RP

255 6 0
                                    

RP

Angin yang kencang dan terus berhembus di atas bangunan dengan 20 lantai tepat di pinggiran kawasan kumuh itu.

Terlihat pria dan wanita terikat kuat dengan posisi duduk kursi kayu. Mereka ditempatkan di dekat jendela yang bahkan tak memiliki daun jendela.

Dua orang yang terikat itu sesekali bergidik saat melihat rekan mereka yang sudah menjadi bangkai, cukup jauh di bawah sampai yang terlihat hanya bercak merah darah karena tubuh yang hancur setelah dijatuhkan dari lantai 20 ini.

"Siapa julukanmu tadi? Aduh, aku lupa," ucap pria dengan pisau ditangannya.

"Mell," jawab gadis yang tangannya terikat di pojok ruangan, hanya saja keadaannya lebih mujur dari pria dan wanita yang siap dilempar ke bawah oleh pria gila itu.

"Maaf, aku sedikit pelupa, Nona."

"Tolong lepaskan mereka, jangan ada lagi yang mati. Aku mohon," ucap gadis di sudut ruangan dengan nada memelas.

"Hei, permainan belum berakhir, Nona. Kau harus tentukan siapa yang akan mati selanjutnya atau aku lempar mereka sekaligus," balas pria gila itu dengan cekikikan.

"Tedd, sebenarnya tentang apa ini?" tanya pria yang terikat di kursi.

"Hei, Nona Mell. Siapa nama pria ini, sial aku selalu lupa."

"Aku, Warden dan gadis di sebelahku ini Fio. Ayolah kau sudah membunuh separuh admin yang bekerja di page milikku. Apa yang kau mau?"

"Yang aku mau adalah membunuh kalian berdua agar Mell bisa mendapatkan posisi owner, kedengeran bagus?"

"Ini gila, maksudmu apa?" satu-satunya wanita yang terikat di kursi itu akhirnya bersuara sementara Warden hanya bisa menatap tajam pada si gadis Mell.

"Aku? kenapa aku, tak pernah mau jadi owner, lepaskan mereka..!" tegasnya.

"Terlambat, Nona Mell. Apa kau sudah membuat keputusan siapa yang akan mati selanjutnya?" tanya pria itu masih dengan cekikikan.

"Tidak ... Aku mohon lepaskan mereka berdua."

"Okay ..."

Si pria gila perlahan berjalan ke arah Fio, sesaat tersenyum lalu menghujamkan pisaunya ke tenggorokan wanita itu lengkap dengan ekpresi kesetanan di wajahnya. Darah dan serpihan tulang yang tercabik-cabik secara acak ikut berhamburan ke luar bersama cipratan darah. Pria di sebelahnya hanya bisa menyaksikan adegan brutal itu sampai pada detik akhir.

Kepala wanita itu tertunduk tak lagi bergerak, lalu kursi yang terikat bersama mayatnya di dorong hingga jatuh menukik menuju tanah padat. Hanya beberapa detik di udara hingga tubuh segar itu berhamburan di tanah dengan keadaan tak karuan.

"Sial, ini jadi berantakan," keluh pria yang baru saja menggila.

"Kau monster," ucap si pria yang saat ini sebagai satu-satunya yang terikat.

"Well, itu bagian terbaiknya, Kawan. Tak semua orang hidup bisa bertemu monster. Sekarang gadis Mell bisa jadi Owner dan kau akan jadi bangkai seperti rekan-rekanmu yang lain."

"Hei, Mell ... Ada kata terakhir sebelum kita berpisah?" tanya Warden sinis.

"Mati saja kau, dari awal aku tak pernah ingin kau jadi owner yang hanya bisa memanfaatkan admin lainnya," balas gadis Mell ketus.

"Sudah aku duga, ternyata ini memang rencanamu sejak awal," jawabnya dengan percaya diri.

"Bunuh dia, Kak," perintah si gadis Mell.

"Dengan senang hati."

Dua pisau Swiss army langsung menembus leher pria yang terikat itu, sesaat mulutnya menganga mencoba mencari nafas di atara tenggorokan yang penuh lubang.

"Bye bye ... My cursed owner," ucap lembut si gadis Mell.

Beberapa detik setelahmya tubuh pria itu langsung menukik menuju tanah tempat semua rekannya berakhir.

"Thanks roleplaynya, Kak."

"Yeah, kita harus sering melakukannya. Aku masih kesulitan mengingat nama," ucapnya geli.

"Jadi page mana yang kita serang selanjutnya?" tanya Mell.

"THC."

"Good idea, Kak."

End-

###

RP = Roleplay

Oneshoot And TwoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang