18. I'm totally sick and still loving you

618 46 25
                                    

"Gue cemburu"

Harry membelalakan matanya, "L-Lo cemburu? Jadi selama ini-" Louis mengangguk lemah.

"Ya. Gue cemburu lo deket-deket Taylor, gue cemburu tiap lo flirting sama cewe-cewe di kampus, gue cemburu lo nyium Taylor waktu itu, gue tau lo cuma nganggep gue sahabat lo, gue tau kalo gue gak pantes buat lo, gue tau lo bukan gay dan gak mungkin lo suka sama gue. Gue udah jatuh cinta sama lo dari pertama kita tabrakan di kampus dan hp lo jatoh terus gue bawa pulang... Harry Edward Styles. Gue suka sama lo dan gue gak pernah nyangka bisa jatuh cinta sama sahabat gue sendiri. Ini pertama kalinya gue jatuh cinta sama laki-laki Haz, cuma lo orang yang paling nyebelin tapi gue sayang. Lawakan lo yang selalu garing tapi gue berusaha ketawa cuma buat liat lo senyum." Louis mengusap wajahnya, "Gue emang bodoh dan gue tau hari ini akan tiba. Hari dimana pada akhirnya lo bakal benci dan jauhin gue selama-lamanya. Terserah semua terserah lo, terserah lo mau mukul gue sampe badan gue memar, sampe tulang hidung gue patah juga silahkan gue rela. Yang terpenting gue udah lega, gue gaperlu lagi cemburu-cemburu liat lo sama Taylor karena gue sama sekali nggak berhak buat cemburu, gaberhak buat marah apalagi-CUP!" Harry menempelkan bibirnya pada Louis, lelaki yang berada di hadapannya pun terkejut ketika ia tersadar bahwa sahabatnya menciumnya tepat di bibir. Harry menjauhkan wajahnya, "Udah ngomongnya?"

"Huh?" Dengan itu Harry terkekeh memandang wajah Louis yang berada tepat di depannya, wajahnya sangat menggemaskan, mata birunya sibuk berkedip-kedip seperti sedang mencerna keadaan sekitarnya, wajahnya pucat namun pipinya memerah karena malu. Entahlah Harry menganggapnya lucu.

Harry kembali memajukan wajahnya, menempelkan bibirnya lagi pada lelaki yang sampai saat ini belum bergeming dari posisinya. Cukup lama... mereka bertahan dengan posisi itu, sampai akhirnya Harry merasakan ada yang mengalir diatas bibirnya, "Shit! Louis hidung lo berdarah lagi"

Seketika itu juga tubuh lelaki itu ambruk, untungnya Harry segera menangkapnya untuk meminimalisasi tubuhnya berbenturan dengan lantai. Harry panik setengah mati ia segera mengangkat tubuh Louis keluar dari gudang menuju parkiran tempat dimana mobilnya ia parkirkan. Ia meletakan tubuh Louis yang tak sadarkan diri di passenger seat tak lupa memakaikannya seat belt. Ia mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. Ia sudah tak peduli dengan penilaian yang tadi sedang dilaksanakan di ruang musik, ia hanya memikirkan Louis yang tak sadarkan diri disampingnya. Sesekali Harry menghapus darah segar yang terus keluar dari hidung sahabatnya dengan tangan yang gemetar. Jika terjadi sesuatu pada Louis ia tak akan memaafkan dirinya sendiri. Semua ini akibat ulahnya. Harry menyadari itu.

To Taylor : Izinin gue. Louis masuk rumah sakit.

//

"Harry.." Jay, ibunda Louis berlari di koridor rumah sakit. Pelupuk matanya dipenuhi air mata dan memeluk Harry dengan erat. Harry sengaja menghubungi Jay dan memberitahunya bahwa Louis masuk rumah sakit. Ia sudah menceritakan semuanya pada beliau dan Jay pun mengerti.

"Tante aku tahu Louis laki-laki yang kuat." Harry meyakinkan dirinya sendiri walaupun jauh dilubuk hatinya ia begitu rapuh. Namun ia berusaha keras agar air matanya tidak lolos begitu saja dari kedua mata hijaunya.

Seorang dokter keluar dari dalam ruang UGD, menghampiri Jay dan Harry, "Louis belum sadarkan diri. Prediksi saya ia terserang Leukemia, saya sudah mengambil sample darahnya untuk memastikan sebenarnya apa yang membuat pasien berkali-kali mengalami pendarahan pada hidungnya. Semoga saja prediksi saya salah. Saya pergi dulu, permisi.." Dr. Mandy pun meninggalkan mereka berdua yang membeku. Semoga prediksinya salah. Louis baik-baik saja, semua tahu itu.

Harry menggenggam kedua tangan Jay dengan erat ketika memasuki ruang UGD. Ruangan ini begitu asing baginya, ruangan yang bersuhu udara sangat dingin dengan berbagai alat medis dan juga mesin detak jantung membuat tangannya berkeringat. Ia menatap lelaki yang tak sadarkan diri terbaring lemah di hadapannya, wajahnya sangat pucat begitu juga bibirnya yang hampir membiru. Selang yang terpasang di kedua rongga hidungnya untuk membantunya bernafas seperti halnya benda itu sama sekali tak mengganggu tidurnya. Harry tidak pernah membayangkan akan ada hari dimana ia melihat sahabatnya yang sangat ia sayangi terbaring dalam keadaan seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi pada Louis, ia tak tahu.

Begin Of Kik⚡LarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang