- 11 -

5.3K 581 23
                                    

Kim Mingyu menghela nafasnya berat. Keringat sudah terlihat mengucur memenuhi wajahnya serta seragamnya pun terlihat basah. Wajahnya muram.

Ia sudah mencari Juyeon kemana-mana. Namun hingga jam menunjukkan pukul delapan malam, Mingyu masih belum menemukan gadis itu.

Lelaki itu berjalan gontai menuju apartemennya begitu pintu lift yang biasa ia naikki terbuka. Menghela nafas berat lagi, sebelum mengusap peluhnya yang sedari tadi ia biarkan. Kepalanya masih dalam posisi menunduk dalam.

"Kim Mingyu? Kaukah itu?"

Sebuah seruan pelan dengan suara familiar yang terdengar tak begitu jauh dari tempatnya, membuat Mingyu mengangkat kepala. Pupilnya membulat sempurna begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya.

Menggunakan pakaian tidur bermotif polkadot merah muda dengan warna dasar putih serta jaket kuning muda yang melapisinya, gadis bersurai sepunggung itu menoleh ke arahnya tanpa mau beranjak dari sana.

"Ye-Yeon-ah..." jalan gontai Mingyu berubah menjadi langkah cepat hingga akhirnya ia berlari pelan dan sampai di hadapan Juyeon yang berdiri menghadapnya.

"Kau kemana saja? Kenapa baru pulang?"

Mingyu diam. Memandangi Juyeon dengan nafas terengah.

"Aku ini sedang bertanya. Harusnya kau--"

Kata-kata Juyeon terhenti begitu Mingyu memeluknya erat tanpa aba-aba. Membuat Juyeon melebarkan matanya karena terkejut atas perbuatan Mingyu barusan.

"Ya Tuhan, syukurlah kau baik-baik saja..."

"Y-yak! Kau ini kenapa? Te-tentu saja aku--"

"Kau kemana saja? Aku 'kan sudah pernah bilang jangan tinggalkan ponselmu. Beri aku kabar jika kau pergi keluar tanpaku..."

Juyeon terdiam. Ia memang sempat mengecek ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab dari Mingyu. Namun ia tak mengecek jam berapa Mingyu meneleponnya.

"Aku juga sudah mencoba menghubungimu, pabo! Kenapa kau tak angkat teleponku?!" Juyeon bertanya tak mau kalah. Ia tak terima kalau Mingyu menyalahkannya seperti ini.

"Ha?" Mingyu mengerutkan keningnya. Lalu mengambil ponsel dari sakunya dan melihat dua belas panggilan tak terjawab disana.

Dan semuanya atas nama Juyeon. Dan Mingyu benar-benar lupa menghidupkan nada dering ponselnya karena saking paniknya.

Mingyu cengengesan. Lau mengusap tengkuknya sambil memandangi Juyeon sebelum kemudian tersenyum. Ada sebuah kelegaan yang terlukis disana, namun dilewatkan oleh Juyeon karena lampu teras apartemen yang temaram.

"Mianhae. Aku sibuk kesana kemari untuk mencarimu, Yeon-ah. Mana sempat aku mengecek ponsel ditengah kepanikan seperti itu."

Juyeon mendecak. Memutar bola matanya sebelum meninju pelan bahu Mingyu. "Nado mianhae. Tadi aku tak sengaja bertemu dengan Oppa-ku saat di jalan hendak pulang."

Mingyu melepas pelukannya. Lalu menatap Juyeon dengan matanya yang menyipit. "O-Oppa? Kau punya pacar?"

Juyeon kembali membelalakkan matanya. "Yak! Pacar apanya? Dia itu oppa-ku. Kakak kandungku, pabo!"

"Jjinjja yo? Kau tak pernah menceritakan itu padaku," Mingyu menatap Juyeon dengan mata polosnya.

"Untuk apa aku menceritakan sesuatu yang sama sekali bukan urusanmu?" tanya Juyeon sebelum ia menghela nafasnya. "Sebaiknya kita masuk. Tubuhmu sudah basah seperti ini. Kau sebenarnya habis mandi atau apa, huh?" Juyeon bertanya sambil menggenggam pergelangan tangan Mingyu dan menarik lelaki itu masuk.

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang