Cold Dream
Tangan kananku ditarik paksa oleh sahabatku, Natasha. Gadis berambut pirang dengan kulit seputih salju itu selalu tampak ceria setiap harinya. Kulitnya yang halus bersentuhan langsung dengan kulitku. Aku hanya pasrah ketika gadis itu menyeretku masuk ke dalam kelas.
"Annie, kamu ingat hari apa lusa?" tanya gadis itu. Punggungnya bersandar di dinding kelas dan salah satu kakinya ia tekuk.
Aku berpikir sejenak sambil mengingat-ingat tanggal berapa sekarang. "Um ... Hari ini tanggal 25 Juni, jadi lusa tanggal 27 Juni. Ada apa dengan tanggal ...," tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Mataku tertuju pada gadis yang berdiri di depanku dengan mata berbinar. "Aku ingat! Lusa kamu akan berulang tahun, kan?"
Natasha mengangguk dengan cepat. "Tepat, karena itu ... Aku akan mentraktirmu eskrim, bagaimana?" tawar Natasha sambil mengedipkan matanya.
"Kita tidak akan dibolehkan keluar sekolah sebelum pulang tanpa didampingi guru, ingat? Peraturan sekolah," ucapku mengingatkan. Senyum gadis itu memudar seketika.
"Oh, ayolah. Kupikir aturan itu hanya berlaku untuk murid kelas satu hingga empat SD. Kita sudah kelas lima. Apa kita masih harus mengikuti aturan itu?" tanya Natasha seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Kita masih terikat peraturan itu, karena kita masih bersekolah di sini. Kalau kita sudah SMP, ya untuk apa kita mengikuti aturan itu," jawabku. Aku berjalan ke tempat dudukku disusul Natasha yang duduk di sebelahku.
"Membosankan, aturan di sekolah ini ketat sekali. Aku ingin cepat-cepat lulus," gumam Natasha yang memasang wajah kesal. Aku hanya tertawa kecil mendengar gumamannya itu.
"Kamu ingin cepat besar, ya? Supaya tidak perlu dijaga dan terikat peraturan ketat?"
Natasha hanya mengangguk. Kepalanya dia letakkan di atas meja. Raut wajahnya tampak tidak bersemangat.
Aku menopang dagu, membayangkan seperti aku ketika aku lulus dari SD nanti. Mungkin aku akan menemui sesuatu yang baru. Masih banyak yang aku tidak kuketahui di dunia ini. Makin tinggi pendidikan yang kutempuh, makin banyak hal yang akan kuketahui.
Sepulang sekolah, aku dan Natasha masih harus membersihkan kelas. Yah, jadwal piket. Kegiatan yang paling kubenci. Dengan pelan, kusapu lantai dari pinggir ke pinggir lainnya. Natasha menghapus papan tulis, Zera membersihkan meja dengan kemoceng, dan Katty menata meja dan kursi.
"Fiuh ...," kusingkirkan sapu dari hadapanku dengan melemparnya ke samping. Natasha yang melihatku kelelahan segera menghampiri.
"Kamu baik-baik saja? Biar aku saja yang melanjutkan menyapu. Kamu duduk saja di luar." Natasha memungut sapu yang tergeletak di lantai. Aku hanya mengangguk dan keluar kelas.
Ting .... Ting ... Ting ... Samar-samar aku mendengar sebuah dentingan. Kutajamkan telingaku untuk mencari tahu dari mana suara dentingan itu. Lorong sepi kutelusuri dengan pelan. Suara itu masih terdengar. Akhirnya aku sampai depan gerbang. Mataku berbinar-binar melihat sebuah stand eskrim berjalan berhenti di depan sekolah. Jarang sekali ada stand eskrim di sekolah. Kurogoh saku celanaku, untung aku masih ada sisa uang. Kakiku berlari kecil ke arah stand eskrim itu. Seorang pria yang tampak berusia dua puluh tahunan tersenyum ke arahku.
"Hei, Nak. Kamu mau eskrim?" tawar pria itu. Aku mengangguk dengan cepat.
"Ya! Tolong eskrim coklatnya dua dan eskrim stawberrynya dua ya, Pak." Aku menyodorkan sisa uang pada pria itu. Setelah mendapatkan empat eskrim, aku segera melesat masuk ke dalam kelas. Sepertinya Natasha dan yang lainnya sudah selesai membersihkan kelas. Pintu kelas sudah dikunci dan mereka duduk di kursi depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot And Twoshoot
RandomBerisi kumpulan oneshoot dan twoshoot dengan aneka genre.