18. Romantis Dibalik Abu

1.7K 135 4
                                    

Sea

Bram jadi diam. Ini aneh. Biasanya dia kan selalu mengajakku ribut. Bertanya macam-macam atau mengomentari apapun yang dia lihat di jalanan. Jadi sekarang kami hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku perhatikan kalau genggamannya mengeras di stir mobil. Apa karena habis bertemu Dewi tadi? Entahlah hanya dia dan Tuhan yang tahu. Bagaimanapun juga, tugasku hanya membantunya untuk kembali pada Dewi bukan untuk mencampuri urusannya.

Kadang aku berpikir, terbuat dari apa sebenarnya hati seorang Bram itu. Sudah jelas-jelas Dewi sudah neggak mau dengannya tapi dia masih saja mengejarnya. Menurutku Bram itu bukannya pejuang yang ulung tapi seseorang yang sangat bodoh. Dia aneh dengan jalan pikirannya itu mengharapkan perempuan yang jelas-jelas sudah nggak mencintainya lagi. Lebih baik aku simpan sendiri pemikiranku kali ini karena aku nggak mau mencampuri perasaan orang lain terlebih saat tadi di toilet restoran Dewi menyapaku menanyakan hubunganku dengan Bram yang tentu saja aku jawab bahwa hubungan kami hanya sebatas partner kerja.

Aku menoleh lagi kearah Bram dan dia masih saja diam. Hatiku macam CherryBelle saja yang dilema antara ingin bertanya atau enggak. Aku sengaja menyalakan radio supaya suasana sedikit mencair dan aku besarkan volumenya saat Didi-penyiar MX- yang terkenal dengan suara ketawanya itu memutar salah satu lagi favoritku.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Bram. Aku langsung membatu. "bisa enggak lagunya diganti?" tanyanya lagi. Aku melirik setengah hati kepada Bram.

"Lagunya lagi bagus, Bram. Enggak mau ah kalau diganti lagian aku kan penyiar MX masa mau ganti channel radio lain sih?" kataku nggak mau kalah.

"Kalau begitu matikan radionya. Membuatku pusing saja." katanya dengan sinis.

Dia ini kenapa sih padaku. Kalau memang dia lagi marah pada Dewi, kenapa aku yang jadi sasaran kemarahannya. Benar-benar bukan lelaki sejati. Sambil mendengus kesal akhirnya aku matikan saja radionya arena aku juga enggak mau berdebat lebih lama lagi dengannya.. Ngomong-ngomong kenapa kami belum juga sampai. Setahuku jarak dari restoran tadi dengan apartemen enggak terlalu jauh lalu sekarang kenapa jadi terasa sangat lama. Aku baru sadar kalau ternyata ini bukan arah pulang ke apartemen yang sering aku lewati. Terus dia mau bawa aku kemana lagi? Selalu saja dia mengajakku seenaknya tanpa konfirmasi dulu dan aku lagi enggak mau bermain teka-teki lebih memilih diam. Toh aku sudah sering 'diculik' olehnya tapi berakhir di tempat-tempat wajar kok.

Mobil Bram berhenti tepat di depan sebuah rumah besar bepagar tinggi menjulang. Dia turun dari mobil tanpa menoleh kepadaku. Langkah kakinya memasuki rumah besar itu dan membuka sendiri pintu pagarnya meninggalkan aku dan mobilnya yang masih dalam keadaan menyala. Aku mendengus kesal melihat sikapnya yang seperti anak-anak itu bahkan aku ditinggal sendirian di dalam mobil kemudian aku turun mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. Baru saja kakiku melangkah masuk ke ruang tengah, mataku dibuat kagum dengan perabotan-perabotan mahal. Astaga, ini rumah paling indah yang pernah aku lihat. Oke fokus Sea, tapi dimana Bram? Cepat sekali dia menghilang.

Brakkk..

Aku mendengar suara gaduh dari kamar yang berada enggak jauh dari tempatku berdiri sekarang. Itu pasti Bram. Aku beranikan menghampirinya disana karena aku takut sesuatu yag buruk menimpa dirinya. Saat aku buka pintu, Bram sedang membereskan barang-barang yang aku sendiri pun enggak tahu. Tunggu, dia memasukkan beberapa potong pakaian perempuan ke dalam sebuah kardus besar. Itu pasti pakaian milik Dewi. Enggak hanya pakaian, foto-foto Dewi pun dia masukkan ke dalam kardus. Bahkan foto pernikahan mereka ikut dia singkirkan.

"Bram.." panggilku pelan dan bahkan nyaris tanpa suara. Dia hanya menoleh sebentar sambil tersenyum tipis padaku kemudian dia melewatiku yang masih berdiri di depan pintu kamar dan berjalan menuju halaman belakang rumah. Lagi-lagi aku mengikutinya. Aku mengamati Bram dan berdiri tepat di hadapannya. "Apa yang akan kamu lakukan dengan ini semua?"

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang