8. Sebuah Amplop

1.9K 169 3
                                    


Ardhan mengantar Sea pulang. Sebelum Sea benar-benar masuk ke dalam apartemennya, Ardhan menarik tangan Sea untuk mendekat. Suasana yang hening dan tenang membuat dua insan berbeda jenis itu terhanyut dalam suasana romantis. Hanya suara desahan nafas mereka yang terdengar. Semakin lama Ardhan menempelkan dahinya ke dahi Sea sambil mengusap lembut pipi kanan gadis penyiar itu.

Ini memang bukan yang pertama untuk mereka namun rasa canggung masih ada terlebih mereka saat ini sedang berada di tempat yang memungkinkan adanya orang lain yang mengintip. Saat jarak tinggal sejengkal.. "Iya kan sudah gue bilang lo follow up dulu nanti kalau ada progress lo kasih report ke gue. Sudah ya gue ngantuk banget nih baru sampai di apartemen." suara bariton memecah suasana romantis Ardhan dan Sea.

Sea menggeram kesal saat dia mengenali dengan jelas si pemilik suara seksi itu. Siapa lagi kalau buka Bram. "Selamat malam Sea." ucap Bram dengan tampang tanpa dosa. Ardhan langsung mendelik ke arah Sea. Namun sayang Sea hanya menjawabnya dengan anggukan saja dan senyum yang terkesan memaksa. "Oh apa masih bisa disebut malam jam segini? Baiklah selamat beristirahat Sea Cihuy." lanjut Bram lalu duda itu masuk ke dalam apartemennya.

"Dia..?" tanya Ardhan sambil menunjuk kamar Bram yang bersebelahan persis dengan Sea.

"Penghuni apartemen baru. Maklumin saja kalau dia sedikit sok kenal sama aku." jawab Sea tanpa diminta Ardhan. Akhirnya Ardhan pamitan pada Sea untuk pulang. Tentu saja tanpa melanjutkan sesi ciuman yang sempat tertunda gara-gara Bram tadi.

Bapake seperti melihat hantu saat melihat Sea jogging di pagi hari yang masih berembun. Disaat sebagian orang sudah memulai aktifitasnya dengan bekerja, gadis itu justru menyibukkan diri dengan berolahraga. Pada akhirnya Sea mengakui kalau olahraga ternyata tidak buruk padahal sejak jaman sekolah hingga kuliah, dia sangat membenci pelajaran olahraga. Baginya tubuh yang berkeringat justru membuat risih. Olahraga pun dapat membuat pasangan semakin sayang, contohnya Ardhan. Lelaki itu ingin melihat Sea dengan tubuh ideal saat pernikahannya nanti memakai pakaian adat saat akad ataupun resepsi.

Sea berlari-lari kecil di taman apartemen. Sesekali dia berhenti karena merasa capek padahal hanya berlari ringan tapi dia merasa seperti habis lari marathon. Kedua kakinya dia selonjorkan ke depan sambil memukulnya pelan-pelan.

"Butuh tukang pijit?" sebuah suara mengejutkannya. Tanpa berbalik, Sea pun tahu siapa. Bram sudah menempelkan pantatnya untuk duduk di rerumputan dan menyodorkan sebotol minuman isotonik kepada Sea yang langsung mendapat penolakan. "Kenapa? Biasanya juga celamitan." lanjutnya.

"Enggak suka saja sama minuman begitu. Mending air putih sekalian." jawab Sea. Dalam hati Sea masih dongkol karena semalam lelaki di sebelahnya ini menghancurkan suasana romantisnya dengan Ardhan. "Mending kamu pergi kerja deh sana. Daripada enggak jelas disini." usir Sea.

Bram menghela nafasnya dengan berat. "Come on, Sea kamu harus bantu saya. Kita selesaikan apa yang sudah kita mulai. Saya benar-benar akan pergi dari hidupmu kalau masalah ini sudah selesai." pintanya. Sea mengusap wajahnya gusar lalu bangkit dari tempat duduk.

"Sorry Bram, aku enggak bisa ikut dalam masalahmu. Itu masalah kalian berdua dan aku sama sekali nggak punya bakat dalam hal mengurusi masalah rumah tangga." Sea sedikit berteriak di depan Bram sambil memasang tatapan intimidasi. Entah kenapa sorot matanya sangat sendu membuatnya melunak. Berkali-kali Sea menggeleng berusaha menghalau perasaan ibanya. "Aku mau fokus sama kerjaanku dan juga pernikahanku. Paham?" kali ini Sea benar-benar meninggalkan Bram sendiri di taman.

Bilang saja kalau Sea kejam, sadis atau apalah dia tidak peduli. Bram dan Sea tidak saling mengenal. Dari awal saat dia menelepon saat on air saja sudah aneh. Dengan dibumbui adegan drama yang membuatnya seketika menjadi trending topik di acara Happy Night dan sekarang Bram memaksa gadis itu untuk membantunya menyelesaikan masalah rumah tangganya. Memang Bram itu umur berapa sih? Kenapa pola pikirnya masih seperti anak kecil?

Sea menutup pintu apartemen dengan kencang lalu merubuhkan diri di sofa empuk kesayangan. Ini semua karena Bram si pria aneh dengan pola pikir aneh pula. Belum habis kekesalannya, pintu sudah ada yang menggedor. Sudah dapat ditebak kalau ini pasti ulah Bram atau Delia. Siapa lagi kalau bukan dua makhluk aneh itu yang suka buat onar pagi-pagi. Dengan sangat terpaksa Sea kembali menggeret kakinya menuju pintu. Sebuah bantal kecil sudah dipersiapkan Sea kalau-kalau tebakannya benar. "MAU APA KA.." umpatannya berhenti seketika diikuti langkah tangan yang siap menimpuk masih tergantung di udara. DIa bukan Bram apalagi Delia. Melainkan seorang perempuan cantik berkulit putih mulus. Wajahnya sangat tidak bersahabat.

"Kamu Sea?" tanyanya dengan mimik wajah sangar ala-ala senior di SMA. Sea mengangguk. "Boleh saya masuk? Ada hal yang perlu saya bicarakan sama kamu." tanpa dipersilakkan, perempuan berambut hitam itu masuk. Siapa sih dia? Pengemis kah? Atau kemungkinan terburuknya dia adalah pembunuh bayaran. Tapi siapa yang tega akan membunuh Sea? Dengan cepat, dia menepis pikiran gilanya itu.

"Mau minum apa? Maaf tapi adanya air putih saja." Kata Sea menawarkan.

"Saya enggak lama jadi nggak usah repot-repot begitu. Saya Amira dan saya adalah.." dia sengaja menggantung perkataannya. "Saya adalah istrinya Ardhan. Kamu pasti kenal kan?"

Hey demi Power Ranger joget dumang dan disamber geledek Sea tidak percaya begitu saja dengan perempuan yang belum lima menit bersamanya disini.

"Kamu pasti enggak percaya sama ucapan saya barusan? Baik saya akan kasih buktinya." Amira mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Sea. Alis Sea naik sebelah saat menatap amplop cokelat itu.

"Buka lah." katanya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Dengan wajah yang tetap tenang Sea membuka amplop cokelat itu. Nafasnya tercekat saat dia tahu apa isinya. Dengan sedikit keberanian, Sea langsung menatap Amira dengan pandangan bingung dan perempuan itu memperlihatkan evil smirknya pada Sea. "Kamu percaya kan sekarang?"

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang