klepek lihat Bram." Sea sangat tahu kalau Delia akan mengeluarkan jurus flirtingnya di depan Bram.

"Sepertinya ada yang nyebut-nyebut nama gue nih. Ada apaan ya?" suara Delia tiba-tiba terdengar di ruang tamu. Gadis penggila salad itu menghampiri dua sahabatnya di dapur. Matanya beralih dari Sea lalu ke Ubit meminta penjelasan kenapa namanya disebut-sebut dalam pembicaraan mereka. "Oh ya gue tadi di depan liat kembarannya David Beckham. Macho banget. Sumpah deh dan wanginya itu loh. Beuuuhh..gue yang perempuan saja kalah sama aroma tubuhnya yang memabukkan itu." sambung Delia lagi dengan lebay.

Sea hanya menggeleng-geleng kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. "Pasti dia itu pakai kemeja warna merah ya?" tebak Ubit.

"Iya. Kok lo tau, mas? Lo kenal dia?" Delia berjalan ke arah kulkas dan mengambil sekotak jus apel dalam kemasan .

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang