- 09 -

5.3K 612 16
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi ketika Wonwoo sadar. Ia mencoba membuka matanya setelah merasakan sensasi hangat mengenai wajahnya.

Netra coklatnya melirik ke sisi lain wajahnya, dan mendapati Park Juyeon tengah memandanginya lekat sembari mengusap wajahnya dengan handuk kecil putih yang dibasahi air hangat.

"Kau-- Pacar Mingyu?"

Mendengar suara berat Wonwoo yang tiba-tiba seperti itu, membuat Juyeon terkejut. Menjauhkan tubuhnya dengan cepat sampai-sampai punggungnya terantuk meja tamu di belakangnnya.

"Eomma--" ia merintih setengah menjerit. Membuat Wonwoo yang tadi berbaring, dengan cepat bangun dan langsung menarik Juyeon dalam pelukan yang tiba-tiba.

Juyeon membeku. Jantungnya benar-benar sudah tak bisa diam. Belum lagi aroma tubuh serta rambut Wonwoo yang membuatnya candu. Berharap jika waktu melambat sehingga gadis itu bisa menikmati momen seperti ini lebih lama.

Detik berikutnya, yang dilakukan Wonwoo adalah mengusap punggung Juyeon sambil berkata sesuatu yang sayangnya sama sekali tak bisa Juyeon dengar.

Detak jantungnya terlalu berisik sehingga membuat Juyeon tak bisa fokus pada suara apapun selain detak jantungnya.

"...sakit?"

"Hah?" Juyeon jadi gelagapan sendiri ketika Wonwoo tiba-tiba saja melepas pelukan dan menatapnya.

Wonwoo menghela nafasnya. "Lagi-lagi kau tak mendengarkan ucapanku."

"Jeo-jeoseonghamnida..." Juyeon mengalihkan pandangannya. Lalu beralih menatap obat alergi Wonwoo yang ada di meja tamu. "Wonwoo sunbae."

"Hm?" Wonwoo yang semula memandangi isi rumah Mingyu beralih menatap Juyeon

"Ini obat alergimu," Juyeon menhambil obat alergi Wonwoo sebelum menyodorkannya pada lelaki itu.

"Oh, gomawo. Aku akan meminumnya nanti--"

"Andwe yo!"

Wonwoo yang semula hendak memasukkan obat alerginya ke dalam saku bajunya berhenti. Lalu mengerutkan keningnya.

"Wajahmu masih terlihat sedikit membengkak. Apa yang akan orang pikirkan jika melihatmu keluar dengan wajah seperti ini?"

Wonwoo terkekeh. "Tak masalah. Aku bahkan pernah mendapat wajah bengkak yang lebih parah dari ini--"

"Aku tak mau tahu. Pokoknya kau harus meminum obat ini. Aku tidak mau kau pingsan lagi akibat alergimu itu," Juyeon mengambil dengan paksa obat ditangan Wonwoo.

"Memangnya kau siapa sampai berani mengatur hidupku seperti ini?"

Juyeon yang semula berniat untuk berdiri, kembali terduduk. Matanya memandangi Wonwoo dengan tatapan setengah takut dan tak enak.

Wonwoo benar, harusnya ia tak memaksa lelaki itu seperti ini. Bagaimanapun juga, Juyeon memang bukan siapa-siapa Wonwoo.

"Wo-Wonwoo--"

Tawa pelan Wonwoo terdengar samar memenuhi apartemen Mingyu. Lalu tanpa meminta izin lebih dulu dari Juyeon, ia langsung mengacak-ngacak rambut coklat gadis itu.

"Astaga, aku hanya bercanda. Jangan takut seperti itu."

Juyeon kembali membeku. Merasakan tangan Wonwoo pada kepalanya seperti ini sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Juyeon.

Bahkan saat Wonwoo memeluknya, ia sempat merasa itu hanya mimpi. Dan untuk urusan membayangkan Wonwoo bisa dekat dengannya seperti ini -sekali lagi- tak pernah sekalipun terbayang oleh Juyeon.

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang