- 06 -

6K 694 35
                                    

"Sunbaenim, jeoseonghamnida."

Jeon Wonwoo menaikkan sepasang alisnya seraya mengaruk pipinya yang sama sekali tak terasa gatal ketika melihat juniornya itu tiba-tiba saja membungkuk minta maaf setelah sebelumnya membawanya pergi dari depan kelas Mingyu seenaknya.

Membuat Wonwoo kini terjebak di atap sekolah. Melewatkan jam pertama yang sudah mulai sekitar sepuluh menit lalu.

"Jadi..." Wonwoo menjeda kalimatnya. "Ada apa?"

Park Juyeon mengangkat kepalanya. Namun masih mempertahankan posisi membungkuknya. "Aku-- itu-- Jeoseonghamnida!"

Tentu saja, ia tak bisa mengatakan yang sebenarnya karena ini jelas sama sekali bukan urusan Wonwoo.

"Berhenti meminta maaf," lelaki yang berdiri di depan Juyeon itu menghela nafas. Ia pegang bahu Juyeon dan menegakkan badan gadis itu. "Aku perlu sebuah penjelasan. Bukan permintaan maaf."

Juyeon membuka mulutnya. Hendak menyahut ucapan Wonwoo. Namun yang justru keluar hanyalah suara tawa gugupnya yang terdengar kering.

"Jadi sebenarnya kau tak ada urusan apapun denganku?"

Lagi-lagi Juyeon membungkukkan badannya untuk meminta maaf. Ia benar-benar merasa bersalah pada Wonwoo.

Pertemuan pertama mereka terjadi pada situasi yang -sama sekali- tidak menyenangkan, dan sekarang lelaki itu harus berada di atas atap bersamanya, karena Juyeon dengan seenaknya menjadikan Wonwoo kambing hitam agar bisa kabur dari Eunbi.

Sungguh, ia menjadi sangat malu sekali bahkan hanya untuk mengangkat wajah dan menatap Wonwoo.

"Aku sudah bilang untuk berhenti meminta maaf," lagi-lagi Wonwoo yang harus menegakkan tubuh gadis itu dari kegiatan membungkuknya.

"Tapi gara-gara aku, kau malah terjebak disini dan melewatkan jam Oh ssaem yang kejam itu. Kau pasti tak akan diijinkan masuk kelas olehnya."

"Kau merasa bersalah hanya karena itu?" Wonwoo terkekeh. "Hei, ayolah. Semua orang begitu ingin terbebas dari pelajaran membosankan Oh ssaem-- tunggu. Bagaimana kau bisa tahu siapa guru yang mengajar di kelasku pagi ini?"

Refleks bahu Juyeon menegang mendengar pertanyaan Wonwoo.

"Kau bukan seorang stalker atau semacamnya, 'kan?"

Kali ini wajah Juyeon benar-benar tertunduk maksimal. Seluruh wajah dan lehernya yang tiba-tiba saja terasa kaku.

Beberapa detik berikutnya, tawa Wonwoo terdengar samar memecah keheningan yang sempat tercipta. "Jangan tegang begitu. Aku hanya bercanda. Lagipula kode pelajaran dan nama guru tertulis dikertas jadwal. Jadi tak heran bila ada seseorang yang hapal dengan jadwal pelajaran kelas lain."

Wajah Juyeon terangkat. Memperhatikan Wonwoo yang kini tengah tersenyum kearahnya. Kedua tangan lelaki itu dimasukkan ke saku celana abunya.

"Justru aku mengkhawatirkanmu. Apa Mingyu baik-baik saja dengan ini? Maksudku, kau dan dia berpacaran, 'kan?"

Mata Juyeon membelalak kaget. Jadi--

"Sunbaenim masih mengingatku?"

Satu anggukan mantap kepala Wonwoo sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Juyeon dan gadis ini merasa ada rasa hangat yang perlahan mulai muncul di dalam dada. Memenuhi rongga dadanya hingga rasanya Juyeon hampir lupa caranya bernafas jika saja Wonwoo tak menepuk bahunya.

Membawa gadis itu kembali ke dunia nyata setelah sempat terombang-ambing dalam imajinasinya sendiri.

"Ya, sunbaenim?"

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang