23. Maukah Kamu Jadi yang Spesial?

1.7K 140 3
                                    

Hari ini Bram menunggu Sea di Kitchen Restaurant saat makan siang. Sambil dia menunggu sesekali matanya melihat ke arah pintu masuk memastikan kedatangan Sea. Lima menit kemudian yang ditunggu pun tiba. Dengan gaya cueknya, Sea berjalan memasuki restoran mencari Bram di tengah-tengah pengunjung lainnya. Waktu makan siang ini memang membuat restoran sangat ramai pengunjung. Bram mengacungkan tangan agar Sea mendatangi dirinya.

"Ini minuman buat aku ya?" tanya Sea sambil menyambar segelas es teh manis dan meneguknya hingga tandas. Bram hanya tersenyum melihat kelakuan Sea. "Ada apa minta ketemu disini?" tanya Sea setelah menghabiskan es teh manisnya.

"Habis makan kita ke butik." kata Bram dan seketika alis Sea bertaut.

"Mau ngapain?"

Bukannya menjawab, Bram justru memasang seringai jahatnya. Bukan Bram namanya jika hidupnya tidak dipenuhi misterius.

**

"Butik? Mau ngapain disini?" tanya Sea. Bram sudah tahu respon yang akan diberikan gadis itu saat tau kalau dirinya diajak ke sebuah butik terkenal.

"Yang pasti bukan mau ngamen disini. Daripada kebanyakan nanya, mending kamu turun dan kita segera masuk. Kamu tahu, saya harus memohon pada desainer sekaligus pemilik butik ini untuk menunggumu." Bram keluar dari mobil lalu disusul oleh Sea. Kedatangan mereka disambut hangat oleh sang pemilik butik. Desaigner yang baru saja kembali dari Los Angeles untuk mengikuti fashion show internasional itu membawa mereka ke ruang kerja sang desaigner.

"Hey Bram, long time no see ya. Gimana kabar lo?" tanya Onyx sambil membuka kulkas kecilnya dan menyodorkan dua buah kaleng minuman.

"Baik. Wow yang baru balik dari LA. Gue liat karya-karya lo diterima banget ya sama desaigner sana." Bram sibuk berceletoh tanpa memperdulikan Sea yang sibuk mengamati ruang kerja Onyx Fantoel.

"Btw, siapa nih cewek chubby yang lo bawa?" tanya Onyx tiba-tiba dan membuat Sea terkesiap. Onyx mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat.

"Sea."

"Wait, kayaknya gue pernah kenal lo deh?" Sea mengerutkan keningnya. Sedangkan Bram memandang bergantian ke arah Sea dan Onyx. "Aha! Lo pacarnya Ardhan Juniartio bukan? Dia pernah ngenalin lo waktu kita enggak sengaja ketemu di sebuah acara fashion. Bener enggak?"

Mata Sea membulat. Sekarang dia ingat. Onyx alias Sahroni teman SMA Ardhan. Mereka bertemu saat Ardhan mengajaknya ke reunian SMA-nya. "Gimana kabarnya Ardhan sekarang, sist?" pertanyaan Onyx membuat Sea terlempar kembali ke dunia nyata.

"Hmm..kita sudah lama putus, mas." Gadis penyiar itu tersenyum masam sembari menggaruk kepalanya yang mungkin saja tidak gatal itu.

"Ah parah lo, Nyx tuh kan anak orang jadi sedih. Gue kan kesini mau fitting gaun."

"Gaun?" Sea tercengang.

Sea

Aku mendiamkan Bram selama perjalanan. Bagaimana dia setenang ini sedangkan aku kelewat frustasi karena dia membuatkan aku gaun khusus untuk ke pesta pernikahan Dewi dan Roman. Enggak tanggung-tanggung harga gaunnya membuat aku tercengang. Aku rasa gajiku sebagai penyiar selama satu tahun pun enggak akan cukup membayar harga gaun hitam itu. Apa coba maksudnya dia memberikanku gaun mahal itu? Sebagai upaya balas budinya? Oh no, aku bahkan enggak melakukan apa-apa untuknya.

"Kenapa diem aja? Sariawan?" godanya. Aku hanya menanggapinya dengan lirikan mata yang tajam. Tangannya terulur untuk menyalakan radio. Dia menyetel gelombang 88,4 FM dan kebetulan Delia yang tengah siaran siang ini. "Suara Delia seksi juga ya?" aku langsung menoleh dengan kecepatan sepersekian detik sambil menyipitkan mataku. "Agak sedikit berat gitu ya suaranya. Hahahaha." kata Bram terbahak-bahak. Rasanya mendengar dia tertawa seperti itu, ingin sekali aku menyumpal mulutnya dengan sling bag milikku. "Kenapa wajahmu memerah gitu?" tanyanya tiba-tiba.

Merah? Blushing maksudnya? Secara reflek, aku menutupi wajahku dengan kedua tangan. Dan itu justru membuat Bram semakin tertawa kencang. Dengan kekuatan dragon ball, aku menghajarnya habis-habisan. Memukuli lengannya dengan serangan bertubi-tubi.

"Auuwww..Sea sakit tauk! Hey, aku lagi nyetir ini. Stop!!" teriak Bram. Aku semakin keras menganiayanya. Tiba-tiba dia meminggirkan mobilnya. "Oke..aku minta maaf. Sakit dong Sea!" Bram menangkap tanganku dan tatapan mata kami bertemu. Aku harap duda ini enggak mendengar degap jantungku yang mulai enggak beraturan. Setelah luka yang dibuat Ardhan, aku belum pernah merasakan perasaan asing seperti ini. Jangan bilang kalau aku mulai mencintai pria tengil tapi tampan ini.

"Sea.." sebut Bram. Ya ampun mendengar dia menyebut namaku saja, rasanya sepertiterjun dari atas tebing tinggi. Aku sudah enggak konsentrasi lagi. Aku hanya mampu menunduk enggak berani menatap matanya yang seakan mengulitiku detik ini juga. Tangannya menyentuh daguku agar aku melihat ke arahnya. Jantungku seperti sudah enggak berada di tempat seharusnya. Ini gila! Aku terjebak di dalam mobil hanya berdua dengan lelaki yang bukan berstatus pacarku. "Maukah kamu jadi yang spesial untukku?" suaranya begitu seksi merobek gendang telingaku. Kenapa aku gugup dan gaya bicaraku terasa berlebihan. Tapi sungguh, ini benar-benar membuatku gila.

Aroma menthol dari mulutnya sangat terasa di indera penciumanku. Apakah kami akan berciuman? Sepertinya...iya. Dia berhasil menciumku. Lagi. Aku memejamkan mataku berusaha menyeimbangnya. God, bibirnya manis sekali. Bram mendorong tengkuk leherku agar lebih dalam ciuman kami. Aku mengalah dan akhirnya aku membalas ciuman Bram. Kalau sampai dua sahabatku tahu, mereka akan mengejekku berminggu-minggu lamanya.

Demi Tuhan, aku menikmati ciuman ini. Sangat. Dewi sungguh bodoh meninggalkan Bram yang lembut hanya demi Roman si pria kurus berkacamata itu. Yang terdengar hanya suara lenguhan kami yang saling menikmati indahnya ciuman dan sayup-sayup suara Delia yang masih bercuap-cuap di acara siarannya.

"Your answer?" tanyanya sesaat bibir kami terlepas. Aku melihat keseriusan di matanya. Apakah dia memintaku untuk menjadi pacarnya? Pacar? Sepertinya dia enggak bahas apa-apa mengenai pacar. Dia hanya memintaku untuk menjadi yang spesial untuknya.

"Aku..hmm.." Bram membawaku ke dalam pelukannya.

"Aku nyaman bersamamu. Aku nggak mau kamu ninggalin aku, Sea"

Sea sukses dibuat menganga. Seketika cara bicara Bram melunak. Dia bahkan memakai sebutan 'aku-kamu' .

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang