- 13 -

4.9K 604 13
                                    

"Untukmu."

Juyeon mendongakkan kepalanya dan menatap Jimin begitu mendapati tangan kakaknya itu sedang menyodorkan sekotak susu rasa stroberi padanya.

"Gomawo," ucapnya sambil mengambil sekotak susu itu dan memandangi Jimin yang kini duduk disebelahnya sambil menyeruput sebotol susu pisang kesukaan lelaki itu.

Sekarang, keduanya sedang berada di taman rumah sakit. Duduk disebuah bangku panjang dekat pohon yang menjadi tempat mereka bernaung dari panasnya udara siang itu.

"Jadi-- kau tadi pergi kemana? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menungguku di depan gedung?"

Pertanyaan Jimin membuat Juyeon yang sedang meminum susu stroberinya hampir tersedak. Netra coklatnya yang sempat ia arahkan pada bangku taman lain kembali menatap Jimin. "A-aku hanya berkeliling taman sebentar."

Mata Jimin menyipit. Menatap adik satu-satunya itu dengan tatapan penuh kecurigaan. "Kau tidak bohong padaku, 'kan?"

Juyeon tertawa hambar sambil mengalihkan pandangannya. "Mana berani aku membohongi oppa tampan kesayanganku ini..."

Jimin mendecak pelan. "Jangan mencoba menggodaku. Kau tahu kalau aku paling tak suka itu."

Juyeon cekikikan. Membuat Jimin tersipu seperti ini adalah kesukaannya. Jimin memang mudah mendekati dan didekati wanita, tapi bila sudah digoda atau dipuji, anak sulung Tuan Park ini tak akan bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Berhenti menertawaiku," Jimin mengalihkan pandangannya. Membuat tawa Juyeon terhenti sehingga hening tercipta diantara mereka.

Sepasang saudara itu kini sibuk dengan kegiatan menyeruput susu kotak masing-masing. Menikmati semilir angin yang tiba-tiba saja datang seakan tahu bahwa keduanya memerlukan angin lebih di tengah udara panas kota Seoul.

"Oppa."

Dan akhirnya suara Juyeon memecah keheningan diantara keduanya. Membuat Jimin meliriknya dan berhenti menyeruput susu kotak rasa pisangnya.

"Hm?"

Juyeon terdiam sejenak. Mengayunkan-ayunkan kakinya sebelun menolehkan kepalanya ke arah Jimin. "Aku... Ingin bertanya sesuatu."

Dan sebuah kerutan pada kening Jimin sudah membuat Juyeon tahu bahwa kakaknya itu tengah menunggu pertanyaannya.

"Apa kau mengenal seorang pasien dari kamar 10728, oppa?"

"Mwo?" Pertanyaan Juyeon refleks membuat Jimin hampir menyemburkan tawa. "Kamar itu terletak di lantai VIP, Juyeon-ah. Tempatnya orang kaya dan dokter handal berkumpul. Tak mungkin jika aku yang masih baru bekerja selama tiga tahun disini pernah merawat seorang pasien disana."

"Jadi kau tidak mengenal seorang pasien pun yang dirawat disana?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya pernah sekali datang ke lantai itu. Itupun hanya mengantar dokumen titipan."

"Ah, begitu ya..."

"Memangnya kenapa?"

"Ah itu..." Juyeon mengalihkan pandangaannya. Lagi-lagi berusaha mencari alasan agar Jimin tak curiga padanya.

"Itu... apa?" Jimin lagi-lagi menyipitkan matanya curiga. Sejak awal Jimin memang merasakan ada yang Juyeon sembunyikan.

Namun ia berusaha tetap bersikap biasa karena mungkin saja sesuatu yang disembunyikan Juyeon itu bersifat pribadi bagi gadis itu.

"Emmm, itu-- Minggu depan ada seorang temanku yang ingin mengunjungi sahabatnya yang dirawat rumah sakit ini dan berada di kamar nomor 10728. Dan ia mengajakku ikut."

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang